Share

Lakon drama rumah tangga

Penulis: minipau
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-12 10:59:42

“Jangan ulangi lagi.”

Dari ujung matanya Prasetyo mendengar langkah kaki samar yang sangat dikenalnya, Natalia. Bukannya menyudahi panggilan, lelaki itu justru tetap melanjutkan obrolan. Bahkan obrolan tersebut terdengar semakin mesra, Natalia yang hendak memasuki ruang makan memilih untuk menghentikan langkah sembari mencuri dengar.

“Datanglah pukul tujuh malam nanti, bar Arman yang baru ini katanya lebih seru.” Kata Prasetyo sembari menghirup aroma kopi hitam kesukaannya. “Oh ayolah, seseru apa pun tempatnya pasti jadi membosankan kalau kamu nggak datang.”

Telinga Natalia semakin panas, meski begitu ia tahu bahwa Prasetyo tidak suka di konfrontasi. Apa yang dialaminya malam tadi adalah pelajaran sekaligus peringatan, suaminya tidak suka jika Natalia mencampuri urusannya, terutama tentang Samantha.

Dengan kesadaran itu, Natalia mencoba menenangkan diri dan baru setelahnya memasuki ruang makan dengan langkah dan wajah yang tenang seolah-olah tidak terganggu dengan percakapan suaminya dengan perempuan lain di telepon.

“Baiklah, sampai nanti.” Arman melirik Natalia yang menarik kursi meja makan, tepat disampingnya. Para pelayan dengan sigap melayani nyonya mereka dalam diam.

“Di kulkas ada buah apa saja? aku ingin smoothies.” tanya Natalia ketika pelayan hendak menuangkan teh hangat ke cangkir tehnya.

“Mangga, strawberry, plum, berry dan pisang, Nyonya.”

Natalia mengangguk.”Aku ingin smoothies berry. Campuran sedikit strawberry dan berry, tambahkan sedikit plum. Kiwi nggak ada ya?”

Kepala pelayan melirik salah satu petugas yang bergegas kembali memeriksa isi kulkas, “Ada nyonya,” Lapornya lagi.

“Tambahkan kiwi sedikit kalau begitu.” Putus Natalia lagi.

Prasetyo memperhatikan pembicaraan itu dalam diam, satu tahun berbagai kehidupan membuat lelaki itu sudah sangat menghafal kebiasaan istrinya. Natalia selalu tidak menyentuh makanan setelah pertengkaran mereka.

“Kebiasaanmu belum juga berubah.” Kata Prasetyo setelah kepala pelayan pergi untuk menyiapkan permintaan Natalia. “Jangan buat aku terlihat sebagai suami yang tidak mengurusi istrinya dengan baik. Kamu sudah terlalu kurus.”

“Mas Pras sendiri yang bilang tidak ada yang salah dengan tubuhku.” Balas Natalia dengan santai. “Kamu menyukai tubuhku yang seperti ini, kan?”

Prasetyo menyeringai. “Kamu benar. baiklah lakukan apapun yang kamu mau. aku tidak akan peduli.”

Natali tahu itu, bahkan mungkin Prasetyo tidak akan peduli jika ia sama sekali tidak mengkonsumsi makanan selama berminggu-minggu.

“Apa ini?” tanya Natalia karena Prasetyo tiba-tiba saja mengulurkan ponselnya.

“Kamu bilang ingin memeriksa ponselku.” Prasetyo mengayunkan ponselnya. “Periksalah.”

Natalia tahu Prasetyo memang sama sekali tidak mencintainya, tapi tidak bisakan lelaki itu sedikit menjaga perasaannya dengan tidak terang terangan mengakui bahwa dirinya memiliki perempuan lain.

“Kenapa lagi?” tanya Prasetyo karena Natalia sama sekali tidak menyentuh ponselnya. “Apalagi yang kamu pikirkan?”

“Tidak ada,” jawab Natalia sembari mengembalikan ponsel suaminya. “Aku hanya sudah tidak mau tahu apa isi ponselnya Mas Pras.”

Alis Prasetyo terangkat, biasanya Natalia tidak menyerah semudah ini. Lelaki itu bahkan sudah bersiap untuk melanjutkan pertengkaran mereka begitu Natalia membuka ponselnya dan menemukan kontak Samantha berada di urutan teratas dibandingkan nama-nama lain.

“Jangan memulai drama baru, Natalia.”

“Aku tidak sedang bermain drama, Mas Prasetyo sendiri yang bilang kalau aku hanya perlu jadi pajangan yang cantik untuk rumah ini. Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan.” Kata Natalia dengan berani.

perempuan sialan!

Maki Prasetyo dalam hati, Natalia pasti sedang merencanakan sesuatu. Perempuan licik itu pasti sedang menyusun rencana untuk membuatnya kesal, Prasetyo tidak akan membiarkan hal tersebut. Diantara mereka berdua, Prasetyo harus selalu jadi pemenangnya.

