Home / Romansa / Istri yang Tak Didambakan / 31. Peninggalan yang terancam

Share

31. Peninggalan yang terancam

Author: Listy Airyn
last update Last Updated: 2025-02-21 16:46:09

“Rumah itu sudah terjual dan akan dirobohkan oleh pembeli,” kata Hendra tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Alya berdiri mematung–kakinya seperti tidak bisa bergerak. Tangannya bergetar. Dadanya sesak. Dia mengangkat wajah, menatap Hendra yang kini duduk dengan santai di sofa, memainkan ponselnya seolah tak ada yang terjadi.

"Kamu jual rumah orang tuaku tanpa seizinku?" Suaranya bergetar menahan emosi.

Hendra mendengus. "Jangan pura-pura lupa ingatan terus, Alya! Rumah itu atas namaku. Aku punya hak penuh untuk menjualnya–nggak perlu izin darimu, paham? Lagipula, buat apa kamu ngotot mempertahankan rumah tua itu? Kita hidup butuh uang, Alya.”

Alya mengepalkan tangannya. "Bukan kita, tapi kamu! Aku nggak minta sepeser pun darimu! Aku hanya ingin rumah itu tetap ada! Itu satu-satunya peninggalan orang tuaku!"

Hendra mendengus sinis. "Jangan pura-pura suci, Alya. Aku tahu kamu marah karena aku tidak memberimu bagian dari hasil penjualan ini. Kalau butuh uang, bilang saja, jangan pakai ala
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istri yang Tak Didambakan   32. Kembali ke tangan yang tepat

    Alex menghembuskan napas panjang seraya menatap ibunya. Sejak awal, dia tidak ingin ikut campur dalam urusan orang lain, apalagi yang menyangkut pertengkaran rumah tangga. Namun, melihat bagaimana Bu Titik begitu menyayangi Alya, dia tidak tega menolak."Kenapa kayak berat banget gitu sih?" Bu Titik tidak yakin saat melihat Alex berulang kali menghembuskan nafas kasar. "Alya itu wanita yang baik. Dia sering nolongin Ibu, bahkan waktu sakit kemarin, dia yang ngerawat Ibu pas kamu lagi sibuk kerja. Masak kamu tega lihat dia kehilangan rumah peninggalan orang tuanya? Hidupnya udah sangat kasihan, Lex."Alex mengusap wajah dengan telapak tangan. Dia teringat bagaimana wajah Alya sembab tadi–berusaha tegar, tapi sorot matanya tidak bisa berbohong. Ya, dia terlihat benar-benar hancur.“Iyaaa … Aku janji bakal bantuin buat cari tahu siapa pembelinya, Bu," kata Alex akhirnya. "Tapi aku nggak janji bisa dapetin rumah itu lagi. Kadang kalau udah berpindah tangan, susah lagi buat nego."“Jangan

    Last Updated : 2025-02-21
  • Istri yang Tak Didambakan   33. Berhak tau

    “Sedang apa kamu di sini? Aku suruh kamu memilih perhiasan, sudah?” tanya Alex yang masih menelpon.“Itu–aku bingung mau pilih yang mana. Aku ‘kan nggak tahu buat siapa juga,” jawab Alya.Lelaki yang memakai setelan baju formal itu menghela napas–mengakhiri panggilan dan mengajak Alya kembali masuk. Saat itulah mereka berpapasan dengan Hendra yang baru saja selesai melakukan pembayaran.Dua lelaki dengan tinggi yang hampir sejajar itu saling pandang, tapi itu tidak berlangsung lama. Alex segera menarik tangan Alya agar tidak terlalu lama membuang waktu."Jadi, buat Bu Titik ‘kan?”“Yaaa,” jawab Alex malas.“Bu Titik suka model yang seperti apa?" tanya Alya, mengabaikan lirikan Hendra yang tak kunjung beranjak dari tempatnya berdiri.Alex melirik Alya sekilas sebelum menelusuri etalase yang berisi cincin, kalung, dan gelang berkilauan. "Nggak tahu. Kamu pilih saja, yang menurutmu bagus."Alya mengernyit. "Kok aku yang pilih? Kamu kan anaknya. Harusnya lebih tahu selera ibumu."Alex men

