Share

Tidak pulang ke rumah

Author: minipau
last update Huling Na-update: 2024-10-12 10:28:33

Sudah lewat pukul dua belas malam, Prasetyo masih belum juga pulang. Natalia cemas, karena tidak biasanya suaminya seperti ini. Prasetyo selalu pulang ke rumah tidak peduli seberapa besar rasa benci dan muak yang dimiliki lelaki itu untuknya.

“Iya, ibu?” suara supir pribadi Prasetyo terdengar di panggilan telepon.

“Sul, Bapak sudah selesai bekerja?” tanya Natalia.

“Sudah, Bu. Tapi Bapak mau ketemu teman-temannya katanya, saya disuruh pulang duluan tadi karena Bapak tidak mau diantar.”

Tanpa sadar, Natalia mencengkram ponselnya terlalu erat. Pikirannya melayang pada pesan singkat yang ia baca di ponsel suaminya pagi tadi. “Bapak bilang enggak mau kumpul di mana sama teman-temannya itu?”

“Nggak, Bu.” Sul, menjawab dengan hati-hati. Hubungan kedua majikannya yang cukup dingin memang sudah menjadi rahasia umum bagi pekerja di rumah mewah tersebut. “Ibu mau saya tanyakan?”

Natalia menggeleng, “Tidak usah, saya tahu Bapak di mana. Terima kasih ya.”

“Baik, Bu.”

Natalia berbohong, ia sama sekali tidak tahu di mana suaminya berada. Tapi jika memang suaminya menemui teman-temannya maka Natalia hanya perlu menghubungi Arman, satu dari dua teman akrab Prasetyo yang cukup dikenalnya dengan baik.

“Ya, Nat.” Jawab Arman dari sambungan telepon. “Ada apa?”

“Mana Prasetyo?’’ tembak Natalia langsung. Perempuan itu sedikit harap-harap cemas, jika Prasetyo tidak ada bersama Arman apakah artinya lelaki itu sedang bersama Samantha. “Ar.” Panggil Natalia lagi karena tidak ada jawaban dari lelaki di seberang sana.

“Dia di toilet.”

Spontan Natalia berpegangan pada pinggiran meja, perempuan itu berusaha mengatur napas dan mengendalikan emosinya karena Arman berbohong, suaminya tidak bersama lelaki itu.

“Nat.” Panggil Arman, lelaki itu sedikit khawatir karena dalam beberapa menit hanya terdengar helaan napas pelan dari Natalia. “Kau baik-baik saja?”

Natalia tidak berniat untuk menjawab, perempuan itu lebih memilih untuk langsung mematikan sambungan telepon. Perempuan itu berusaha mengatur napas, dadanya tiba-tiba saja terasa sesak, keringat dingin juga memenuhi keningnya.

“Aku harap tebakanku salah, Mas.” Natalia memandangi sebaris angka yang ia hapal di luar kepala, dengan tangan gemetar perempuan itu menekan tombol pemanggil.

drttt … drtt …

Suara panggilan yang tersambung tapi belum juga terangkat, detik-detik yang menyiksa bagi Natalia sampai akhirnya sambungan terputus tanpa sempat diangkat, hatinya menyuruh Natalia berhenti. Barangkali Prasetyo hanya sedang menikmati waktu sendiri di suatu tempat dan tidak ingin diganggu.

Tapi jari-jari tangannya berkhianat, mereka bergerak sendirinya menekan tombol pemanggil hingga panggilan kembali tersambung ke ponsel Prasetyo.

“Halo.”

Kali ini Natalia benar-benar kehilangan seluruh tenaganya, dengan lemas perempuan itu duduk diatas lantai kamar yang dingin.

“Halo.”

Suara di sambungan telepon masih terdengar, bukan suara Prasetyo. Melainkan suara lembut seorang perempuan yang Natalia yakini sebagai Samantha, Prasetyo tidak pernah suka jika Natalia menyentuh ponselnya, tapi untuk Samantha, Prasetyo bahkan mengizinkan perempuan itu mengangkat panggilan darinya.

“Kamu mencari Prasetyo, Nat?” ucap Samantha di seberang sana. “Jangan khawatir, dia sedang bersamaku.”

Natalia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk membuka mulut, perempuan itu hanya terus mendengarkan Samantha yang membual tentang apa yang ia dan Prasetyo lakukan entah di mana.

