Share

Bab 4

Penulis: Nur Meyda
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-19 20:23:57

Bab 4 - Bela suka membela

POV Bela

 

Aku telah sampai di rumah, tetapi  masih merenung di teras rumah.  Entah kenapa hari ini aku merasa kesal, padahal siang tadi aku merasa senang saat Mas Leon mengajak makan siang.

 

Kapan lagi bisa makan bareng dengan orang kaya, ganteng pula. Hatiku juga merasa senang saat dia meminta aku menjadi istrinya, jantungku mendadak bergemuruh. Namun demi jaga gengsi hanya tak langsung setuju dengan permintaannya. 

 

Aku sudah bermimpi akan menjadi istrinya walau itu hanya settingan saja. Namun, sepertinya impianku harus kukubur dalam-dalam. Wanita yang bersama Mas Leon tadi sangat cantik, dan sepertinya mereka saling tertarik.

 

Aku bisa melihat tatapan mata wanita itu yang terus tertuju pada Mas Leon. Mereka lebih cocok dan pantas menikah dari pada aku. 

 

"Ah, sudahlah. Mungkin Mas Leon memang bukan jodohku!" putusku, kemudian masuk ke rumah untuk beristirahat.

 

Keesokan harinya, aku baru akan menagih uang keamanan, saat tiba-tiba Ujang, temanku datang dengan tergopoh-gopoh.

 

Bang Ramon, yang sedang menikmati kopinya juga ikut terkejut seperti aku.

 

"Bang, gawat! Gengnya Jalu sudah mulai berani, mereka sedang mengutip uang keamanan pada pedagang kaki lima di depan Bank sana!" 

 

Bang Ramon berdiri sambil menggebrak meja, lalu berjalan dengan tergesa setelah mengambil parangnya dari bawah meja. Aku beserta anak buahnya yang lain juga bergerak mengikutinya. 

 

"Bela, kamu jaga pasar saja! Biar kami yang pergi kesana!" perintahnya padaku.

 

Tentu saja aku menolaknya, Bang Ramon akhirnya mengijinkan aku ikut dengannya. Kami berlarian menuju ke lokasi yang dikatakan oleh Ujang tadi. 

 

Benar saja, Susana telah ramai oleh gengnya Jalu. Mereka langsung bersiap ketika melihat kehadiran kami. 

 

Bang Jalu sang Bang Ramon saling  berdiri berhadapan. Seperti film Koboy yang pernah kutonton, mereka saling beradu pandang sambil berkacak pinggang.

 

"Jalu! Apa kau tahu apa kesalahan mu?" Bang Ramon akhirnya membuka percakapan.

 

"Tentu saja aku tahu tetapi aku tak peduli!"

 

"Bangs**! Sepertinya kau mencari mati!" Bang Ramon langsung menyerang Bang Jalu yang juga telah bersiap. 

 

Aku dan yang lain juga tak tinggal diam. Keributan pun tak dapat dihindarkan lagi. Aku mendapat lawan yang lumayan besar tubuhnya. Namun, dia langsung roboh begitu mendapat tendanganku tepat di benda pusakanya. 

 

Segera kubantu yang lain, jumlah kami yang sedikit tak membuat kami takut, buktinya sudah lebih dari separuh anak buah Bang Jalu yang roboh kena tendanganku dan yang lain.

 

Kelihatannya Bang Jalu juga mulai kewalahan menghadapi serangan Bang Ramon. Sayangnya suara sirine mobil polisi membuyarkan semuanya.

 

Kami harus kabur kalau tidak ingin tertangkap. Aku dan yang lain berlarian memasuki gang kecil yang bisa tembus ke depan pasar. Aku terus berlari sampai napasku mau putus rasanya.

 

Begitu sampai di pasar, kami baru bisa menarik napas lega.

 

"Kurang ajar si Jalu, sayang sekali polisi datang. Kalau tidak, habis dia kubantai!" gerutu Bang Ramon.

 

"Paling, gak dia bakal berpikir dua kali lagi kalau mau menantang kita, Bang!" hiburku.

 

Bang Ramon menoleh padaku, tawanya membahana membuatku kaget.

 

"Kamu hebat Bel, gak sia-sia ilmu yang  kuturunkan padamu selama ini. Berapa orang yang benda pusakanya kau tendang?" tanyanya masih sambil tertawa.

 

"Lupa menghitungnya, Bang," jawabku malu.

 

"Bel, ada yang nyariin, tuh, di depan," temanku yang lain memberitahu padaku. 

 

"Siapa?" 

 

"Gak tau, tetapi orangnya ganteng." 

 

Ganteng, berarti seorang pria. Siapa yang ingin bertemu denganku? Karena merasa penasaran aku segera keluar menuju ke Lobi kantor.

 

"Mas Leon!" gumamku lirih, saat melihat Mas Leon sedang berdiri membelakangiku. 

 

Mas Leon menoleh karena menyadari kehadiranku, senyumnya mengembang. Lalu mengajakku ke cafe depan. Tempat aku dan dia kemarin bertemu.