    Last Updated : 2025-02-23
  • Istri yang Tak Didambakan   34. Imbas yang fatal

    Alex sampai terkejut melihat kemampuan Alya yang lain dari lainnya. Ibaratkan saat ini dia sedang melihat artis bermain peran saja. Semudah itu membalikkan keadaan meski sejatinya sedang tidak baik-baik saja.“Ibu sudah siap mau diperiksa ‘kan?” tanya Alya.“Iya, kata dokter sekitar setengah jam lagi,” jawab Bu Titik.Alya mengangguk seraya tersenyum, tapi nyatanya itu tidak mampu menipu Bu Titik yang tanpa sadar sudah hafal gerak gerik Alya. Wanita yang kini memakai baju pasien itu tersenyum tulus. “Kamu punya Ibu yang bisa diandalkan.”Alya tersenyum kecil–menatap langit-langit agar air matanya tidak jatuh. Dia tidak mungkin membebani Bu Titik terus menerus, apalagi kondisinya saat sedang persiapan untuk periksa bagian kepala.Dan benar saja, tak lama setelah itu datang dua suster ke kamar. Mereka membawa Bu Titik ke ruang MRI untuk melakukan pemeriksaan lebih detail.Alex dan Alya mengikuti di belakang dan hanya bisa menunggu dari luar–melihat dari balik kaca. Dalam diam, Alex mem

    Last Updated : 2025-02-23
  • Istri yang Tak Didambakan   35. Pertarungan yang sengit

    “Kamu–”“Apa?! Kamu yang nggak bisa menuhin semuanya, tapi melimpahkan kesalahan padaku. Apa itu pantas?” Alya menyela. “Coba kamu tanya sama pria-pria di luar sana yang punya istri cantik, mereka kasih nafkah seberapa banyak ke istrinya!”Hendra terdiam mendengar hal itu. Dia memang tidak pernah memberikan nafkah dengan layak sejak maraknya orang menabung dengan membeli emas. Awalnya berpikir untuk masa depan keluarga kecilnya, tapi makin lama malah hilang arah hingga lupa kalau kewajibannya adalah memberikan nafkah yang layak.“Kenapa nggak mau jawab?” Alya kembali bertanya.Hendra menghela napas panjang dan melipat tangan di dada. "Aku nggak suka kamu datang cuma bikin ribut di rumah ini. Ingat–kamu bukan siapa-siapa lagi di sini, Alya."Alya mengepalkan tangan. "Ya, baiklah. Anggaplah aku bukan siapa-siapa, lalu kamu dan Andin yang tinggal seatap tanpa ikatan pernikahan, itu apa namanya? Kumpul kebo?"Rahang Hendra mengatup erat, sementara Andin langsung berdiri dengan wajah memer

    Last Updated : 2025-02-24
  • Istri yang Tak Didambakan   36. Status baru

    Entah rasa cemburu atau apa, yang jelas Hendra tidak bisa menahan diri. Dia gelap mata–menggebrak meja dengan napas memburu. Tak ada kata apa pun yang bisa mewakili sesuatu dalam dirinya.Namun, itu tak berlangsung lama. Dengan senyum sinis, dia menyerahkan foto-foto itu pada Andin."Ini bisa kita pakai buat bikin Naya semakin membenci ibunya," ujar Hendra dengan nada puas.Andin memandangi foto-foto itu dengan senyum licik. "Kalau dia tahu ibunya serumah sama laki-laki lain, pasti dia nggak akan mau ikut Alya lagi. Apalagi kalau kita kasih tahu dengan cara yang tepat.""Kita kasih lihat fotonya pelan-pelan, biar Naya sendiri yang ambil kesimpulan," Hendra menambahkan. "Aku mau Alya kehilangan segalanya, termasuk anaknya."***Hari yang ditunggu pun tiba. Sidang pertama perceraian Alya dan Hendra akhirnya dimulai. Ruang sidang dipenuhi atmosfer yang menegangkan. Alya duduk di kursinya dengan wajah tegang, sementara Hendra di seberangnya terlihat lebih santai, seakan sudah mengantisipa

