Share

Bab 7. Wanita Paruh Baya Kaya Raya

Author: Rina Novita
last update Huling Na-update: 2023-09-02 21:19:28

Bruk!

"Argh!" Analea terpekik saat tubuhnya terbentur trotoar, sementara wanita yang ia tolong jatuh di atas tubuhnya. Rasa nyeri seketika ia rasakan pada sikunya yang beradu dengan trotoar.

“Nak, kamu tidak apa-apa?” Wanita paruh baya itu segera bangkit dan membantu Analea duduk.

"Tidak, Bu. Ibu, Ibu nggak apa-apa.” Analea duduk dan melihat kondisi wanita asing itu tanpa mengecek kondisinya sendiri. “Ada yang sakit?"

Tanpa ia sadari orang-orang sekitar mulai berdatangan mengerumuni mereka.

"Tidak, Saya tidak apa-apa." Wanita paruh baya berwajah cantik itu berpegangan pada lengan Analea.

Analea menyadari tubuh wanita sedikit gemetar akibat insiden yang baru saja terjadi. Meskipun begitu, wajah asing yang tampak sedikit pucat berusaha tersenyum menatap Analea.

"Permisi, Bapak, Ibu ...!" Karena ada banyak orang berkerumun di sekitar mereka kemudian, Analea memutuskan untuk membawa wanita itu kembali ke supermarket, jauh dari jalan raya, meski agak terpincang.

Baru kemudian Analea sadari mungkin saja kakinya terkilir. Namun, itu tidak penting saat ini.

Sementara itu, melihat Analea dan wanita yang ditolongnya itu tidak apa-apa dan bisa berjalan sendiri, orang-orang yang berkerumun tadi satu per satu pergi membubarkan diri.

"Kita duduk di sini saja, Bu." Analea membawa wanita paruh baya itu pada sebuah kursi panjang yang berada di depan supermarket. “Tunggu sebentar, saya belikan air putih.”

Usai mengatakan itu, Analea bergegas masuk ke dalam supermarket untuk membeli sebotol air mineral. Tak sampai lima menit, Analea kembali dan memberikan air mineral itu pada wanita yang ia tolong tadi.

"Diminum dulu, Bu. Tadi Ibu pasti kaget."

Wanita itu tersenyum haru, kemudian meminum beberapa teguk air mineral itu.

"Terima kasih, Kamu sudah menolong saya, Nak. Siapa namamu?"

Analea tersenyum. "Saya Analea, Bu. Biasa dipanggil Ana." Ia masih mengagumi keanggunan dan suara lembut wanita di hadapannya.

"Kenalkan, saya Maira.” Wanita itu menyalami dan kemudian mengusap lembut lengan Analea. “Sekali lagi terima kasih sudah menolong saya, Ana.”

"Kebetulan saja, Bu. Saya yakin orang lain pun akan melakukan hal yang sama jika melihat kejadian tadi.”

“Tapi tidak semua orang akan bereaksi seperti kamu, Ana,” sanggah Maira lagi. Sejenak, perhatian wanita itu teralihkan pada kedatangan sebuah mobil mewah di depan supermarket. “Rumah kamu di sekitar sini? Mari saya antar pulang.”

“Ah, bukan, Bu. Saya cuma kebetulan di sini karena baru saja melamar kerja,” jawab Analea. Mengingat hal itu sekali lagi membuat Analea sedih. “Sayangnya saya gagal. Mungkin karena penampilan saya kurang pantas.”

Analea tidak tahan untuk meloloskan isi hatinya tersebut.

Mendengar hal itu, Maira mengerutkan keningnya. “Kurang pantas?” ulangnya.

Dengan polos, Analea menceritakan apa yang ia alami tadi saat wawancara, membuat Maira akhirnya menggelengkan kepalanya. Namun, dibandingkan mengomentari apa yang telah terjadi pada Analea, wanita paruh baya itu memilih untuk memberikan nasehat.

“Kamu masih muda, Ana. Masih banyak kesempatan untuk kamu. Jika bukan di perusahaan itu, mungkin kamu akan mendapatkan tawaran di perusahaan lain." Dengan lembut, lagi-lagi Maira mengusap lembut punggung Analea sembari berucap.

Analea menghela napas. "Iya, Bu. Tapi sekarang ini saya sangat membutuhkan pekerjaan itu."

Entah kenapa Analea merasa nyaman bercerita dengan Maira.

"Kamu sedang kesulitan, Ana?” Maira menatap Analea. Sorot matanya tiba-tiba berubah lebih serius.

Analea mengangguk. "Iya, Bu. Saya ... saya butuh penghasilan untuk menggugat cerai suami saya yang sudah selingkuh."

Sorot mata Maira berubah iba. Ia kembali mengusap punggung tangan Analea yang ada dalam genggamannya dengan lembut.

Setelah menghela napas panjang, akhirnya Maira mengatakan sesuatu yang tidak pernah diduga oleh Analea.

"Ana, kalau kamu berminat, datanglah ke perusahaan saya, Eternal Group. Kamu bisa melamar pekerjaan di sana."

