Share

2. Harus bagaimana?

Author: Queen Zeera
last update Last Updated: 2023-06-02 12:28:35

"S-siapa ini!?"

["Ck! Baru saja kita bertemu kau sudah lupa?"]

Shella kembali terkejut, firasatnya tidak salah lagi. Siapa lagi kalau bukan Hans? Orang yang tengah berbicara dengannya melalui jaringan telepon.

Dengan kedua mata yang masih terbuka lebar, wanita itupun mengalihkan pandangannya kepada sang putri kecilnya. Tentu ia merasa khawatir jika Arshetta mendengar pembicaraan ibunya dengan orang asing tersebut.

Akan tetapi belum sempat Shella meminta izin kepada anaknya, sang penelepon pun kembali berkata, ["Tidak usah menjauh dari anakmu, karena aku tidak akan lama-lama berbicara denganmu."]

Debaran jantung Shella semakin berdetak kencang, dengan sorot mata menatap ke sembarang arah, bahkan ia menggigit jaru kukunya sendiri menyiratkan rasa takut yang teramat dalam.

"Dari mana kau tahu nomor ponselku!?" cetusnya dengan tetap berusaha mengatur nada bicaranya.

Lalu dari seberang sana, Hans terkikik mendengar pertangaan Shella yang menurutnya sangat konyol.

["Kamu tidak perlu tahu tentang itu, karena sangat mudah bagiku untuk mendapat semua informasi tentangmu, begitu pula dengan keluargamu,"] jelas Hans, ["Dan ya ... aku hanya ingin mengatakan kalau aku melupakan sesuatu."]

"Apa? Cepat katakan dan tutup teleponnya!" titah Shella yang mulai geram dengan lawan bicaranya.

["Aku meninggalkan sesuatu untuk Shetta di depan pintu, tolong berikan padanya. Aku yakin dia akan menyukainya."]

Mendengar hal itu lantas membuat Shella terkekeh, kenapa pula ia harus menerima pemberian dari lelaki yang sama sekali tak disukai olehnya?

"Ya, ya, aku tidak akan melupakannya dan aku akan segera membuangnya, bye!"

Tut ... Tut

Dengan amarah yang tengah meluap-luap Bella pun akhirnya mengakhiri pembicaraan yang berhasil membuat debaran jantungnya berdetak tak karuan, pun dengan pikirannya yang seketika merasa kalut.

Shella mengembuskan napas kasarnya sembari meletakkan kembali ponsel tersebut.

Sungguh, ia tak habis pikir dengan Hans yang telah berani mengunjungi rumahnya.

"Mama kenapa?" tanya Arshetta berhasil memecah keheningan, pun membuat Shella mengerjap.

Gadis itu menatap ibunya dengan dalam, seakan-akan merasa cemas dengan gelagat yang ditunjukkan oleh Shella.

Betapa tidak? Kedatangan Hans sepertinya cukup berpengaruh terhadap emosional Shella, waktu bermain yang sangat menyenangkan itu harus terganggu bahkan berubah menjadi canggung karena kehadiran lelaki itu.

Sedangkan Shella yang sedari tadi terlihat melamun dengan kening mengerutpun akhirnya menyadari bahwa putri kecilnya sedang memperhatikan dirinya.

Seketika saja Shella mulai menyinggingkan senyumannya meski terlihat dibuat-buat.

"Ah, tidak apa-apa, Nak," sahut Shella bernada rendah.

"Lalu, siapa yang menelepon Mama? Apa itu Papa?" tanya Arshetta kembali, tampak sekali bahwa gadis itu merasa penasaran dengan sosok yang tengah berbincang dengan ibunya.

"Bukan, Nak. Itu--itu hanya teman lama Mama, kok."

Ya, meskipun begitu ... Shella merasa menyesal telah membohongi Arshetta, pun harus menyembunyikan sesuatu dari putrinya sendiri.

Beruntung saja Arshetta percaya dengan jawaban yang dipaparkan oleh ibunya dan tidak bertanya hal lain lagi setelahnya.

Akan tetapi, meski hal itu cukup melegakan namun tetap saja ucapan Hans rupanya masih terngiang-ngiang dalam benak wanita beranak satu tersebut, terlebih saat lelaki itu memberikan sesuatu untuk Arshetta.