    Last Updated : 2025-02-25
  • Istri yang Tak Didambakan   37. Awal yang baru

    “Alex, kamu ini kenapa sih?” tegur Bu Titik pelan.“Kenapa apanya? Aku nggak apa-apa, Bu,” jawab Alex santai, tapi sorot matanya tetap tertuju pada Alya. “Hanya saja, seseorang yang dulunya cerewet dan banyak bicara tiba-tiba berubah jadi pendiam, itu agak mengganggu.”Alya tersenyum kecil, tapi senyum itu lebih seperti kepingan kaca yang hampir retak.“Aku baik-baik saja,” ucapnya lirih. “Hanya belum bisa berdamai dengan kenyataan.”“Kamu pikir aku peduli?!”Bu Titik menatap Alex tajam. “Jaga bicaramu, Lex!”Helaan nafas terdengar. Alex benar-benar kesal ketika ibunya selalu membela Alya. Bukan apa-apa, dia hanya tidak suka ketika hal yang salah dibenarkan.Alex bisa ikut menyadari perubahan Alya. Tidak ada lagi senyum tipis di wajah Alya saat menyajikan teh untuk Bu Titik, tidak ada lagi suara lembut yang menjawab setiap sindiran dingin darinya. Alya seperti robot yang hanya bergerak sesuai programnya–seolah tak ada kehidupan normal.“Apa sebenarnya kamu ini hanya bosan mengurusi ib

    Last Updated : 2025-02-27
  • Istri yang Tak Didambakan   38. Bayangan yang tak kunjung hilang

    “Apa maksudmu?!” Alya kesal mendengar ucapan Alex.“Kamu diberi kesempatan menawar harga malah tidak mau!”“Bukankah bisa diperbaharui lagi ke depannya? Lihat saja dulu apakah masakanku benar-benar cocok dengan selera orang-orang atau tidak, baru tentukan seberapa kayak harganya,” kata Alya.Pak Toni tersenyum mendengar ucapan Alya. Sangat jarang ada orang yang rendah hati seperti itu, apalagi untuk urusan bisnis. Biasanya orang akan berlomba-lomba mendapatkan keuntungan besar untuk diri sendiri, tetapi Alya tidak demikian. Entah itu bisa diartikan bo doh atau bukan, yang jelas Pak Toni sangat menyukai karakter Alya.***Hari pertama Alya di restoran baru dimulai dengan perasaan campur aduk. Dia gugup, tapi juga bersemangat. Setidaknya, kini dia memiliki sesuatu untuk dilakukan–sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya dari semua luka yang masih menganga.Alex tidak banyak bicara saat mengantarnya ke restoran. Pria itu hanya memberikan beberapa instruksi singkat tentang apa yang harus

    Last Updated : 2025-02-28
  • Istri yang Tak Didambakan   39. Penyesalan?

    Hendra masih duduk di sudut ruangan restoran, matanya tak lepas dari pemandangan yang membuat dadanya bergejolak. Tangannya menggenggam ponsel dengan erat melihat bagaimana Alya menikmati makan bersama Alex. Mereka berdua terlihat nyaman dan sesekali Alex menyodorkan sesuatu di piringnya kepada Alya—sesuatu yang Hendra bahkan jarang lakukan dulu.Alya tampak berbeda. Meski pakaiannya masih sederhana, ada aura baru yang terpancar dari dirinya. Dia bukan lagi wanita murung yang pernah dia tinggalkan. Ada ketegaran dalam caranya berbicara, ada ketenangan dalam senyumnya.Dia tidak suka melihat Alya seperti itu. Bukankah seharusnya Alya hancur?Tanpa berpikir panjang, Hendra melangkah mendekat, menghentikan langkah seorang pelayan yang hampir menabraknya. Napasnya memburu, amarahnya berkecamuk. Dan saat dia tiba di depan meja mereka, dia tidak bisa menahan diri lagi.“Kamu terlihat menikmati hidup, Alya.” Suara dinginnya membuat Alya terhenti. Garpu yang baru saja akan d

