Share

Bab 6. Dipermalukan

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2023-08-25 14:31:17

"Aku jamin istrimu itu tidak akan diterima di sini."

Wanita yang hobi memakai rok mini itu memang memiliki sedikit memiliki kuasa di PT Bina Sanjaya. Ia berniat memanfaatkan jabatannya selaku salah satu manajer untuk membuat Analea sulit diterima di perusahaan tersebut.

Hamid mengangguk dengan wajah tak terbaca. Pikirannya masih terus tertuju pada Analea. Wanita yang sebenarnya masih ia cintai. Namun, egonya sebagai laki-laki benar-benar terasa diinjak-injak apabila bersama Analea saat ini.

Di sisi lain, Analea telah sampai di ruang tunggu yang terletak di dekat ruang auditorium. Ruang tersebut cukup luas dan diisi oleh puluhan pelamar yang hendak wawancara.

Analea mengedarkan pandangannya pada para wanita yang memiliki tujuan sama dengannya. Wanita itu meringis membandingkan penampilan dirinya dengan pelamar lain. Pakaian yang ia kenakan sangat berbeda dari yang lainnya. Bukan karena lebih bagus, melainkan karena modelnya yang terlalu sederhana serta warna yang sedikit mencolok.

Helaan napas panjang berkali-kali ia embuskan demi menenangkan diri hingga akhirnya nama Analea dipanggil. Belum apa-apa, ia sudah kecil hati.

Ketika akhirnya masuk ke ruang auditorium bersama beberapa pelamar lain, Analea terkejut saat melihat Nandita ada di antara para pewawancara. Wanita itu tampak paling dihormati di ruangan itu.

Mata mereka bertemu selama beberapa detik. Tampak Nandita menoleh ke orang yang tengah duduk di sebelahnya. Wanita itu nampak  sedang mengatakan sesuatu. Analea bingung, karena setelah itu, orang di sebelah Nandita  melihat dirinya dengan pandangan menghakimi.

Tepat di saat Analea memperkenalkan diri, pria berkemeja putih yang duduk di sebelah Nandita itu langsung saja berkomentar, “Anda yakin mau kerja di sini dengan penampilan seperti ini?"

Analea tergeragap, tidak siap karena yang pertama dikomentari justru caranya berpakaian.

"I-iya, Pak."

“Saudari Analea, apakah saat melamar posisi ini, Anda memahami tugas-tugas apa yang akan Anda kerjakan apabila Anda diterima di sini?”

Karena merasa terintimidasi, apalagi dengan pandangan para pewawancara yang seakan meremehkannya, Analea menjawab sepatah-sepatah. Dan itu malah membuatnya makin diserang

"Anda tahu kalau kami sedang mencari orang untuk bagian marketing,” Pria yang sama kembali berkata sebelum kemudian mendaftar tugas-tugas apa yang Analea ingat ada di form lowongan kerja waktu itu. “Oleh karena itu, Saudari Analea harusnya paham bagaimana harus tampil. Apalagi saat wawancara kerja seperti ini.”

Analea mengangguk lemah. Tatapan-tatapan dari orang-orang di hadapannya membuatnya tak mampu lagi berpikir. Ia tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.

"Anda dituntut untuk mampu membuat pihak lain yakin dengan produk yang akan Anda tawarkan. Namun ….” Pria itu menghela napas, lalu menuliskan sesuatu di catatannya.

Bahu Analea makin turun. Pemikiran dan dugaan positifnya untuk dapat diterima bekerja di perusahaan ini kandas sudah.

Ia bisa merasakan lirikan-lirikan dari para kandidat lain yang masuk ke ruangan bersamanya, tetapi ia tidak bisa melihat apakah mereka bersimpati, atau justru menghakimi. Mungkin jika bisa tertawa, mereka pun akan cekikikan melihatnya sekarang.

Ditambah lagi seringai Nandita yang berada di meja pewawancara makin menjatuhkan harga diri Analea.

"M-mohon maaf, Pak," ucap Analea kemudian sebelum pewawancara di depannya berpindah ke kandidat lain. Rasa malu dan kecewa memenuhi dadanya, terasa menyesakkan.

"Bagi kandidat yang telah selesai wawancara, dipersilakan meninggalkan ruangan." Suara seorang wanita akhirnya membuat Analea mendongak.

Nandita mungkin sudah merasa puas melihat kejatuhan Analea sehingga ia bisa mengatakan hal tersebut.

Mungkin orang lain akan melihat selingkuhan suaminya itu baik hati karena bersimpati atas ketidaknyamanan Analea. Mereka tidak melihat sorot mata meremehkan saat keduanya bertukar pandang.

“Jangan mimpi kamu bisa kerja di sini.”

Kalimat itulah yang Analea tangkap dari tatapan meremehkan dan senyum angkuh penuh kemenangan Nandita.

Dengan rasa sesak di dada, Analea bangkit berdiri. Langkah yang dipaksakan tegap membawanya keluar dari ruang auditorium.