"Eternal Group? Perusahaan besar itu?" Wajah Analea seketika berbinar.

Perusahaan yang disebut Maira adalah sebuah perusahaan yang sudah tidak asing lagi bagi siapa pun. Eternal Group merupakan salah satu perusahaan terbesar di negeri ini yang bergerak di bidang properti.

"Ya, Ana. Itu perusahaan keluarga.” Maira tersenyum. Aura keibuan yang melekat pada dirinya membuat Analea semakin kagum. “Sebagai bentuk terima kasih karena kamu sudah menolong saya tadi, maka sekarang biarkan saya yang menolongmu."

"Iya, Bu Maira. Saya mau.” Analea tampak sangat antusias. Wajahnya sangat bahagia. “Besok juga saya akan langsung ke sana. Makasih, Bu!"

Maira mengangguk, ikut senang. "Ditunggu." Wanita itu mengusap lembut bahu Analea. "Kamu mau Ibu antar saja?"

Analea menggeleng. Ia enggan memberikan bahan lain pada para tetangganya untuk bergunjung dengan pulang ke rumah diantar sebuah mobil mewah.

"Baik kalau begitu, Ibu pamit dulu. Kamu hati-hati, ya!" Maira berdiri, diikuti Analea. Wanita berjilbab anggun tersebut tiba-tiba memeluk Analea. "Sekali lagi, terima kasih, Ana--"

Kalimat Maira tiba-tiba terhenti. Sepasang matanya menangkap sesuatu di belakang telinga kanan Analea.

Namun, tepat saat itu, angkutan umum yang menuju ke arah rumah Analea muncul. Wanita itu buru-buru melepaskan Maira yang dengan anehnya masih terdiam--dan tampak terkejut.

"Saya naik angkutan itu, Bu," ucap Analea langsung. Ia menganggukan kepalanya tanda permisi dan buru-buru lari mengejar angkutan di pinggir jalan.

Sesaat setelah Analea pergi, Maira baru tersadar. Wanita paruh baya tersebut menatap kepergian mobil angkutan yang dinaiki Analea.

"Tanda di belakang telinganya itu ...." Mata wanita tersebut menampakkan keterkejutan mendalam. "Kenapa begitu mirip dengan putri kecilku yang hilang?!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (188)
goodnovel comment avatar
Lukmanul Hakim
apakah s ibu yg di tolong ibu kandungnya s ana
goodnovel comment avatar
MiLandra Ahmad
lanjut seru banget nih
goodnovel comment avatar
Susriani Susriani
bagus, lanjut
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Ekstra Part 2

    Saat pengumuman keberangkatan pesawat terdengar, keluarga itu bangkit. Analea memeluk putrinya erat-erat. “Hati-hati di sana, Sayang. Mama akan selalu menunggumu pulang.” Fabian menambahkan, “Kalau ada apa-apa, segera hubungi Papa, ya.” “Iya, Pa, Ma,” jawab Hana sambil tersenyum. “Aku akan baik-baik saja.” Lyra memeluk adiknya. “Jangan buat masalah di sana, Hana. Ingat, kamu harus fokus belajar.” Hana terkikik. “Iya, Kak Lyra. Aku nggak akan lupa.” Setelah memastikan semuanya siap, Hana melambaikan tangan pada keluarganya sebelum memasuki ruang tunggu khusus. Perasaan haru bercampur semangat menyelimuti hatinya. Saat masuk ke ruang tunggu khusus penumpang kelas bisnis, Hana merasa sedikit gugup. Ia mencoba menenangkan diri dengan duduk di sudut ruangan, tetapi perasaannya tiba-tiba berubah ketika matanya menangkap sosok pria di ujung ruangan. Pria itu tampak dewasa, dengan postur tegap dan aura profesional yang sulit diabaikan. Ia mengenakan jas abu-abu yang terlihat maha

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Ektra Part 1

    Anggada Jaya kini menjadi salah satu perusahaan terbesar di negeri ini, berkat kepemimpinan Analea yang cemerlang. Setelah mengambil alih dari Rein beberapa tahun lalu, Analea berhasil membawa perusahaan keluarga itu ke tingkat yang lebih tinggi. Fabian, suaminya, telah lama memutuskan untuk pensiun dari dunia bisnis, menyerahkan PT Bina Sanjaya pada putri pertama mereka, Lyra. Lyra, kini berusia 23 tahun, tumbuh menjadi sosok yang mencerminkan neneknya, Maira. Ia cantik, tegas, cerdas, berwibawa, namun tetap memiliki kelembutan dan kehangatan yang membuatnya dihormati oleh semua orang di perusahaan. Sedangkan putri kedua mereka, Hana, yang baru berusia 19 tahun, tengah bersiap untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Ia akan melanjutkan studi ke luar negeri. “Lyra, tolong beresin dokumen merger sebelum rapat jam sembilan. Mama nggak mau ada satu pun yang terlewat,” suara tegas Analea memenuhi ruang makan pagi itu. Ia sudah siap dengan blazer putih yang memancarkan wibawa seorang pe

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Bab 360. Menjagamu selamanya

