Share

Akira dan Masa Lalu

Penulis: Ree Ichi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 23:56:09

Akira kini berada di samping Pak Hermawan, mengangguk berwibawa kala  ayahnya mengumumkan dengan nada tegasnya bahwa Akira lah yang akan menggantikan posisinya di perusahaan. 

"Saya harap kalian tidak salah sangka, karena meskipun masih muda, Putri saya ini sudah belajar dengan giat dan bekerja keras selama bertahun-tahun. Jadi, Akira bukan sekedar menerima, tapi memang dia pantas untuk berada di posisi ini." tutur bangga pria paruh baya yang kini tersenyum penuh arti kepada Andre. 

Akira juga tersenyum puas ketika melihat ekspresi Andre dengan mulutnya yang terbuka. Mungkin, dia tak pernah menyangka jika mantan mertuanya, adalah atasannya sendiri. Memang, ketika Andre menikahinya, kebetulan ayahnya sedang ada dinas di luar negeri, sehingga Akira harus diwakili oleh walinya.

Saat rapat dihentikan sementara untuk beristirahat, Akira bergegas menuju toilet. Namun, tiba-tiba, seseorang mencengkram pergelangan tangannya dengan kuat.

“Apa yang kamu lakukan di sini?!” tanya Andre, menatap Akira dengan manik membesar. 

Akira mendengus kala mendengar pertanyaan dari Andre, “Apa kamu tuli? Kamu tak bisa mendengar apa yang tadi diucapkan oleh ayahku?”

"Sudahlah, kamu gak usah pura-pura! Kalau mau akting, jangan disini! Kamu itu cuma istri yang sudah aku ceraikan, gak usah posesif sampai harus ada dimanapun aku berada, Akira!" ejek Andre kepada Akira dengan percaya diri.

Makian dari mantan suaminya, seketika membuat Akira tertawa kecil. Bisa-bisanya Andre berpikir bahwa ini semua adalah sebuah drama yang diciptakan oleh Akira? 

Akira memandang Andre dengan tatapan tajam, seakan menembus ego mantan suaminya yang begitu tinggi. Meski merasa diremehkan, Akira menahan diri untuk tidak segera merespons sindiran Andre. Baginya, tidak ada gunanya berdebat dengan seseorang yang pernah menilainya sebelah mata dan meninggalkannya begitu saja.

"Maaf, Andre. Terserah apa yang ada di pikiranmu yang ternyata dangkal itu, tapi, aku tak punya waktu untuk bicara hal tidak penting denganmu. Dan ingat, sekarang saya adalah atasan Anda, bicaralah yang sopan."

Tak ingin berlama-lama berbicara dengan sosok yang sempat membuat hatinya terluka, Akira melepaskan cengkraman tangan Andre, berusaha untuk menunjukkan ketegasannya.

Sementara itu, Andre mendengus, seolah menertawakan perubahan yang Akira pamerkan.

"Kamu pikir karena sedikit berpenampilan mewah, aku akan percaya kalau kau bisa jadi Direktur Utama? Gak usah mimpi, Akira!” Teriak Andre, sebelum Akira pergi masuk ke dalam toilet. 

Setelah beberapa menit, rapat segera berlanjut dengan Pak Hermawan yang menjelaskan lebih jauh tentang rencana peralihan jabatan dan proyek-proyek yang akan dilanjutkan Akira. 

Andre hanya bisa mendengarkan dengan perasaan campur aduk. Dia mulai merasa ragu, karena tidak mungkin juga jika bosnya sendiri, berakting hingga membicarakan rencana perusahaan kepada Akira. 

Saat rapat usai, Akira beranjak pergi, namun Andre segera menyusulnya.

"Akira, tunggu, aku masih ingin bicara denganmu." panggil pemuda itu dengan nada lebih lembut dibanding sebelumnya. 

"Apa lagi, Andre? Bukankah kita sudah tidak ada urusan lagi?" Akira berhenti, menoleh dengan ekspresi datar.

Andre menghela napas, mencoba meredam egonya.

"Aku hanya ingin tahu… bagaimana bisa kamu tiba-tiba jadi seperti ini? Kamu bukan seperti orang yang aku kenal."

Akira tertawa kecil. "Sudah kubilang, itu bukan urusanmu. Kita sudah tak ada hubungan lagi selain atasan dan bawahan."

Jawaban Akira membuat Andre terdiam, merasakan kekosongan yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Selama ini, dia mengira keputusannya menceraikan Akira adalah hal terbaik, tapi melihat mantan istrinya kini menjadi wanita yang lebih kuat, dia merasa kehilangan sesuatu yang tak pernah dia sadari penting.

"Akira… mungkin aku salah. Bisakah kita—"

"Tidak, Andre.” potong Akira tegas, sebelum melangkah pergi dengan percaya diri, meninggalkan Andre yang terpaku di tempatnya. Akira melangkah pergi dengan penuh percaya diri. 

Wanita cantik itu meninggalkan Andre yang masih tidak percaya dengan semuanya, pemuda itu kini mengepalkan tangan karena marah dan kesal.

