Share

7. Undangan Mantan istri 2

Dengan sepasang mata melotot, Shella masih berpikir dan harus memutar otak agar Dion tidak merasa curiga dengan gelagatnya.

"Apa dia mendengar percakapanku barusan?" batinnya menerka-nerka.

Di samping itu, Dion tampak mulai berjalan menghampiri dirinya. Seolah merasa penasaran dengan urusan istrinya sendiri.

"Itu, umm ... Temanku ngajak hangout bareng," jawab Shella dengan rona wajah memerah.

"Fanny? Tumben sekali dia mengajakmu bertemu setelah sekian lama," jelas Dion yang kini telah berada di hadapan Shella, "Terus? Apa kamu terima ajakannya?"

Tetapi Shella menggelengkan kepalanya, ia tentu tengah kebingungan karena Dion salah menduganya namun hal itu cukup membuatnya tenang karena artinya Dion tidak mendengar percakapan Shella dengan lawan bicaranya sebelum itu.

Lalu seketika saja terlintas sebuah nama dalam benak diri wanita itu, ia teringat dengan sosok teman yang cocok untuk ia jadikan alasan.

"Bukan Fanny, Mas. Tapi Shanty yang mengajakku bertemu," jelas Shella.

Dion pun menaikkan kedua alisnya, "Temanmu yang suka pamer itu?" terkanya lagi.

Kali ini Shella mengangguk, "Iya, kamu tahu sendiri 'kan kalau temanku yang satu itu sedikit menyebalkan," ucapnya sembari mengangkat dua jarinya masing-masing menirukan sebuah tanda petik.

Dion pun menyeringai, ia tentu mengerti dengan ucapan Bella terkait nama yang telah disebutkan.

"Yah, kalau bertemu dengannya membuatmu tidak nyaman lebih baik tolak saja."

Untuk sesaat senyuman Shella mulai mengembang dan mengangguk sebagai sebuah tanda bahwa ia akan menuruti saran suaminya.

Akan tetapi di samping itu, seketika saja muncul rasa sesal dalam diri wanita tersebut.

Betapa tidak? Bukan hanya Dion yang ia bohongi, namun ia juga menyeret orang lain dalam kebohongannya. Sinta yang kini sudah tak tahu menahu tentang kehidupan Shella harus ikut andil dalam sandiwara yang tengah Bella lakukan meski hanya sebatas nama.

***

Esok harinya, sembari bersenandung riang Shella terlihat sibuk menyiapkan bekal makan siang untuk Dion dan anaknya.

Raut wajahnya tampak berseri-seri meski pikirannya penuh dengan kejadian yang ia alami akhir-akhir ini.

Ya! Perkataan Hans dalam sambungan telepon malam tadi rupa-rupanya masih teringat dengan jelas, mengapa lelaki itu berani sekali mengajaknya keluar?

Tetapi di sela-sela itu, tiba-tiba sepasang tangan kekar kemudian menyentuh bahkan melingkari pinggangnya membuat Shella terkejut bukan main.

"Astaga!!" pekiknya sampai-sampai membuat Dion ikut terkejut.

Lalu Shella mengembuskan napas kasar kala wanita itu menoleh dan mendapati bahwa suaminya sendiri yang sedang memeluknya dari belakang.

"Kenapa sih? Kamu pikir aku setan!?" umpat Dion terkekeh.

"Kamu yang kenapa, Mas! Tiba-tiba saja memelukku seperti itu, aku 'kan jadi kaget." Dengan menampakkan kekesalannya Shella lantas melepaskan pelukkan Dion dan meninggalkannya begitu saja sembari membawa dua kotak makanan tersebut.

Hal itu lantas membuat Dion heran dan terdiam, bukankah hal yang seperti itu sudah biasa terjadi? Bahkan Shella selalu menyukai jika suaminya memeluknya.

Dion yang merasa dongkolpun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mengikuti langkah istrinya menuju ruang makan.

Sedangkan Shella, setelah ia selesai memasukkan bekal makan siang untuk Shetta dan kemudian hendak memasukkan bekal untuk Dion ke salam tas kerja milik lelaki itu, tiba-tiba saja gerakkan tangannya terhenti kala ia tak sengaja melihat sebuah kartu undangan yang terselip di antara beberapa berkas di dalam tas tersebut.