 

Saat kami menyebrang jalan, tiba-tiba tiga buah motor berhenti di depan kami. Mereka turun lalu menunjuk-nunjuk padaku.

 

"Itu dia orangnya Bos, dia salah satu anggotanya Ramon!" teriak salah seorang dari mereka. 

 

"Gawat, ternyata mereka mengikuti kami sampai ke pasar!" pekikku panik.

 

Mas Leon hanya terbengong saja melihat ke enam orang di depannya.

 

"Mas, tunggu di pinggir saja. Aku mau olahraga sejenajt! bisikku. 

 

Mas Leon menurut, kaku menyingkir ke pinggir. Keenam orang itu menikah padanya tetapi cepa aku berteriak memberitahu mereka, kalau Mas Leon itu pengunjung pasar. 

 

Ke enam orang itu mengepungku sekarang. Langsung saja kupasang kuda-kuda dan bersiap menerima serangan mereka  

 

Dua orang yang maju terlebih dahulu jadi sasaran tendangan ku. Mereka terjungkal ke belakang. Dua orang kembali menyerangku, kembali kubuat terkapar karena tendanganku. 

 

Dua irang sisanya saling memandang laku oeelahan mengeluarkan senjata dari balik kemeja yang mereka pakai  

 

Sedikitpun aku tak merasa takut melihat senjata yang mereka pakai.

 

Seorang yang memegang belati berlari ke arahku sambil berteriak kencang, dengan mudah aku berkelit ke kiri yang satu lagi menyerangku juga. 

 

Sebenarnya aku gak merasa gentar sedikitpun, tetapi rasanya hatiku sedikit lega saat Bang Ramon dan teman-temanku datang sambil berteriak. Kedua musuhku melihat pada mereka lalu kabur meninggalkan keempat temannya yang pingsan karena tendanganku tadi 

 

Aku melirik Mas Leon yang masih terpaku dengan wajah pucat pasi. Kasihan dia, pasti baru kali ini melihat gadis cantik berkelahi secara langsung, pikirku dengan pedenya.

 

Bersambung.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istriku Preman Pasar    Bab 51

    Bab 51 Kok Bisa Sama"Kita juga masih berusaha mendapatkan darah di PMI pusat, Bu. Karena stok darah tersebut sedang kosong di sini. Namun, Zaki harus segera mendapatkan transfusi darah tersebut. Kalau tidak—""Pakai darah saya saja, Dok. Golongan darah saya sama dengan Zaki," ucap Leon memotong ucapan sang dokter. Semua yang berada di depan ruang IGD menoleh pada Leon. Intan tampak tersenyum samar. Dia bahagia karena yakin akan hubungan Leon dan Bela serta Zaki. "Baiklah, kalau begitu anda ikut saya!" balas sang dokter. Leon menoleh pada Bela yang masih menundukkan wajahnya, kemudian mengikuti langkah dokter tersebut ke dalam ruangan di mana Zaki sedang dirawat. Intan menarik napas lega, seusianya Maslaah darah sudah terselesaikan. Dia pun mengajak Bela untuk duduk dan sabar menunggu sampai operasi selesai dilaksanakan. "Saya takut, Bu. Hanya Zaki satu-satunya milik saya di dunia ini. Kalau sampai terjadi apa-apa dengannya, ah, saya bisa mati dengan membayangkannya saja," keluh

  • Istriku Preman Pasar    Bab 50

    Bab 50 - Kecelakaan ZakiPOV AuthorBela sedang menerima tamu yang dibawa Leon untuk melihat-lihat kondisi panti yang diasuhnya. Intan dan Rangga, beserta ketiga anaknya tidak hanya berkunjung, tetapi mereka juga membawa banyak barang untuk kebutuhan Panti. Tentu saja Bela merasa senang sekaligus bersyukur. Tiba-tiba saja, seorang anak panti berlari mengulitinya dengan wajah cemas. "Ibu, Zaki!" seru sang anak ketakutan. "Zaki kenapa?" tanya Bela ikut khawatir. "Zaki jatuh dari pohon mangga, Bu. Kepalanya berdarah kena batu!" jawab si anak laki-laki takut. "Apa, di mana dia sekarang?" Bela mulai panik, dia langsung berlari mendapati Zaki setelah si anak laki-laki itu memberitahu kalau Zaki ada di kebun belakang. Bagian belakang panti memang anak ditumbuhi pohon buah-buahan seperti Mangga, Rambutan, Jambu Air dan beberapa jenis buah lainnya. Rangga dan keluarga juga ikut berlari menyusul Bela. Sampai di kebun belakang panti, Intan sangat kaget melihat Zaki yang tergeletak di tana