"Apa sebenarnya maumu, Hans? Sudah kubilang jangan pernah muncul kembali dalam hidupku," batinnya.

Malampun tiba, tepat di ruang tengah rumah mewah itu, Dion bersama Arshetta tampak asyik menonton acara televisi yang selalu ditonton oleh anak itu.

Arshetta berbaring di atas sofa dengan menjadikan paha sang ayah sebagai alas kepalanya. Begitupun dengan Dion, tangan lelaki itu mengelus rambut puteri kecilnya dengan penuh kelembutan.

"Camilannya sudah siap!" teriak Shella secara tiba-tiba yang muncul dari arah dapur.

Wanita itu membawa sebuah nampan berisikan tumpukkan kentang goreng yang terletak di atas piring, serta beberapa buah sosis goreng yang merupakan camilan favorit Arshetta. Tak lupa pula tiga gelas minuman hangat yang berjejer cantik dengan uap panas di atasnya.

Arshetta seketika bangkit dari paha sang ayah kemudian menyambut kedatangan sang ibunda dengan tersenyum lebar.

"Yeay!! Akhirnya makananku sudah siap! Mama kok lama sekali bikinnya sih?" ujar Arshetta dengan menampakkan raut wajah penuh harap.

Belum sempat Shella menjawab, Dion telah lebih dulu menjelaskannya kepada puteri kecilnya, "Sabar, Nak. Mama 'kan perlu waktu buat bikinnya supaya makanannya enak."

Di sela-sela itu, Arsheta tampak mulai meraih sosis bakar dan segera melahapnya.

Shella pun tersenyum dan kemudian menambahkan, "Iya, Sayang. Kalau buru-buru nanti makanannya gak mateng, memangnya Arshetta mau makanannya gak mateng?"

Arshetta yang tengah asyik menikmati camilannyapun tampak tak berniat menjawab pertanyaan Shella, bahkan gadis itu hanya menggelengkan kepalanya dengan mulut penuh makanan.

Mereka lantas menikmati malam dengan begitu hangat, bahkan bisa dibilang suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh keluarga kecil itu sebelum akhirnya tertidur dengan lelap.

Akan tetapi di samping itu, sikap Dion terlihat berbeda seakan-akan sesuatu telah mengganggu pikirannya.

"Apa aku tanyakan saja pada Shella?" batinnya bergumam, namun lelaki itu cepat-cepat menggelengkan kepalanya dan mengurungkan niatnya untuk menanyakan apa yang tengah ia pikirkan.

Lelaki itu tentu tak mungkin merusak suasana hangat yang saat ini terjalin, terlebih Arshetta pula masih berada di tengah-tengah keduanya.

Sementara itu di tempat lain, seorang pria tengah duduk di atas kursi tepat di pinggir kolam renang, menikmati udara malam yang terasa sejuk, ditemani secangkir wine yang entah sudah kesekian kalinya ia menuangkannya ke dalam gelas tersebut dan meminumnya sampai habis.

Bahkan beberapa kali ia mengembuskan napas panjangnya, dengan tatapan mata mengarah ke atas langit malam yang gelap, memandangi bintang-bintang yang bersinar terang.

"Aku telah melewati kesendirian ini setelah sekain lama, harusnya aku sudah terbiasa. Tetapi kenapa malam ini rasanya begitu sunyi dan ... aku kesepian."

Ya! Ini merupakan kali pertamanya Hans merasakan hal itu, ia jemudian menurunkan pandangannya dan menatap gelas yang telah kosong.

"Mestinya minuman ini bisa membuat perasaanku lebih tenang, tapi nyatanya tidak," ucapnya kembali tersenyum sinis, "Jika saja kamu mau membuka pikiranmu dan bersedia hidup bersamaku, tentu aku tidak akan merasa kesepian seperti ini."

Hans tampak kacau, pikirannya seketika terasa kalut. Bahkan bayang-bayang sang wanita yang terus menerus menerornya dalam pikirannya sendiri.

Lelaki itu terlihat begitu terobsesi dengan sosok wanita yang sedari dulu telah berhasil membuatnya terpesona dan berhasil membuatnya dimabuk asmara.

Akan tetapi siapa sangka bahwa wanita tersebut telah bersuami?

