Bab 26 - Asal Kau BahagiaPOV LeonAku baru saja kembali dari makan siang bersama Nadine. Setelah makan siang dia minta ditemani belanja juga di supermarket. Aku sebenarnya ingin menolak, tetapi sepertinya Nadine sedang bersedih dan butuh teman bicara. Pagi tadi dia datang ke kantorku tanpa memberitahu lebih dulu. Padahal tidak ada jadwal meeting atau pun rapat dengan perusahaan nya. Rupanya dia hanya ingin berkunjung saja. Dan begitulah akhirnya dia minta ditemani makan siang dan berbelanja. Namun, dia tak mau bercerita sedang ada masalah apa."Selamat siang, Pak!" sapa supirku di parkiran membuatku kaget. Sejak kapan dia berada disitu, aku mengemudi sambil melamun rupanya sehingga tak melihat keberadaannya di situ."Siang, sedang apa kamu disini. Bukannya kamu saya suruh stay di rumah. Jika Bela ingin keluar kamu harus siap mengantarkannya!""Sudah, Pak. Tadi Non Bela minta diantarkan ke rumah temannya. Asih istrinya almarhum Ramon. Tapi ...." "Tapi kenapa?" tanyaku tak sabaran
Bab 27 - Aku Tidak Cemburu "Cemburu? Marah maksud, Mas? Tidak, aku tak cemburu atau marah. Buat apa, pernikahan kita kan hanya pernikahan bohong, pura-pura!" sahut Bela.Ya, kamu benar, Bel. Kita hanya pura-pura saja. Ternyata aku salah, Bela gak masalah akan kedekatan ku dengan Nadine."Syukurlah, kalau kamu gak marah. Tadinya aku pikir kamu akan salah paham melihat kami berdua." jawabku akhirnya. "Tidak, Mas. Aku paham kok dengan oosisi aku di rumah, Mas. Jadi aku mencoba mewujudkan itu secepatnya agar aku bisa pergi dari kehidupan Mas. Dan kamu bisa menikah dengan Nadine secepatnya." Sepertinya Bela susah salah sangka, tapi biarlah. Itu lebih baik saat ini. Karena dia tak punya perasaan apa-apa padaku.Kami tiba di rumah saat hari hampir gelap. Begitu aku masuk, drama dimulai lagi. "Leon, syukurlah kamu pulang. Istri kamu mau membunuh kami. Sepanjang hari mama dan Yola buang air terus. Kata dokter kami telah memakan obat pencuci perut. Pasti dia yang melakukannya!" tuding mama
Bab 28 - Jebakan YolaPOV BELA"Masih jauh rumahnya, Yol?" tanyaku. Yola yang sejak tadi asyik dengan ponselnya melihatku lalu melihat keluar jendela mobil."Gak, sudah dekat, Mbak!" jawabnya lalu kembali fokus pada ponselnya.Aku mendehem pelan, sebenarnya aku malas memenuhi ajakan Yola. Namun, sepertinya dia memaksa dan aku merasa dia punya rencana untuk membuatku malu di sana nanti.Sebenarnya mas Leon sudah melarang, tapi aku suka tantangan. Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh Yola nanti."Akhirnya sampai juga, jadi disini acaranya?" tanyaku ketika kami turun dari mobil."Iya, Mbak. Di sini acaranya. Ayo kita masuk!" ajaknya penuh semangat.Tanganku digandengnya seolah takut aku kabur meninggalkan dia. Hotel tempat acara ulang tahun temannya Yola ini sungguh mewah. Pasti harga sewanya mahal. Sayang banget, mendingan uangnya disumbangkan ke panti asuhan.Suara musik yang menghentak menyambut kami saat memasuki ruangan. Lampu disko berkelap-kelip menerangi sebagian ruangan y
Bab 29 Jebakan Yola (2)Dua orang gadis itu sudah berlalu, aku segera menuntaskan rasa kebeletku. Lalu aku ke luar menuju ke meja, dimana Yola dan teman-temannya sudah menunggu."Ini dia mbak saya, kenalkan om!" sambut Yola saat aku sudah mendekat.Kusalami mereka satu persatu dengan tersenyum manis. Sementara otakku masih terus berpikir bagaimana bisa lolos dari jebakan orang-orang tak bermoral ini.Keempat pria yang kutaksir berumur diatasku itu tersenyum melihatku. Mata mereka jelalatan seperti hendak menelanjangi tubuhku."Silakan diminum, mbak!" tawar gadis berbaju merah yang kulihat di toilet tadi."Terima kasih, nanti saja," tolakku. Aku tahu kalau dalam minuman itu pasti sudah diberi obat seperti kata gadis berbaju merah tadi.Dia kelihatan kecewa, lalu melirik ke arah si Om yang bernama Gilang tadi.Kulihat Yola sudah mulai tak sadar, dia tertawa tanpa sebab. Ini sudah gak bagus, aku harus membawanya pulang."Yola!" panggilku. Yola melihat padaku, syukurlah dia masih bisa mer