“Baiklah kalau kamu memang mau begitu.” Prasetyo mengambil ponselnya kembali. “Aku harap kamu benar-benar tidak akan bertingkah lagi, karena aku pasti akan benar-benar memberimu pelajaran jika ada drama tidak penting lainnya setelah ini.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Final Chapter

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Rekonsiliasi

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Fear adn tears

    Di dalam mobil yang melaju cepat, Prasetyo menatap Arman dengan tajam. Napasnya berat, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Kebenaran yang baru saja diucapkan Arman masih menggema di kepalanya.“Aku mengkhianatimu,” ulang Arman, kali ini dengan suara lebih mantap. “Aku yang memberi informasi tentangmu kepada mereka.”Prasetyo mengepalkan tangan, menahan diri agar tidak melayangkan pukulan ke wajah pria di sebelahnya. Namun, bukan itu yang paling mengusiknya—melainkan kata ‘mereka’ yang diucapkan Arman.“Siapa ‘mereka’?”Arman mengalihkan pandangannya keluar jendela, lalu menghela napas. “Orang yang ingin kau lenyap dari garis keturunan Rahardjo. Mereka tidak mau kau kembali dan mengambil hak warismu.”Dira dan Rendra bertukar pandang. Sejak awal, mereka merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perebutan harta dalam kasus ini.“Apa ini ada hubungannya dengan keluargamu, Pras?” tanya Dira.Prasetyo mengangguk. “Aku meninggalkan semuanya bertahun-tahun lalu. Aku tidak peduli

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Bersatu kembali

    Di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota, Nathalia duduk di dekat jendela, menatap layar ponselnya dengan gelisah. Sudah lebih dari enam jam sejak terakhir kali Prasetyo mengirim pesan. Ia tahu pekerjaan suaminya penuh risiko, sering kali membuatnya terjaga semalaman. Tapi kali ini, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang berbeda—sesuatu yang lebih berbahaya dari sebelumnya.Ponselnya bergetar, membuatnya tersentak. Dengan cepat, ia meraihnya, berharap ada kabar dari Prasetyo. Namun, pesan yang muncul justru dari nomor tidak dikenal:"Dia dalam bahaya. Jika kau ingin menyelamatkannya, bersiaplah."Nathalia merasakan jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar saat membaca pesan itu berulang kali, mencoba mencari makna tersembunyi di baliknya. Ia ingin mengabaikannya, berpikir mungkin ini hanya trik seseorang yang ingin mempermainkannya. Namun, instingnya berkata lain.Ia mencoba menghubungi Prasetyo, tapi tak ada jawaban. Makin gelisah, Nathalia berdiri dan melangkah ke meja kec

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Genctatan senjata

    Prasetyo, Rendra, dan Dira duduk di dalam ruangan sempit dengan dinding bata yang mulai lapuk. Lampu redup dari ponsel mereka menjadi satu-satunya penerangan. Napas mereka masih tersengal setelah pelarian tadi."Apa yang kita dapatkan?" tanya Prasetyo, mencoba menenangkan diri.Dira menatap layar ponselnya dengan saksama. "File ini... sepertinya bukan hanya dokumen biasa. Ada video dan beberapa catatan transaksi mencurigakan. Ini bukan hanya tentang kita. Ini lebih besar dari yang kita kira."Rendra meremas rambutnya dengan frustrasi. "Sial. Ini bisa berarti kita mengejar sesuatu yang jauh lebih berbahaya."Sebelum mereka bisa membahas lebih lanjut, suara deru mobil mendekat. Prasetyo segera mematikan lampu ponselnya, memberi isyarat pada yang lain untuk diam. Mereka mengintip dari celah jendela yang tertutup tirai usang.Di luar, sebuah sedan hitam berhenti. Arman keluar dari dalam mobil, tangannya mengepal erat. Matanya menatap lurus ke arah bangunan tempat mereka bersembunyi."Arma

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Simpang jalan

    Prasetyo dan Rendra berjalan cepat di dalam terowongan sempit yang lembap. Cahaya remang-remang dari ponsel mereka menjadi satu-satunya sumber penerangan. Langkah kaki mereka menggema, menciptakan suasana yang semakin mencekam."Kita harus keluar dari sini secepatnya," bisik Rendra, suaranya terdengar tegang."Aku tahu. Tapi kita juga harus memastikan Dira bisa lolos," jawab Prasetyo, matanya terus mencari jalan keluar di ujung terowongan.Sementara itu, di dalam gudang, Dira terus mengetik dengan cepat, mencari celah dalam enkripsi flash drive tersebut. Wajahnya menegang saat mendengar suara pintu didobrak. Beberapa pria bersenjata masuk dengan langkah waspada."Di mana mereka?" bentak pria berkacamata hitam yang memimpin kelompok itu.Dira tetap tenang, meski jantungnya berdebar kencang. Ia berpura-pura tidak tahu apa-apa, mengangkat tangan seolah menyerah. "Aku sendirian. Mereka meninggalkan aku begitu saja."Pria berkacamata hitam itu menyipitkan mata, seakan menilai apakah Dira b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status