“Dia bilang kamu tidak perlu menunggunya,karena ia tidak akan pulang malam ini.” Suara Samatha terdengar lembut sekaligus tajam. “Dia lebih memilih bersamaku dibandingkan kembali ke pelukanmu. Kali ini, mengalah lah untuk ku, ya.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Final Chapter

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Rekonsiliasi

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Fear adn tears

    Di dalam mobil yang melaju cepat, Prasetyo menatap Arman dengan tajam. Napasnya berat, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Kebenaran yang baru saja diucapkan Arman masih menggema di kepalanya.“Aku mengkhianatimu,” ulang Arman, kali ini dengan suara lebih mantap. “Aku yang memberi informasi tentangmu kepada mereka.”Prasetyo mengepalkan tangan, menahan diri agar tidak melayangkan pukulan ke wajah pria di sebelahnya. Namun, bukan itu yang paling mengusiknya—melainkan kata ‘mereka’ yang diucapkan Arman.“Siapa ‘mereka’?”Arman mengalihkan pandangannya keluar jendela, lalu menghela napas. “Orang yang ingin kau lenyap dari garis keturunan Rahardjo. Mereka tidak mau kau kembali dan mengambil hak warismu.”Dira dan Rendra bertukar pandang. Sejak awal, mereka merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perebutan harta dalam kasus ini.“Apa ini ada hubungannya dengan keluargamu, Pras?” tanya Dira.Prasetyo mengangguk. “Aku meninggalkan semuanya bertahun-tahun lalu. Aku tidak peduli

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Bersatu kembali

    Di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota, Nathalia duduk di dekat jendela, menatap layar ponselnya dengan gelisah. Sudah lebih dari enam jam sejak terakhir kali Prasetyo mengirim pesan. Ia tahu pekerjaan suaminya penuh risiko, sering kali membuatnya terjaga semalaman. Tapi kali ini, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang berbeda—sesuatu yang lebih berbahaya dari sebelumnya.Ponselnya bergetar, membuatnya tersentak. Dengan cepat, ia meraihnya, berharap ada kabar dari Prasetyo. Namun, pesan yang muncul justru dari nomor tidak dikenal:"Dia dalam bahaya. Jika kau ingin menyelamatkannya, bersiaplah."Nathalia merasakan jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar saat membaca pesan itu berulang kali, mencoba mencari makna tersembunyi di baliknya. Ia ingin mengabaikannya, berpikir mungkin ini hanya trik seseorang yang ingin mempermainkannya. Namun, instingnya berkata lain.Ia mencoba menghubungi Prasetyo, tapi tak ada jawaban. Makin gelisah, Nathalia berdiri dan melangkah ke meja kec

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Genctatan senjata

    Prasetyo, Rendra, dan Dira duduk di dalam ruangan sempit dengan dinding bata yang mulai lapuk. Lampu redup dari ponsel mereka menjadi satu-satunya penerangan. Napas mereka masih tersengal setelah pelarian tadi."Apa yang kita dapatkan?" tanya Prasetyo, mencoba menenangkan diri.Dira menatap layar ponselnya dengan saksama. "File ini... sepertinya bukan hanya dokumen biasa. Ada video dan beberapa catatan transaksi mencurigakan. Ini bukan hanya tentang kita. Ini lebih besar dari yang kita kira."Rendra meremas rambutnya dengan frustrasi. "Sial. Ini bisa berarti kita mengejar sesuatu yang jauh lebih berbahaya."Sebelum mereka bisa membahas lebih lanjut, suara deru mobil mendekat. Prasetyo segera mematikan lampu ponselnya, memberi isyarat pada yang lain untuk diam. Mereka mengintip dari celah jendela yang tertutup tirai usang.Di luar, sebuah sedan hitam berhenti. Arman keluar dari dalam mobil, tangannya mengepal erat. Matanya menatap lurus ke arah bangunan tempat mereka bersembunyi."Arma

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Simpang jalan

    Prasetyo dan Rendra berjalan cepat di dalam terowongan sempit yang lembap. Cahaya remang-remang dari ponsel mereka menjadi satu-satunya sumber penerangan. Langkah kaki mereka menggema, menciptakan suasana yang semakin mencekam."Kita harus keluar dari sini secepatnya," bisik Rendra, suaranya terdengar tegang."Aku tahu. Tapi kita juga harus memastikan Dira bisa lolos," jawab Prasetyo, matanya terus mencari jalan keluar di ujung terowongan.Sementara itu, di dalam gudang, Dira terus mengetik dengan cepat, mencari celah dalam enkripsi flash drive tersebut. Wajahnya menegang saat mendengar suara pintu didobrak. Beberapa pria bersenjata masuk dengan langkah waspada."Di mana mereka?" bentak pria berkacamata hitam yang memimpin kelompok itu.Dira tetap tenang, meski jantungnya berdebar kencang. Ia berpura-pura tidak tahu apa-apa, mengangkat tangan seolah menyerah. "Aku sendirian. Mereka meninggalkan aku begitu saja."Pria berkacamata hitam itu menyipitkan mata, seakan menilai apakah Dira b

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status