"Cih, dasar wanita sombong. Kalau begini cara mainnya, aku pastikan kamu akan menjadi milikku lagi!" gumam laki-laki itu seorang diri, maniknya menatap tajam ke arah Akira. 

**

“Andre, ini ada berkas milik direktur. Kamu sebagai sekretaris mohon ingatkan untuk segera diproses ya, urgent.”

Bagaikan kesempatan dari Tuhan, Andre tersenyum kala mendapat tugas mendadak itu. Andre berpikir, ini adalah kesempatan untuknya berbicara lebih banyak dengan mantan istrinya. 

Selama ini, Andre memang bekerja sebagai sekretaris dari direktur utama, Pak Hermawan. Jika posisi direktur saat ini adalah Akira, bukankah berarti otomatis Andre akan menjadi sekretaris sang mantan istrinya itu?

“Baik, akan segera saya antar.” jawabnya singkat.

Tak ingin berlama-lama, Andre pun bergegas sembari membawa beberapa map berisi berkas, menuju ruangan direktur. 

Tok tok!

“Masuk,” ucap Akira. 

“Pagi, Pak Hermawan, Nona Akira. Ini ada berkas yang harus ditandatangani segera.”

Melihat wajah Andre, Akira semakin muak. Sifat Andre seolah berubah 180 derajat kala mengetahui posisi Akira saat ini yang sudah di atasnya. Ingin rasanya Akira merobek senyuman yang terukir di wajah mantan suami yang beberapa hari terakhir kerap menyakitinya. 

“Taruh saja di situ.” jawab Akira singkat.

Awalnya, Akira ingin meminta Andre untuk langsung meninggalkan ruangannya. Namun, Akira tiba-tiba mendapatkan sebuah ide.

“Pak Hermawan, apakah sekiranya Bapak berkenan jika saya mencari sekretaris baru untuk saya? Mengingat Andre adalah sekretaris bapak, dan bukan sekretaris saya. Saya ingin mencari sekretaris yang lebih kompeten dalam bekerja, bukan seseorang yang suka menghina orang lain di belakang.” tanya Akira kepada ayahnya. 

Akira sengaja untuk tetap berbicara formal, mengingat ini adalah kantor, dan Akira tak ingin semua orang menganggapnya remeh hanya karena dia dijadikan pengganti ayahnya sendiri. 

“Oh, tentu saja, Akira. Nanti biar aku carikan yang baru dan yang terbaik untuk kamu, ya!”  ucap ayah Akira sembari menepuk-nepuk pundak anaknya. 

Jawaban dari atasannya sendiri, membuat Andre sedikit panik. Detik itu juga, dia semakin sadar bahwa Akira jelas tidak berpura-pura. Wanita yang dia buang dan dia hina, ternyata adalah wanita kaya raya!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Kebangkitan Premethueus

    Langit senja di atas markas bawah tanah Phoenix of Gold tampak membara keemasan, seolah mencerminkan semangat baru yang menggelegak di dalamnya. Arka Mahendra, kini berusia tujuh belas tahun, berdiri gagah di hadapan peta digital raksasa yang menampilkan pola satelit global. Di belakangnya, puluhan anggota Operasi Prometheus menunggu komando dengan mata penuh keyakinan.“Dragunov belum benar-benar mati,” ujar Arka tegas. “Mereka hanya berganti wajah.”Seseorang dari barisan depan mengangkat tangan. “Apa maksudmu, Kapten?”Arka menoleh. Di layar, muncullah simbol aneh yang baru-baru ini muncul dalam komunikasi terenkripsi di dark web: lingkaran berputar dengan huruf ‘H’ menyala merah. Helix.“Program Helix adalah warisan terakhir mereka. Sebuah AI global yang mereka bentuk selama bertahun-tahun, tersembunyi dalam jaringan satelit, lembaga keuangan, bahkan institusi pemerintahan,” jelas Arka. “Jika mereka berhasil mengaktifkannya sepenuhnya, seluruh dunia akan tunduk pada kendali ekonom

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Arka dan Core Site Zero

    Malam itu, markas utama Phoenix of Gold diselimuti aura kesiagaan tinggi. Core Site Zero yang berada di bawah tanah Pegunungan Alpen kini menjadi jantung pertempuran baru dunia teknologi dan kekuasaan. Arka Mahendra, putra sulung Noah dan Akira, berdiri di ruang strategi yang diterangi cahaya holografik biru. Usianya baru enam belas tahun, namun pandangannya tajam dan penuh ketegasan seperti ayahnya."Target utama kita adalah menghancurkan jaringan sisa Dragunov yang bersembunyi di bawah organisasi Black Vortex," ujarnya tegas kepada tim elit Prometheus—unit rahasia Phoenix of Gold yang dipimpinnya.Di sisi lain dunia, para pemimpin negara-negara besar berkumpul dalam sidang darurat Dewan Keamanan Global. Mereka resah. Perusahaan yang dulu bernama Mahendra Corp kini telah berevolusi menjadi kekuatan negara digital bernama Phoenix of Gold. Dengan armada teknologi canggih, mata-mata AI, dan sistem pertahanan luar biasa, Phoenix bukan lagi sekadar korporasi—ia telah menjadi entitas berda