    "Mengundang Raka? Apa itu perlu?" tanya Rein datar. Maira menghela napas panjang." Sayang, kita harus minta maaf pada Raka dan Kayla karena pernikahan Kaisar kemarin. Aku dengar, dia kecewa." Rein mendengkus kesal. "Bisa-bisanya dia kecewa. Seharusnya dia bisa memilih mana yang harus diprioritaskan. Lagipula, cuma gara-gara dia tidak bisa hadir, semua acara yang sudah direncanakan harus diubah begitu saja?" "Tapi dia papa kandung Kaisar, Rein!" bantah Maira. "Oh, jadi menurutmu Raka lebih berhak memutuskan semuanya daripada aku? Mengapa kamu tidak pernah mengerti, Kaisar itu lebih dari sekedar anak sambung untukku. Kami sudah bersama sejak dia baru bisa berjalan. Kamu pikir kemana Raka selama ini? Bisa-bisanya dia merasa sebagai ayah kandung yang harus diprioritaskan." Bicara Rein mulai meninggi. Hal ini membuat Maira menjadi panik. Ia tidak ingin Rein tiba-tiba sakit di hari bahagia ini. "Ya, Sayang. Sudah, ya. Maafkan aku," ucap Maira lembut. Ia langsung memeluk suaminya

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Bab 359. Cucu Pertama

    Analea dan Fabian baru saja kembali dari rumah sakit setelah kelahiran anak pertama mereka. Maira dan Rein menyambut mereka dengan penuh antusias, sementara Fabian terlihat sangat hati-hati saat menggendong bayi mereka yang masih mungil. "Selamat datang kembali di rumah, sayang," ucap Maira sambil tersenyum hangat. Ia memeluk Analea dengan lembut. "Kamu luar biasa, Analea. Sekarang kamu sudah menjadi seorang ibu!" Maira membawa anak dan menantunya ke ruang tamu. Analea, meski terlihat lelah, tersenyum lebar. "Terima kasih, Ma. Rasanya aku masih nggak percaya akhirnya bayi kecil ini ada di sini," ujarnya sambil memandangi bayi perempuannya yang sedang tidur nyenyak di pelukan Fabian. Saat ini mereka sudah berada di ruang tamu rumah mewah itu. Rein yang berdiri di sebelah Maira tampak tersenyum bangga. "Ini cucu pertama kami. Rasanya seperti mimpi melihat kalian pulang dengan bayi mungil yang cantik," ucapnya sambil menepuk pelan bahu Fabian. Fabian tersenyum lega. "Kami juga merasa

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Bab 358. Pertemuan Tidak Terduga

    Setelah tiga hari berada di hotel, pagi itu Kaisar dan Kanaya memutuskan untuk sarapan di restoran hotel sebelum melanjutkan rencana liburan singkat mereka. Meski tubuh sedikit lelah setelah melewati malam-malam yang panjang, kebahagiaan terus terpancar dari keduanya. "Maafin aku, Sayang. Aku belum sempat membawamu berlibur ke luar kota atau ke luar negeri. Rencananya setelah proyek terakhir ini selesai, aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang indah dan tentunya cukup jauh." Kanaya tersenyum haru."Nggak apa-apa, Mas. Selama Mas ada di dekatku, bagiku di mana aja nggak masalah. Liburan di hotel ini pun sudah bikin aku bahagia. Pokoknya asal kita selalu bersama." Kanaya menatap Kaisar dengan lekat. Mendapatkan tatapan yang berbeda dari istrinya, Kaisar jadi berdebar dan salah tingkah." Aku suka kamu tidak lagi malu-malu, Sayang." Kaisar menjawil hidung mancung Kanaya. Keduanya tertawa kecil penuh kebahagiaan. Di saat sedang menikmati momen santai itu, tiba-tiba seorang pelayan men

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Bab 357. Hari yang Bahagia

    “Ini dari Mama,” ucap Kaisar pelan sambil mengangkat telepon. “Halo, Ma?” Suara Maira terdengar penuh semangat di ujung telepon. “Kaisar! Kamu di mana? Analea sudah melahirkan!” Kaisar langsung terkejut. “Apa? Analea sudah melahirkan? Sekarang, Ma?” “Iya! Kami sudah di rumah sakit sekarang. Ayo cepat ke sini, Kaisar. Kalian harus segera datang,” jawab Maira dengan penuh kegembiraan. Kaisar menoleh ke arah Kanaya yang sudah berdiri di belakangnya. “Analea sudah melahirkan, Naya. Kita harus ke rumah sakit sekarang.” Mata Kanaya langsung berbinar. “Beneran, Mas? Ya ampun, aku harus segera siap-siap!” Kaisar tersenyum melihat antusiasme istrinya. “Iya, beneran. Ayo cepat kita berangkat.” Tanpa menunggu lama, setelah membersihkan diri dan berpakaian, Kanaya segera mengambil tas kecilnya, sementara Kaisar sudah siap di depan pintu. Mereka berdua keluar kamar dan menuju lobi hotel dengan cepat. Di perjalanan, Kanaya tampak begitu bersemangat. “Aku masih nggak nyangka, Mas. Kak Analea

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status