Bab 30 - Tuduhan PalsuPOV BelaTaksi yang kutumpangi akhirnya tiba di depan rumah. "Pak, tolong bantu aku?" seruku pada satpam yang sedang berjaga di depan kediaman Mas Leon. "Baik, Mbak. Eh, kenapa Non Yola, Mbak?" tanya sang satpam kaget.Aku menjawab kalau Yola pingsan, setelah membayar ongkos taksi, aku pun masuk ke dalam rumah. "Assalamualaikum," salamku sebelum masuk ke rumah. Sepi, tak ada yang menjawab, kuulangi sekali lagi. Barulah si bibi keluar dengan tergopoh. "Waalaikumsalam, lho, non Yola kenapa, Non Bela?" tanya si bibi panik. "Nanti saja ceritanya, sekarang kita bawa saja dia ke kamarnya, Bi!" jawabku singkat Si bibi tak banyak tanya lagi, langsung mengikuti satpam yang tengah menggendong Yola, lalu membawa Yola ke dalam kamarnya. Sampai di kamar kusuruh si bibi mengganti pakaian Yola. Lalu kami biarkan dia untuk beristirahat.Di ruang makan kuceritakan semuanya pada bibi, beliau sampai menangis mendengar ceritaku."Ya Allah, jahat benar teman-temannya non Yo
Bab 31 - PenjelasanSuara detik jam adalah hal pertama yang aku dengar saat membuka mata. Perlahan kesadaranku kembali, rupanya aku tertidur setelah marah-marah tadi.Kugeser selimut yang menutupi tubuhku, eh, siapa yang menyelimuti aku. Jendela kamar juga sudah di tutup. Sepertinya hari sudah malam, aku ingat belum menunaikan salat Magrib. "Sudah bangun?" Suara mas Leon terdengar. Sepertinya dia baru selesai mandi. "Iya, Mas. Aku salat dulu, ya!" pamitku lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi dan berwudu, aku melaksanakan salat Magrib. Tak kelihatan dimana keberadaan mas Leon. Mungkin dia sedang berada di luar. Pasti sekarang mamanya sedang membuat drama mengadukan kelakuanku tadi.Aku pun kembali duduk di sofa yang ada di kamar. Perlahan kupijat kakiku, ternyata sakit juga rasanya."Kenapa? Sakit kakinya?" Mas Leon riba-tiba muncul langsung berjongkok di depanku. Kutarik kakiku yang dipegangnya, tapi ditahannya.Mas Leon tersenyum, kemudian mengurut kakiku perlahan. Sesekal
Bab 32 - Jebakan Yang GagalMasih POV Bela"Bela, keluar kamu!" Gedoran di pintu mengagetkan aku dan Mas Leon yang masih berada di dalam kamar.Oke, sepertinya drama akan segera dimulai, batinku.Mas Leon bangkit lalu membuka pintu kamar. Mertuaku langsung menyerbu masuk lalu mengguyurku dengan air yang dibawanya di dalam baskom.Huek, aku merasa mual menghirup bau air yang disiramkan mertuaku. Sepertinya ini air bekas cucian piring, berminyak dan sangat bau sekali. "Mama, apa-apaan ini?" Bentak mas Leon marah. "Istri kamu itu minta di hajar. Gaya-gayaan merusak dinding rumah sama meja makan. Dia pikir mama takut?" jawab mertuaku dengan wajah garang. Perutku semakin mual sehingga untuk bicara saja aku tak bisa. Rasanya isi perutku sudah sampai di mulut hanya tinggal menunggu mulutku terbuka saja. Aku berdiri hendak ke kamar mandi, tapi tanganku ditahan oleh mertua. Dih, aku sudah gak tahan, ingin muntah sekarang."Mau kemana, kamu. Jawab dulu pertanyaanku!" Dia terus menahan tanga
Bab 33 - TerungkapKulihat dia menghubungi seseorang, aku yakin dia menghubungi om Gilang itu."Kamu gak apa-apa 'kan?" Mas Leon bertanya dengan khawatir. "Aku gak apa-apa, Mas. Tenang aja!" Seandainya mereka melaporkan kamu, Mas akan berusaha membebaskan kamu," janji Mas Leon. "Itu gak akan terjadi, Mas lihat saja nanti!" Setengah jam kemudian, pria yang bernama om Gilang itu tiba di rumah. Bibirnya menyeringai licik saat melihatku, tampak jalannya sedikit aneh. Aku yakin itu karena benda pusaka pasti tengah membengkak sekarang.Yola juga sudah berkumpul bersama kami, dia hanya menunduk tak berani menatapku. Sementara Mas Leon hanya duduk mengawasi saja, dia sudah menyerahkan semua keputusan padaku."Baiklah, mama mertua. Apa keluhan mama?" Mama mendengkus lalu tersenyum sinis melihatku."Aku akan melaporkan kamu ke polisi. Anakku hampir celaka karena perbuatanmu!" tuduhnya lagi. Sepertinya mama mertuaku masih yakin dengan apa yang didengarnya dari om Gilang.Kulirik om Gilang y