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Langkah awal Sang Phoenix

    Subuh belum sepenuhnya menggantikan kegelapan saat pasukan muda Phoenix bersiap di pelabuhan udara utama. Di langit, zeppelin raksasa berbentuk phoenix—Aurora Prime—sudah menyala, siap membawa mereka ke bawah laut Atlantik, menuju Core Site Zero.Arka Mahendra berdiri di depan pasukannya, mengenakan seragam taktis berlapis serat Helium-9, ringan tapi kuat sekeras titanium. Lambang Phoenix of Gold bersinar lembut di dadanya.“Semua sistem cek!” seru Arka.Para anggota tim muda itu segera melaporkan. Ini bukan latihan. Ini adalah operasi nyata—dan seluruh dunia mengintip.Noah dan Akira berdiri tidak jauh, mengawasi."Noah," bisik Akira, "apa kita tidak terlalu membebani Arka?"Noah menggeleng pelan, matanya tetap tertuju pada putra sulung mereka."Dia harus belajar, Akira. Dunia ini bukan lagi tempat yang ramah. Kita tidak bisa melindunginya selamanya."Akira menggenggam tangan suaminya erat.Di atas panggung kecil, Arka mengangkat komunikatornya."Operasi Prometheus—Start!"Zeppelin r

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Opersi Promentheus

    Malam itu, markas besar Phoenix of Gold masih bermandikan cahaya holografik, seolah bintang-bintang turun dari langit untuk menyaksikan kebangkitan era baru. Namun, di balik euforia itu, ketegangan mulai mengendap di bawah permukaan.Di ruang rapat utama, Noah duduk di depan meja bundar raksasa. Layar di sekeliling menampilkan gambar-gambar yang berubah cepat: berita dunia, pesan diplomatik, hingga laporan ancaman.Phoenix baru saja lahir sebagai negara digital, tetapi dunia lama tidak tinggal diam."Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, dan Uni Eropa sudah mengeluarkan pernyataan resmi," lapor Gabriel, kepala intelijen. "Mereka tidak mengakui kedaulatan Phoenix. Mereka menganggap ini pemberontakan teknologi."Noah mengetukkan jarinya di meja. "Seperti yang kita duga.""Lebih buruk lagi," tambah Vanya, berdiri di sudut ruangan. "Beberapa negara berusaha menyusup lewat dunia maya. Mereka meluncurkan virus generasi baru—dirancang khusus untuk menghancurkan Helios dari dalam."Akira, yang du

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Angin Dingin Balkan

    Angin dingin Balkan menggigit kulit saat tim ekspedisi Phoenix mendarat di dataran tinggi berlapis salju. Di antara kabut pekat, berdiri benteng tua yang kini menjadi markas Dragunov—pusat operasi rahasia musuh.Arka mengenakan seragam tempur khusus Phoenix: serat karbon ringan, dilapisi nano-armor. Di pundaknya, emblem Phoenix bersinar redup.Vanya di sampingnya, membawa konsol portable. Di belakang mereka, regu elit Orion Unit bergerak tanpa suara."Target kita ada di ruang bawah tanah kompleks itu," bisik Vanya. "Mereka mencoba memanipulasi sinyal Helios menggunakan Resonator—sebuah alat frekuensi balik yang bisa membuat Helios meledak."Arka mengangguk. "Waktu kita sedikit. Serang cepat, akurat, dan bersih."Mereka bergerak menyusuri lereng curam, menembus hutan gelap, hingga akhirnya mencapai perimeter luar benteng.Arka memberi isyarat.Tiga... Dua... Satu.Bom EMP mini diledakkan, memutus semua listrik di area luar. Dalam hitungan detik, mereka menyusup masuk ke dalam.Koridor

  • Istri yang Kau Sakiti, Tak Ingin Kembali Lagi   Percobaan Pertama

    Seminggu telah berlalu sejak penyelamatan Talia. Meskipun luka-lukanya mulai membaik, trauma yang ditinggalkan oleh para penculik masih melekat. Akira memutuskan untuk memberinya waktu istirahat penuh, menghindarkannya dari segala rapat strategis.Namun di balik dinding kaca Phoenix Headquarters, badai tengah mengumpul.Sejumlah negara, dipimpin oleh Eropa Timur dan beberapa pihak dari Asia Tengah, membentuk koalisi darurat—menuntut audit terbuka terhadap teknologi Phoenix of Gold. Mereka menganggap perusahaan yang dulunya adalah Mahendra Corp itu telah berubah menjadi kekuatan supranasional yang tak bisa diawasi.“Kita menjadi trending topic bukan karena pujian saja,” kata Noah dalam rapat utama. “Tapi juga karena rasa takut. Dunia melihat kita sebagai ancaman baru.”Arka duduk tak jauh dari ayahnya, ekspresinya kaku. Ia telah mempelajari reaksi publik, membaca lebih dari dua ratus artikel opini dalam empat hari terakhir. Kesimpulannya hanya satu—Phoenix mulai kehilangan kendali atas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status