Wanita itu mengayunkan kakinya hendak keluar dari gedung. Langkahnya gontai menyusuri koridor gedung perkantoran itu. Kembali, ia memperhatikan beberapa karyawati yang tampilanya sangat jauh berbeda darinya, tampak elegan dan berkelas.

Sedangkan dirinya ... Analea memandang tubuhnya dari cermin lift yang membawanya turun. Pantulan bayangannya membuatnya kembali meringis.

"Memang aku tampak kampungan," batinnya. “Harusnya aku tampil lebih formal lagi.”

Analea memutuskan untuk pulang. Wanita itu menunggu angkutan umum di sebuah halte yang berada di depan sebuah supermarket.

Sambil menunggu, matanya sibuk memperhatikan orang-orang yang lalu lalang keluar dan masuk supermarket besar itu.

Pandangannya tertuju pada seorang wanita paruh baya yang baru saja keluar dari sana. Wanita itu terlihat sangat cantik di usianya yang sudah tak muda lagi. Meskipun tidak menggunakan warna-warna yang mencolok, wanita tersebut mampu menyita perhatian Analea saat melangkah ke tepi jalan, seperti ada magnet yang menarik fokus Analea agar tetap tertuju pada si wanita paruh baya.

"Wanita itu cantik sekali," gumam Analea tanpa sadar, mengagumi pakaian wanita berhijab itu dengan model sederhana, tetapi terlihat anggun dan berkelas. “Padahal ia pasti jauh lebih tua dibanding Ibu.”

Analea teringat ibu angkatnya.

Tiba-tiba saja, perhatian Analea teralihkan pada teriakan-teriakan dari sisi tubuhnya yang lain. Ia menoleh dan entah dari mana datangnya, Analea melihat sebuah motor melaju kencang ke arah wanita paruh baya itu.

Tidak sempat berpikir lagi dan mengandalkan refleksnya, Analea spontan berlari ke arah wanita berjilbab tersebut.

“Ibu! Awas!”

Bruk!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Lukmanul Hakim
keren ceritanya mantap
goodnovel comment avatar
Heri eko Sasongko
wanita yg malang tetapi semoga segera mendapatksn orang yg bisa menerimanya
goodnovel comment avatar
Opung Caroline
analea selqlu ada kejutan.mudahan kejutan yg berdampak positif .lanjud
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Ekstra Part 2

    Saat pengumuman keberangkatan pesawat terdengar, keluarga itu bangkit. Analea memeluk putrinya erat-erat. “Hati-hati di sana, Sayang. Mama akan selalu menunggumu pulang.” Fabian menambahkan, “Kalau ada apa-apa, segera hubungi Papa, ya.” “Iya, Pa, Ma,” jawab Hana sambil tersenyum. “Aku akan baik-baik saja.” Lyra memeluk adiknya. “Jangan buat masalah di sana, Hana. Ingat, kamu harus fokus belajar.” Hana terkikik. “Iya, Kak Lyra. Aku nggak akan lupa.” Setelah memastikan semuanya siap, Hana melambaikan tangan pada keluarganya sebelum memasuki ruang tunggu khusus. Perasaan haru bercampur semangat menyelimuti hatinya. Saat masuk ke ruang tunggu khusus penumpang kelas bisnis, Hana merasa sedikit gugup. Ia mencoba menenangkan diri dengan duduk di sudut ruangan, tetapi perasaannya tiba-tiba berubah ketika matanya menangkap sosok pria di ujung ruangan. Pria itu tampak dewasa, dengan postur tegap dan aura profesional yang sulit diabaikan. Ia mengenakan jas abu-abu yang terlihat maha

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Ektra Part 1

    Anggada Jaya kini menjadi salah satu perusahaan terbesar di negeri ini, berkat kepemimpinan Analea yang cemerlang. Setelah mengambil alih dari Rein beberapa tahun lalu, Analea berhasil membawa perusahaan keluarga itu ke tingkat yang lebih tinggi. Fabian, suaminya, telah lama memutuskan untuk pensiun dari dunia bisnis, menyerahkan PT Bina Sanjaya pada putri pertama mereka, Lyra. Lyra, kini berusia 23 tahun, tumbuh menjadi sosok yang mencerminkan neneknya, Maira. Ia cantik, tegas, cerdas, berwibawa, namun tetap memiliki kelembutan dan kehangatan yang membuatnya dihormati oleh semua orang di perusahaan. Sedangkan putri kedua mereka, Hana, yang baru berusia 19 tahun, tengah bersiap untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Ia akan melanjutkan studi ke luar negeri. “Lyra, tolong beresin dokumen merger sebelum rapat jam sembilan. Mama nggak mau ada satu pun yang terlewat,” suara tegas Analea memenuhi ruang makan pagi itu. Ia sudah siap dengan blazer putih yang memancarkan wibawa seorang pe

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Bab 360. Menjagamu selamanya