  • Istriku Preman Pasar    Bab 49

    Bab 49 Ketakutan Bela"Suka, Om. Boleh, kan, Ma?" Zaki memandang padaku dengan pandangan memohon. Dia tahu kalau aku tak suka Zaki menerima tawaran makan dari orang lain. Aku memang pernah melarangnya, bukan karena apa-apa. Aku hanya tak ingin dia jadi sering berharap diajak makan oleh siapapun. Namun, kali ini aku tak kuasa menolak permintaannya.Apa lagi yang mengajaknya makan adalah Papanya sendiri. "Boleh, kali ini saja, ya!" kataku akhirnya. "Yeay, Mama paling baik, deh." Zaki memelukku dengan senang hati, lalu kami pun turun ke lantai bawah. Mas Leon mengajakku dan Zaki masuk ke restoran cepat saji asal negeri Paman Sam dengan maskot kakek tua itu. Ternyata pengunjung sedang ramai saat itu, kami kesulitan mencari kursi dan meja yang kosong. Untunglah mata jeli Mas Leon dapat menemukan satu meja yang kosong."Kalian tunggu di sini saja, biar Om yang memesan makanannya, ya!" kata Mas Leon pada Zaki dan tentu saja padaku juga. Mas Leon meninggalkan kami menuju ke kasir. Dia

  • Istriku Preman Pasar    Bab 48

    Bab 48 - Dia juga SukaPOV BelaSetelah percakapan kami sore itu, Zaki tak pernah lagi mengungkit keinginannya itu. Walaupun aku tahu kalau dia masih memendam keinginannya di dalam hati. Maafkan Mama, ya, Sayang. Mama tak mungkin memenuhi keinginan kamu itu.Untuk mengobati kekecewaannya, aku berinisiatif mengajak Zaki berjalan-jalan ke Mal. Kami pergi sejak siang setelah salat Zuhur. Kami hanya pergi berdua saja, sementara panti dan anak-anak yang lainnya kutitipkan pada Bi Ijah. Bi Ijah adalah orang yang membantuku memasak dan mengurus panti selama ini setelah kepergian Umi."Mama, Zaki mau naik mainan yang itu!" seru Zaki menyentak lamunanku. "Iya, Sayang. Ayo kita beli tiketnya dulu, ya," kataku seraya berjalan menuju ke stand penjualan tiket. Aku membeli tiket untuk permainan Komidi putar. Zaki kelihatan sangat bahagia. Sudah lama aku tak melihat tawanya selebar itu. Zaki memilih menaiki kuda bertanduk. Kata Zaki namanya Unicorn, entahlah benar atau tidak. Aku tak pernah men

  • Istriku Preman Pasar    Bab 47

    Bab 47 - Keinginan ZakiTampaknya dia masih penasaran dengan informasi tentang Zaki. Ini sangat membahayakan diriku. Bagaimana jika dia akhirnya mengetahui kalau Zaki--memanggil anaknya. Aku takut, Mas Leon akan mengetahui kebenarannya lalu membawa Zaki dari hidupku. Tidak! Itu tak boleh terjadi!"Papa nya seorang pelaut, tapi sekarang sudah meninggal. Kapalnya tenggelam di laut beberapa waktu."Aku menuturkan cerita yang pernah keceitakan juga pada Zaki. Maafkan Mama, Nak!"Kasihan sekali Zaki, tapi sepertinya dia bahagia.""Tentu saja dia bahagia, apa yang membuatnya tidak bahagia di sini?" tanyaku heran. "Oh, maaf. Maksud saya. Dia tampak tidak tertekan dan baik-baik saja tinggal di panti.""Dia bahagia karena lebih beruntung dari anak-anak yang lain. Dia masih punya Mama dan bisa tinggal bersama mamanya. Sedangkan anak yang lain, orang tua mereka saja entah dimana keberadaanya."Mas Leon sudah selesai sarapannya, aku pun mengajaknya ke depan agar obrolan masalah pribadi selesai

  • Istriku Preman Pasar    Bab 46

    Bab 46 - Leon CurigaPOV BelaKesibukan orang-orang dari WO yang menangani acara aniversary pernikahan mertuanya Mas Leon menjadi pemandangan menarik bagi anak-anak asuhanku.Mereka senang melihat aneka macam bunga yang mulai disusun di halaman panti yang lumayan luas. "Ma, jadi orang kaya itu enak, ya?" tanya Zaki padaku. "Enak apanya?" "Ya, enak. Bajunya bagus-bagus, makanannya enak-enak terus punya mobil, rumah yang besar juga uang yang banyak," jawab Zaki dengan bersemangat."Gak semua orang kaya itu hidupnya bahagia, Sayang. Untuk mendapatkan kekayaan juga gak gampang, harus bekerja keras dan tidak boleh menyerah. Makanya Zaki sekolah yang rajin, biar pintar dan bisa meraih semua impian Zaki."Zaki mengangguk dengan senang, matanya berbinar mendengar nasihatku. Dia pun menurut saat kusuruh untuk main dengan yang lain di dalam saja, agar tak mengganggu karyawan WO yang sedang bekerja. Besok adalah hari H acara aniversary pernikahan mertuanya Mas Leon. Persiapannya sudah hampir

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status