    Last Updated : 2025-02-28

Latest chapter

  • Istri yang Tak Didambakan   53. Akhir penyesalan

    Seorang wanita asing tiba-tiba menyelinap masuk di antara kerumunan. Gerak-geriknya mencurigakan. Di tangannya berkilat sesuatu — sebilah pisau.Semua terjadi begitu cepat. Wanita itu menyerbu ke arah Alya dengan ekspresi penuh kebencian.Sebelum Alya sempat bergerak, seseorang lebih dulu menerjangnya.Seorang lelaki memakai baju serba hitam berdiri di depan Alya, menjadikan tubuhnya sebagai pelindung. Membiarkan pisau tajam bersarang di perutnya. Tak lama, lelaki itu jatuh. Teriakan panik menggema di udara.Alya membalik tubuhnya dan mendapati sosok itu — Hendra.Pisau itu masih menancap di tubuh Hendra, darah mengalir deras dari lukanya. Matanya menatap Alya dengan ekspresi lega, meski tubuhnya mulai melemah.“Kamu wanita nggak tahu diri! Kamu harus mat–!” Wanita tadi menarik rambut Alya, tapi segera diatasi Alex.“Amankan wanita ini! Laporkan pada pihak berwajib!” seru Alex pada bagian keamanan setelah berhasil melumpuhkan wanita tadi.Pesta berubah menjadi kekacauan. Orang-orang

  • Istri yang Tak Didambakan   52. Lamaran

    Beberapa hari kemudian, setelah kondisi Naya dinyatakan cukup stabil oleh dokter, Alya mengurus proses pemulangan putrinya. Bu Titik yang selalu menunjukkan perhatian tulus, mengusulkan sesuatu."Naya tinggal di rumah kami dulu, ya? Biar kami bisa bantu jagain juga. Kamu pasti capek," ujar Bu Titik sambil membelai pipi Naya dengan sayang.Alex yang berdiri di sampingnya turut membujuk dengan senyuman lembut. "Anggap aja kayak rumah sendiri. Kita ini udah kayak keluarga."Alya tersenyum kecil, sungkan menolak kebaikan mereka. Dan untuk sementara dia setuju.Rumah Alex memang cukup besar, hangat dan juga nyaman. Ditambah dengan segala sesuatu yang serba ada, membuat rumah tersebut bak istana dengan berbagai fasilitas tersedia. Belum lagi Bu Titik memperlakukan Naya seperti cucunya sendiri, membelikan mainan, pakaian baru, bahkan menyiapkan makanan kesukaan.Namun, seiring berjalannya waktu, Alya merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Bukan karena perlakuan buruk — justru sebalik

  • Istri yang Tak Didambakan   51. Isi hati Naya

    Hendra diam saja saat tangan Alya mendarat di pipi. Dia menerima apa pun yang akan dilakukan Alya–sadar kalau semua ini terjadi karena kesalahannya."Naya–anak sekecil itu … harusnya dilindungi! Bukan disiksa!" teriak Alya, telunjuknya nyaris menyentuh dada Hendra. "Tapi kamu malah sibuk dengan duniamu sendiri! Kamu … kamu udah milih perempuan itu buat jadi ibu Naya, tapi apa?! Dia malah nyiksa Naya!"Tubuh Hendra sedikit bergetar. Suaranya nyaris tak terdengar saat berusaha bicara, "Maaf, a-aku nggak tahu, Al.”"Kamu nggak tahu?!" Alya nyaris tertawa karena marah. "Kamu menutup mata! Kamu membiarkan Naya terluka! Dan sekarang? Sekarang kamu mau apa? Minta maaf? Kamu pikir dengan minta maaf semua selesai? Kamu pikir luka di tubuh Naya bisa hilang gitu aja dengan permintaan maafmu yang konyol itu?”Hendra tidak menjawab. Dia hanya menunduk lebih dalam, seolah menerima semua tuduhan itu tanpa perlawanan. Diam-diam, dalam hati kecilnya, dia tahu semua kata-kata Alya benar. Dia telah gaga