    "Mengundang Raka? Apa itu perlu?" tanya Rein datar. Maira menghela napas panjang." Sayang, kita harus minta maaf pada Raka dan Kayla karena pernikahan Kaisar kemarin. Aku dengar, dia kecewa." Rein mendengkus kesal. "Bisa-bisanya dia kecewa. Seharusnya dia bisa memilih mana yang harus diprioritaskan. Lagipula, cuma gara-gara dia tidak bisa hadir, semua acara yang sudah direncanakan harus diubah begitu saja?" "Tapi dia papa kandung Kaisar, Rein!" bantah Maira. "Oh, jadi menurutmu Raka lebih berhak memutuskan semuanya daripada aku? Mengapa kamu tidak pernah mengerti, Kaisar itu lebih dari sekedar anak sambung untukku. Kami sudah bersama sejak dia baru bisa berjalan. Kamu pikir kemana Raka selama ini? Bisa-bisanya dia merasa sebagai ayah kandung yang harus diprioritaskan." Bicara Rein mulai meninggi. Hal ini membuat Maira menjadi panik. Ia tidak ingin Rein tiba-tiba sakit di hari bahagia ini. "Ya, Sayang. Sudah, ya. Maafkan aku," ucap Maira lembut. Ia langsung memeluk suaminya

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Bab 359. Cucu Pertama

    Analea dan Fabian baru saja kembali dari rumah sakit setelah kelahiran anak pertama mereka. Maira dan Rein menyambut mereka dengan penuh antusias, sementara Fabian terlihat sangat hati-hati saat menggendong bayi mereka yang masih mungil. "Selamat datang kembali di rumah, sayang," ucap Maira sambil tersenyum hangat. Ia memeluk Analea dengan lembut. "Kamu luar biasa, Analea. Sekarang kamu sudah menjadi seorang ibu!" Maira membawa anak dan menantunya ke ruang tamu. Analea, meski terlihat lelah, tersenyum lebar. "Terima kasih, Ma. Rasanya aku masih nggak percaya akhirnya bayi kecil ini ada di sini," ujarnya sambil memandangi bayi perempuannya yang sedang tidur nyenyak di pelukan Fabian. Saat ini mereka sudah berada di ruang tamu rumah mewah itu. Rein yang berdiri di sebelah Maira tampak tersenyum bangga. "Ini cucu pertama kami. Rasanya seperti mimpi melihat kalian pulang dengan bayi mungil yang cantik," ucapnya sambil menepuk pelan bahu Fabian. Fabian tersenyum lega. "Kami juga merasa

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Bab 358. Pertemuan Tidak Terduga

    Setelah tiga hari berada di hotel, pagi itu Kaisar dan Kanaya memutuskan untuk sarapan di restoran hotel sebelum melanjutkan rencana liburan singkat mereka. Meski tubuh sedikit lelah setelah melewati malam-malam yang panjang, kebahagiaan terus terpancar dari keduanya. "Maafin aku, Sayang. Aku belum sempat membawamu berlibur ke luar kota atau ke luar negeri. Rencananya setelah proyek terakhir ini selesai, aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang indah dan tentunya cukup jauh." Kanaya tersenyum haru."Nggak apa-apa, Mas. Selama Mas ada di dekatku, bagiku di mana aja nggak masalah. Liburan di hotel ini pun sudah bikin aku bahagia. Pokoknya asal kita selalu bersama." Kanaya menatap Kaisar dengan lekat. Mendapatkan tatapan yang berbeda dari istrinya, Kaisar jadi berdebar dan salah tingkah." Aku suka kamu tidak lagi malu-malu, Sayang." Kaisar menjawil hidung mancung Kanaya. Keduanya tertawa kecil penuh kebahagiaan. Di saat sedang menikmati momen santai itu, tiba-tiba seorang pelayan men

  • Istri yang Tak Kau Percaya Ternyata Kaya Raya   Bab 357. Hari yang Bahagia

    “Ini dari Mama,” ucap Kaisar pelan sambil mengangkat telepon. “Halo, Ma?” Suara Maira terdengar penuh semangat di ujung telepon. “Kaisar! Kamu di mana? Analea sudah melahirkan!” Kaisar langsung terkejut. “Apa? Analea sudah melahirkan? Sekarang, Ma?” “Iya! Kami sudah di rumah sakit sekarang. Ayo cepat ke sini, Kaisar. Kalian harus segera datang,” jawab Maira dengan penuh kegembiraan. Kaisar menoleh ke arah Kanaya yang sudah berdiri di belakangnya. “Analea sudah melahirkan, Naya. Kita harus ke rumah sakit sekarang.” Mata Kanaya langsung berbinar. “Beneran, Mas? Ya ampun, aku harus segera siap-siap!” Kaisar tersenyum melihat antusiasme istrinya. “Iya, beneran. Ayo cepat kita berangkat.” Tanpa menunggu lama, setelah membersihkan diri dan berpakaian, Kanaya segera mengambil tas kecilnya, sementara Kaisar sudah siap di depan pintu. Mereka berdua keluar kamar dan menuju lobi hotel dengan cepat. Di perjalanan, Kanaya tampak begitu bersemangat. “Aku masih nggak nyangka, Mas. Kak Analea

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status