Hans lantas mengusap-usap wajahnya dengan kasar, ia merasa begitu kesal namun tak ada tempat pelampiasan.

Menit selanjutnya lelaki itupun mengerjap dan segera bangkit dari duduknya, lalu berjalan memasuki rumah mewah bergaya artistik tersebut.

Dalam kegelapan malam, Hans berjalan menyusuri lorong dan meniti anak tangga lalu tiba di sebuah pintu ruang kerjanya.

Hans kemudian mendekati meja kerjanya dan membuka salah satu laci kecil lalu mengeluarkan sebuah amplop putih.

Seukir senyuman seketika terpampang dengan jelas menghiasi wajah tampak yang ia miliki.

Dengan helaan napas panjang, Hans kemudian bergumam, "Kalau tak ada satuun cara yang bisa membuatmu berpaling padaku ... aku terpaksa menggunakan ini untuk membuatmu berada di sampingku, Arshella!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dianggap   82. Dia bukan anakku!?

    Kerutan pada keningnya kini mulai tampak jelas, kala lelaki itu membalikkan amplop putih yang ternyata mempunyai lambang yang menggambarkan salah satu lambang Laboratorium terkemuka di kota itu.Mulanya Dion merasa aneh hingga bertanya-tanya dalam benaknya. Tanpa menunggu lama lagi Dion lantas mulai membuka isi amplop dan memgeluarkan secarik kertas putih dengan beberapa deretan huruf dan angka di dalamnya."Surat apa ini?" tanyanya masih menerka-nerka bahkan belum menyadarinya.Perlahan namun pasti, Dion kini mulai membaca kata demi kata yang tertulis di dalam surat tersebut. Untuk sesaat ia kembali heran, terlebih ketika lelaki itu menyadari terdapat beberapa nama yang tidak asing lagi baginya tertera di dalam tulisan tersebut."Kenapa ada nama anakku di sini!? Arshetta Puteri Santoso!?"Ya! Rasa penasaran lelaki itu semakin meluas, bahkan merasa begitu heran mengapa nama itu ada di dalamnya. Ia pun lekas membaca dengan lebih teliti lagi, kata demi kata yang menjelaskan terkait hasi

  • Istri yang Tak Dianggap   81. Amplop putih

    Seperti rencana sebelumnya pagi ini Hans akan melancarkan aksinya dengan memberi pelajaran pada Dion dan Shella terkait Kejadian beberapa malam yang lalu yang membuat dirinya merasa dipermalukan di hadapan semua orang bahkan di tempat yang selalu ia kunjungi. Lelaki itu telah bersiap dengan pakaian rapinya dan segera meluncur meninggalkan kediamannya menggunakan mobil mewah miliknya yang berharga milyaran rupiah.Dengan ditemani sopir pribadinya Hans segera saja menuju perusahaan milik Dion yang berada di pusat kota tersebut. Raut wajahnya kini menampakkan bahwa dirinya sangat percaya diri dengan rencana ini bahkan Hans sangat yakin bahwa ia akan segera membuat Dion menderita dan bisa memiliki Shella seutuhnya."Tunggu saja, Dion, aku akan menunjukkan Siapa yang paling kuat di antara kita dan aku akan membuktikan siapa yang paling pantas berada di samping Shella, " ucapnya dengan penuh keyakinan dan percaya diri.Tak butuh waktu beberapa jam untuk bisa tiba di kawasan perusahaan elit

  • Istri yang Tak Dianggap   80. Makan dengan Shetta

    Sudah berhari-hari Hans selalu melamun, asyik dengan pikirannya sendiri. Ya! Setelah perdebatannya bersama Dion dan Shella malam itu, ia kini lebih banyak diam dari biasanya, ponsel yang selalu ia mainkanpun kini hanya tergeletak tak karuan di atas meja kerjanya.Ia sungguh tidak berselera untuk melakukan apapun, bahkan ia hanya melakukan beberapa pekerjaan kantornya dan pulang tepat waktu. Tanpa mampir ke sebuah tempat atau melakukan sesuatu seperti biasanya."Ini terasa membosankan, aku hanya dian seperti ini dan tidak melakukan apapun."Hans lalu merebahkan dirinya di atas kursi santai di sebelah kolam renang miliknya, menandangi langit malam yang gelap dan penuh dengan berbagai cahaya bintang menghiasinya.Tak dapat dipungkiri, beberapa ucapan serta cibiran yang ia terima dari Shella tentu berdampak buruk dan cukup panjang hingga membuaynya seperti ini. Lelaki itu semakin terlarut dalam lamunannya sendiri membayangkan semua rentetan kejadian yang secara tidak langsung telah menyin

  • Istri yang Tak Dianggap   79. Mertua tidak tahu diri!

