Hari itu aku tersadar saat mendengar ucapan Mak Ijah. Wanita itu pura-pura tak tau kalau aku baru saja mengerti maksud ucapannya."Lalu apa gunanya aku bangun malam-malam untuk mengambil sayur di belakang rumah, kalau bukan untuk anak yang akhirnya terbuang dari pelukanku."Hari itu aku bersumpah untuk membuat mas Alam berubah, namun ternyata dia semakin menjadi-jadi. Nafkah lima puluh ribu, masih harus dipotong rokoknya pula sebungkus."Iya Mak aku memang terlalu bodoh. masih berusaha menyadarkan mas Alam yang hatinya telah tertutup, oleh ucapan ibu dan iparnya, tapi sekarang aku akan buat mereka menerima apa yang sudah dilakukan padaku."Mak Ijah menatapku dan tersenyum. Wanita yang tak ada hubungan apa-apa denganku, tapi selalu membantu sekuat tenaganya."Katakan jika kau butuh bantuan. percayalah aku bisa melakukan apa saja untukmu, anggap aku sedang membalas budi pada orang tuamu. Imam dan Muslimah sudah banyak membantuku dulu saat aku terpuruk dan terluka.Aku baru tau kalau bap
Ibu mas Alam berkata dengan nada mengejek, karena begitulah mahar yang aku minta, karena bapak dan ibu pernah bilang, jangan menyusahkan pria dengan mahar."Baiklah kapan dimulai acaranya aku sudah tak sabar mendengarkan mahar yang di terima anak gadismu, Bu."Aku berjalan masuk menuju ruang tamu yang akan digunakan untuk ijab qabulnya. Adik mas Alam dan calon suaminya sudah duduk di depan penghulu. Mereka seperti menungguku datang terlihat dari pandangan mereka saat aku masuk."Aku sudah datang, silahkan di mulai karena tak sabar mau mendengar mahar adik iparku.""Man...Tan..adik ipar ingat itu, Asma."Adik mas Alam mengeja kata mantan, bahkan tanpa memanggilku dengan mbak Asmadan aku tersenyum mendengarnya. kita lihat setelah ini, apa bisa kau angkat kepala mu lagi gadis sombong."Karena yang ditunggu sudah datang, mari kita mulai saja ijab qobulnya."Mereka tersenyum mengejek. sedangkan aku melirik ke arah pintu masuk dan tesenyum saat melihat Mak Ijah memberi kode."Saya terima n
Aku menarik napas panjang, wanita sekaya ini memelihara benalu juga rupanya. Melihat keribuatan ini saja, mereka bungkam berarti semua orang bisa tau siapa yang berkuasa."Bawa semua barang ini ke rumah besar di depan rumah mbak Asma. Begitu rumahnya di renovasi, pindahkan semuanya ke rumahnya."Aku terkejut karena semua ini tak ada pembicaraan. kenapa kak Alina justru memindahkan semua barang ini ke rumahku. Kapan pula aku berniat merenovasi rumah karena tak punya uang."Impianmu tercapai mbak Asma, aku akan membongkar rumahmu. Mak Ijah sudah cerita semuanya kita berjuang bersama.""Tidak...ini tak boleh terjadi. Asma katakan kalau kau menolak semua pemberiannya, lihatlah adik iparmu sudah begitu menderita.""Adik ipar, bukankah kalian yang ingin menjadikan aku mantan. Mantan menantu, mantan istri dan mantan kakak ipar?"Ibu mertuaku langsung terdiam. Namun aku heran saat melihat mas Alam justru tertawa senang. Sepertinya dia sudah gila, sebelum merasakan pembalasan dariku."Pergilah
Kak Alina melirik kebelakang lalu dia memberi kode pada anak buahnya yang berjalan di belakang. Akhirnya tak ada lagi yang mengikuti kami dari belakang."Lucu sekali orang-orang kampung ini. Mereka terlalu antusias untuk mengetahui urusan orang lain, pasti mbak Asma selalu jadi pusat perhatian ya?"Pusat perhatian, mungkin benar yang di katakan kak Alina. Aku jadi pusat perhatian karena cocok jadi bahan ceritaan para penyebar gosip."Tak hanya Asma, semua yang miskin dan lemah pasti jadi korban. Tak perduli tua atau muda karena selain Asma, Mak yang sudah tua dan hanya berada diwarung serta pergi ke pasar masih bisa di ceritain. Apalagi yang sering bepergian pastilah sasaran empuk tapi anehnya tak termasuk Keluarga mertua Asma."Mak Ijah benar, selama ini tak ada cerita tentang keluarga mas Alam, meski jelas terlihat keburukan keluarga itu. Bahkan saat ketahuan ibu dan Mbak Ani yang memfitnahku hanya sebentar mereka di salahkan, setelah itu dilupakan begitu saja."Mungkin tak asyik me