  • Istri yang Tak Didambakan   50. Feeling seorang ibu

    Di sisi lain, Alya merasakan sesuatu hal yang buruk telah terjadi, tapi tidak tahu apa. Moodnya jadi gampang berubah membuat Bu Titik merasa khawatir.“Kamu kenapa, Alya?”“Aku nggak tau, Bu. Feelingku nggak enak aja,” jawab Alya.Bu Titik menghela napas panjang. Dia berjalan mendekat dan mengusap rambut Alya penuh sayang. Tentu bukan tanpa alasan dia berlaku demikian. Sejak awal dia ingin Alya menjadi menantunya dan berharap itu akan menjadi kenyataan.Kini, jalan sudah terbuka lebar. Status Alya sudah jelas dan seharusnya bukan masalah jika Alya mulai membuka hati untuk orang lain, khususnya untuk Alex. Hanya saja, dia tidak yakin putranya yang pernah patah hati itu bisa diandalkan atau tidak, terlebih Bu Titik belum memastikan apakah Alex tertarik pada Alya atau tidak. “Mungkin kamu cuma kecapekan aja karena belakangan ini sibuk terus,” kata Bu Titik. “Gimana kalau besok kita pergi ke luar kota untuk refreshing?”“Itu–” Alya tampak ragu, terlebih di pikirannya ada Naya.“Kamu berh

  • Istri yang Tak Didambakan   49. Rasa nyaman

    Naya terus menangis hingga kelelahan. Sayangnya, Hendra tidak mengetahui bagaimana kondisi putrinya karena terlalu frustasi memikirkan keuangan yang membengkak. Pulang dari bekerja, lelaki itu langsung mengurung diri di kamar dan tidak keluar lagi–seolah tak ingin bertemu dengan siapapun di rumah. *** Restoran Alya semakin berkembang, setiap meja hampir selalu terisi, dan pesanan datang tanpa henti. Alya sibuk memantau operasional, memastikan semuanya berjalan lancar. Tapi di tengah kesibukan itu, pikirannya tetap tidak bisa lepas dari satu nama—Naya. Sudah beberapa hari tidak bertemu dan Alya mulai merasakan rindu yang menyakitkan. Dia ingin tahu bagaimana keadaan putrinya, apakah Naya baik-baik saja? Saat Alya tengah berdiri di dekat kasir, seorang pelayan datang dengan wajah sedikit ragu. “Bu Alya, ada tamu yang ingin bertemu.” Alya mengerutkan kening. "Siapa?" “Seorang wanita, katanya penting. Waktu saya tanya namanya siapa malah marah-marah karena nggak kenal sama di

  • Istri yang Tak Didambakan   48. Makin menjadi

    Hendra masih berdiri terpaku di tengah ruangan dengan tangan mengepal. Napasnya memburu, pikirannya berputar tanpa arah. Dia baru saja menyaksikan ibunya menjadi bahan tertawaan di media sosial, seorang wanita tua yang ditipu habis-habisan oleh kekasih online yang bahkan belum pernah dia temui secara langsung.Ini semua serasa tidak masuk akal baginya.Uang puluhan juta yang dikirimkan Bu Lastri ke lelaki asing itu bukan hanya berasal dari rekening pribadinya, tapi juga dari kartu kredit yang Hendra berikan. Wajar jika kini, kartu kredit itu tidak bisa digunakan lagi karena menyentuh limit maksimal.Dunia Hendra semakin gelap. Dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan ini kepada bank nanti. Dia harus segera mencari cara agar masalah ini tidak semakin membesar.Namun, sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, ponselnya berbunyi.Sebuah panggilan masuk–dari bank.Dengan tangan gemetar, Hendra mengangkat telepon. Suara seorang pegawai bank menyapanya dengan nada sop