    Bryan baru saja tiba di kantornya dengan suasana hati yang sedikit kurang baik. Setelah perbincangan bersama pamannya yang terjadi semalam, Bryan tentu saja kini merasa bingung dengan saran yang diberikan oleh Handi.Bagaimana tidak? Saran yang dikatakan oleh Handi telah cukup membuat Bryan kembali berpikir, lagi dan lagi.Ia merasa cemas dan takut dengan keadaan Arumi yang belum sepenuhnya merasa lebih baik, bahkan saat terakhir ia makan siang dengan Arumi, wanita itu masih saja terlihat murung, menjawab pertanyaan Bryan seperlunya."Ini benar-benar membuatku pusing," ucap Bryan kala ia menduduki kursi kerjanya dan hendak memulai aktifitasnya.Tetapi, alih-alih segera menggarap beberapa pekerjaannya, lelaki itu justru hanya diam dengan kedua mata terfokus menatap layar komputernya.Diam ... dan tidak bergeming ....Di dalam pikirannya kini hanya terdapat berbagai macam hal yang tentang Arumi dan Askara."Bagaimana kalau tante Rose berbuat nekad dan bersikukuh menginginkan Askara? Lan

  • Istri yang Tak Dianggap   78. Mendatangi Dion

    Hari-hari setelah malam itu, Shella kini terlihat murung. Meski ia tetap menemani Vena membuka tempat karaokenya, namun semuanya tidak berjalan seperti sebelumnya. Wanita itu jadi lebih pendiam, senyuman manis yang ia miliki kini hanya tertuju untuk para customer.Ya! Shella cukup profesional dalam mengelola emosinya kali ini.Akan tetapi tetap saja, terlihat sekali perbedaan sikap dalam dirinya. Vena pun merasakan hal itu, merasa iba melihat sahabatnya yang harus berada dalam situasi seperti ini."Hmm, saituasi macam apa lagi ini!? Aku benar-benar tidak habis pikir ... "Semua terjadi jelas karena Dion, lelaki yang tiba-tiba datang mengacau. Hal itu membuat Vena memutuskan untuk melakukan sesuatu."Aku harus segera bertindak, karena seperti ini saja sudah membuatku lelah."Ya! Pagi ini lebih tepatnya sesaat setelah matahari muncul dari ufuk timur, para orang-orang yang memulai aktifitasnya, Vena telah bersiap dan segera pergi menuju kantor Dion. Vena berjalan mengendap-endap melewati

  • Istri yang Tak Dianggap   77. Kedatangan Om Handi

    Kini, Handi tengah duduk tegap di sebuah ruang tamu yang terdapat pada rumah mewah bergaya modern tersebut. Lelaki itu tak berhenti mengatur pernapasannya, dan juga mengatur beberapa bahasan yang akan ia katakan pada keponakannya.Ia ingin mengulur waktu, memikirkan lagi semuanya hingga terasa tepat untuk disampaikan. Tetapi Bryan sepertinya tidak akan memberinya kesempatan."Baiklah, Om. Apa yang membawa Om hingga malam-malam begini mendatangiku?" tanya Bryan langsung pada intinya.Bryan yang memang sedari dulu tak begitu menyukai basa-basi serta selalu membahas inti dari setiap permasalahan tentu sudah menjadi hal biasa bagi Handi, dan lelaki itu tak pernah menunjukkan aksi protesnya.Handj lalu membenahi posisi duduknya, sebelumm akhirnya menbahas apa yang membuat pikirannya mengganjal."Maaf sebelumnya kalau Om tiba-tiba menanyakan ini padamu," ucap Handj sedikit ragu, "Apa rencanamu saat kalian berdua resmi menikah?"Bukannya lekas menjawab, Bryan justru dibuat bingung dengan per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status