"Hai tutup mulutmu justru adik perempuanmu ini pembawa sial. Setelah anakku menikahinya langsung jatuh miskin," ucap mertua Rika."Tentu saja jatuh miskin, karena memang dia tak pernah kaya. Semua harta itu milik istrinya, begitu ketahuan berhianat semua hartanya diambil lagi. Dasar benalu tak tau diri."Alam melawan ucapan mertua adiknya, dia tak terima ketika Rika dikatai pembawa sial. Dia lupa ketika mengatakan Asma dan anaknya pembawa sial."Sudah jangan ribut lagi, sekarang apa yang harus kita lakukan? Semua ini sudah dibayar tapi acara sudah berantakan. Bahkan pak penghulu sudah pamit karena tak mau terlibat masalah.""Asma, semua ini karena mantan istrimu, Lam. Darimana si miskin itu kenal wanita sekaya istri pertama suami Rika? Kau selidiki pasti ada yang tidak beres dengan Asma, Lam."Alam menganguk sebenarnya dia juga sedikit curiga, bagaimana bisa istrinya yang miskin bisa kenal dengan wanita kaya itu."Apa kau tak curiga saat tiba-tiba dia punya uang banyak. Bisa membeli k
Alam terkejut saat mendengar suara orang yang selalu teriak saat di kantor, dia berbalik dan heran melihat pimpinannya berada di depan rumah Asma mantan istrinya."Apa yang pak Adam lakukan di sini?"Pria itu melangkah mendekati Bagus dan Alam, setelah mengunci mobil mewahnya secara otomatis."Kebetulan sekali saya melihat kalian berdua, sebenarnya saya hendak bertemu bidadari cantik katanya berada disini."Pria itu menatap kesana-kemari seperti mencari sesuatu. Alam sedikit curiga tapi dia tak percaya, kalau bidadari yang di cari bosnya adalah Asma mantan istrinya."Tak salah kok pak Adam dia ada di rumah ini."Alam terkejut saat melihat istri Bagus keluar menyambut Adam pimpinan di kantor Bagus dan Alam. Mereka tampak akrab seperti kenal dengan baik."Dasar bodoh lihat istrimu yang bergairah pada pak Adam kau memang tak berguna."Alam mengejek Bagus dia tak menyadari Asma di belakang mendengar ucapannya. Karena tadi dia pindah agar Bagus melihat kemesraan istrinya dengan pimpinan me
Toko apa maksud wanita itu. Alam semakin curiga kalau memang ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Asma. Dia harus mencari tau secepatnya."Pak Alam ada perubahan dalam waktu pemindahan ke kantor cabang. Besok ambil surat jalannya, begitu juga dengan pak Bagus."Alam semakin kesal, dia tau pasti akan ada perubahan besar dalam pemindahan staf kantor pusat ke kantor cabang. Sedangkan masalah di sini belum dia selesaikan."Aku pergi dulu, Asma. Tapi ingatlah jangan berharap rujuk saat kau terpuruk, karena bagiku kau tak ubahnya seperti sampah tak berharga."Asma mengepalkan tangan mendengar hinaan Alam. Istri Bagus sampai memeluk bahunya karena takut wanita itu rapuh."Aku harap kau juga melakukan hal yang sama, Mas. Karena sampah ini tak akan sudi menerimamu kembali. Aku cuma mau bilang jaga keluarga tercinta mu, mungkin saja kelak mereka akan membuatmu gila."Alam menatap mata Asma, entah kenapa dia merasa wanita itu mempunyai sebuah rencana jahat pada keluarganya.Namun dia menepis per
Ani bertanya dengan nada jengkel. Dia tak menyangka adik iparnya bisa kalah, dengan seorang wanita lemah seperti Asma."Aku tak apa-apa ini hanya karena aku menabrak pagar bambu rumah Asma. Dia memang keterlaluan, apa tak bisa menganti pagar yang sudah lapuk itu."Alam masih mengomel dia baru merasakan perih di lututnya, setelah sampai di rumah dan sang ibu sedang membersihkan lukanya."Lalu apa yang kau dapatkan dari rumah Asma, apa dia bersedia mengembalikan semua barang yang diberikan mas Seno padaku?"Rika berdiri menatap Alam dengan wajah seperti tak sabar. Namun dia kembali duduk saat Alam mengelengkan kepala."Wanita bodoh itu bahkan menolak mobil dan perhiasan emas yang jadi maharmu, Ka. Dia hanya menerima segala macam perabotan dan semua yang jadi hantaran saat kau lamaran."Rika menangis karena dia tau semua hantaran itu harganya sudah ratusan juta. Dia menyesal memamerkan semua hantaran yang dia terima pada Asma, karena mantan kakak iparnya itu ternyata mencatat di otaknya,