Shella lantas meraih kartu undangan itu tanpa rasa curiga sedikitpun.

"Undangan dari siapa ini, Mas?" tanyanya dengan sepasang tangan yang mulai membuka isi undangan tersebut.

Dion yang baru saja duduk di atas kursipun dengan santainya menjawab "Dari Bryan, dia mau tunangan hari sabtu nanti."

Detik berikutnya wanita itu terdiam, membeku di tempatnya ia berdiri saat ini dengan kedua mata terfokus melihat sebuah nama yang tertera berdampingan dengan saudara sepupu dari suaminya.

Betapa tidak? Nama yang ia lihat saat ini sangatlah persis dengan nama seseorang yang berhasil membuatnya jatuh bangun mempertahankan biduk rumah tangganya dengan Dion.

"Rumi!?" ujar Shella bernada tinggi sembari menoleh ke arah suaminya, "Bukankah dia ...."

Ucapan Shella pun terhenti bersama dengan anggukkan kepala sang suami, menandakan bahwa Dion pun memiliki pemikiran yang sama.

"Aku pun awalnya berpikir begitu, tetapi mana mungkin Bryan menikah dengannya, terlebih Bryan pun sudah lama menetap di Amerika dan baru saja kembali. Tentu dia punya kekasih yang sepadan dengannya di sana," jelasnya dengan mulut yang terisi penuh.

Shella pun terdiam sesaat, memikirkan perkataan Dion yang dirasa ada benarnya.

"Tapi ... Bukankah ini terlalu kebetulan? Nama mereka pun sama persis," ucap Shella yang masih merasa kurang yakin.

Alih-alih menjawab, Dion justru hanya menggelengkan kepalanya tanpa berkata ataupun berkomentar lagi.

Lelaki itu bahkan terlihat bersikap seperti biasa seolah tidak merasa terganggu dengan adanya kartu undangan tersebut.

"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Kita lihat saja apa wanita itu wanita yang sama atau bukan," tukasnya, "Lagi pula kalaupun Rumi yang kita maksud memang benar calon istri Bryan kenapa? Aku sama sekali tidak keberatan. Dan lagi ... kita sudah tidak berhubungan dengannya lagi."

Akan tetapi meskipun ucapan Dion ada benarnya, Shella tetap saja terlihat kurang nyaman dan masih merasa penasaran terkait hal itu.

Bahkan kini feelingnya mengatakan bahwa calon istri Bryan merupakan sosok wanita yang dulu pernah menjadi madunya pula.

Wanita itupun menoleh dan memperhatikan wajah Dion yang tampak biasa saja sembari terus mengunyah makanannya, namun sorot matanya menyiratkan sesuatu yang teramat dalam.

Pandangan lelaki itu memang mengarah pada gadis kecil yang tengah memakan nasi goreng sembari memainkan boneka Barbie miliknya yang baru, namun pikirannya tentu berada di tempat lain.

"Hmmm ... Tapi ekspresi wajahmu berkata lain, Mas," batinnya dengan terus memalingkan wajahnya.

Seketika saja Shella mengembuskan napasnya tanpa menunjukkan reaksi apapun, ia lebih memilih untuk diam dan berpura-pura tidak mengerti saja terkait ekspresi suaminya.

Karena ia pun tahu betul Dion akan mengelak jika ia membahas terkait mantan istrinya.

Drt ... Drt ....

Tiba-tiba saja Shella mengerjap di tengah lamunannya, merasakan getaran yang berasal dari ponsel di dalam kantong celananya.

Shella pun lantas merogoh ponselnya dan mulai membuka sebuah pesan dari nomor yang tak dikenal.

[Bagaimana dengan ajakkanku? Aku janji tidak akan lama, aku hanya ingin memberikan sesuatu untukmu.]

Wanita itu lantas mengetikkan sebuah balasan untuk pesan singkatnya, "Apapun yang kau berikan, aku tidak akan tertarik."

Pesan terkirim!

Keningnya seketika mengerut, dengan sesak di dada yang mulai menjalarinya, Shella memutar bola matanya sembari mendengkus kesal.

Pada saat itu pula muncul kembali sebuah notifikasi pesan dari orang yang sama, namun kali ini hanya berisikan sebuah foto.

"Apa ini??" gumamnya dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status