  • Istri yang Tak Didambakan   47. Keuangan yang kacau

    “Gimana?” Bu Lastri memamerkan kartu yang kini ada di tangannya.“Good job!” Andin mengacungkan jempolnya dengan senyum puas. “Emang paling bisa kamu tuh cari cara. Kirain selama ini Hendra udah kasih hampir semua uang gajinya, ternyata enggak. Emang dasar anak itu perhitungan banget!” kata Bu Lastri.Andin menatap Bu Lastri lekat. Tidak sia-sia usahanya selama ini dalam mendekati Bu Lastri. Rasanya, dia tak perlu status sebagai istri kalau semua orang di rumah bisa dikendalikan seperti ini.Setelah hari itu, Hendra tidak lagi mendapat tuntutan menikah. Semua berjalan normal–hampir sama ketika ada Alya di sana. Rumah rapi, makanan tersedia di jam makan, dan yang jelas wajah tiga wanita beda usia di rumah terlihat lebih nyaman dipandang. Hendra merasa hidupnya jauh lebih tenang sekarang.Kuncinya benar-benar di uang. Itulah anggapan Hendra saat ini. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena hal yang tidak diinginkan akhirnya terjadi.---Hendra duduk di ruang kerjanya dengan ekspre

  • Istri yang Tak Didambakan   46. Kecurigaan

    “Hen–dra? Ka-kamu kok belum tidur?” tanya Bu Lastri dengan suara tergagap. Dia mencengkram bajunya dengan kuat.Hendra berjalan dengan langkah lebar, merampas ponsel yang ada di genggaman ibunya. Panggilan video yang sempat terdengar tadi sudah berakhir. Dia menatap tajam ke arah ibunya dan dengan suara lantang bertanya, “Apa yang sedang Ibu lakukan?!”“Ibu nggak ngapa-ngapain, cuma–”“Cuma apa, Bu?! Jawab!”Hendra terus menatap sang ibu. Tanpa sadar air matanya menetes. Dia bukan orang bodoh. Dia tahu apa yang sedang diperbuat oleh ibunya. Entah kenapa dia yang merasa malu. Dia bukan mau menyalahkan ibunya, tapi malah teringat dengan kesalahan yang dia perbuat sendiri. Hanya saja, dia tidak tahu alasan dari sang ibu melakukan hal tersebut. Setelah terjadi pembicaraan serius yang cukup lama, akhirnya Bu Lastri mengaku tidak sadar melakukan hal yang melanggar norma tersebut. Dia terbuai rayuan lelaki yang dikenalnya melalui media sosial. Jelas Hendra kalap. Dia mengambil kuasa atas

  • Istri yang Tak Didambakan   45. Pikiran yang semakin kacau

    Alya berdiri di depan pintu, menatap punggung kecil Naya yang berjalan menuju mobil Hendra. Hatinya terasa berat. Baru saja dia kembali merasakan kehangatan bersama putrinya, tapi waktu sudah memaksanya untuk merelakan perpisahan lagi.Naya tidak menoleh. Tidak ada lambaian tangan atau sekadar senyum perpisahan. Hanya punggung kecil yang menjauh, masuk ke dalam mobil, lalu pergi begitu saja.Alya menghela napas panjang, berusaha menenangkan dadanya yang sesak. Namun, matanya tetap terpaku pada jalan yang kini kosong, berharap keajaiban terjadi—bahwa mobil itu akan berbalik dan membawa Naya kembali ke pelukannya–tapi, tidak.Keajaiban itu tidak datang.“Jangan berdiri di situ terlalu lama.” Suara Alex terdengar dari belakang, datar seperti biasa. Baju formal sudah melekat sempurna di tubuh tingginya. “Dia pasti akan kembali lagi nanti.”Alya menoleh, menatap Alex yang kini bersandar di dinding dengan tangan terlipat di dada. Pria itu tampak tenang, tapi Alya tahu, meski dingin, Alex se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status