Share

Bab 7

Bab 7

POV ARABELA

Sebenarnya sejak awal aku sudah menyadari keberadaan Mas Leon. Aku mengenali mobilnya yang terparkir di dekat warung tempat aku biasa membeli nasi. 

Kubiarkan saja dia mengikuti aku, siapa tahu dia merasa tergerak juga untuk melakukan hal yang sama. Setiap Jumat malam aku memang biasa membagikan nasi bungkus pada orang yang membutuhkan di sekitarku. 

Jumat berkah istilahnya, aku sih dengarnya dari pak ustaz yang sering kasih ceramah di masjid dekat rumah. Alhamdulillah sudah empat tahun ini aku bisa menjalankannya. 

Sempat terhenti sebentar karena nenekku meninggal dunia, tapi tak lama aku melanjutkannya kembali.

Kembali ke Mas Leon, dia merasa kaget saat tiba-riba aku menyapanya. Mungkin dia gak menyangka kalau aku tahu keberadaannya di situ. Setelah puas mengikutiku, Mas Leon pun pamit setelah meminta maaf padaku. 

 Aku menatap kepergian Mas Leon dengan perasaan campur aduk. Sebagian merasa kesal karena aku merasa menjadi korban PHP-nya. Sebagian lagi meraasa lucu, ya, lucu karena belum apa-apa aku sudah baper dan mengharapkan sesuatu yang berlebihan.

Orang kaya, dimana-mana sama saja. Mereka hanya tahu memanfaatkan orang miskin seperti kami sebagai alat untuk mencapai keinginannya. Aku pun melangkah pulang karena mobil Mas Leon sudah tak kelihatan lagi.

Keesokan harinya, aku pergi ke pasar seperti biasa. Di tengah jalan kulihat sebuah mobil berhenti di tengah jalan. Sepertinya mogok, jalanan menjadi macet karena terhalang oleh mobil mogok tersebut. 

Apalagi sekarang sedang jamnya orang-orang berangkat bekerja. Suara klakson bergantian berbunyi membuat telinga menjadi sakit mendengarnya.

Aku menggeleng kesal melihatnya. Orang-orang ini, mau cepat tapi tak mau membantu. Dengan kesal aku menghampiri mobil tersebut, di dalam mobil seorang wanita paruh baya dengan dandanannya yang wah sedang kebingungan berusaha menghidupkan mobilnya. 

Sementara di sebelahnya, seorang gadis berpakaian sekolah tampak gelisah melihat ponselnya berulang kali. Kuketuk kaca mobil pelan tapi cukup membuat mereka kaget.

Mereka semakin ketakutan dan gelisah, kuberi isyarat agar membuka kaca mobilnya. Si ibu membuka kaca mobilnya sedikit, wangi semerbak langsung menyesak ke hidungku. 

"Ibu, sebaiknya turun dulu. Minta tolong sama orang untuk meminggirkan mobilnya. Yang lain gak bisa lewat jadinya!" usulku. 

 Butuh beberapa detik buat si ibu untuk mengerti dengan perkataan ku, kemudian dia melongok ke belakang. Baru dia mengerti dan keluar dari mobilnya. 

"Aduh, Mbak. Saya buru-buru, bisa tolong panggilkan orang-orang untuk membantu saya!" katanya dengan angkuhnya. Aku sampai melongo melihat gayanya.

"Kenapa gak ibu saja yang minta tolong sendiri, bukannya ibu yang butuh pertolongan!" jawabku dengan ketus.

Si ibu melotot padaku, kubalas menatapnya dengan santai. Merasa di cueki, dia celingukan melihat ke sekelilingnya. 

"Mas, tolong bantu saya dong. Tenang saja, nanti saya bayar, kok!" panggilnya pada tukang parkir yang aku kenal juga.

Mang Diman, berlari ke arah kami. Dia tersenyum padaku, baru bertanya pada si ibu sombong di depanku. 

"Ada apa, Bu?" 

"Tolong cari orang, bantu dorong mobil saya ke depan. Nanti saya kasih upah!" 

"Siap, Bu!" jawab Mang Diman cepat lalu berbisik padaku. " Lumayan, Bel. Buat beli sarapan pagi."

Aku hanya tersenyum kemudian menyuruhnya cepat memanggil yang lain. Sebenarnya aku sudah berniat membantu si ibu tadi. Namun, karena sikapnya yang sombong membuatku malas jadinya. 

Biar saja, dia jadi keluar uang karena sikapnya. Kalau aku yang menyuruh Mang Diman tadi pasti akan gratis. Yah, hitung-hitung bagi-bagi rezeki, pikirku.

"Mah, cepetan, dong. Nanti aku telat, lho!" keluh si anak perempuannya  dari dalam mobil. 

"Iya, Sayang. Ini lagi mau dibawa ke bengkel. Kamu pesan ojol aja, ya!" 

*Ya, udah deh. Mana ongkosnya?" 

Dengan berdecak kesal, si ibu memberi selembar uang berwarna biru pada anaknya. 

Anak perempuan berpakaian sekolah itu keluar dari mobilnya, tak lama ojol yang di pesannya datang.

"Ckk, coba aja si Leon itu gak pelit. Pasti aku sudah punya mobil mewah yang gak mogok-mogok seperti ini?" keluh si ibu. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status