Share

5. Diusir Suami

Luki menautkan tangannya di tangan mungil istrinya begitu mereka turun dari mobil. Dia melakukan hal ini semata-mata hanya untuk berakting. Dia akan mencoba meyakinkan semua orang kalau dia dan istrinya sudah bisa menerima pernikahan mereka supaya tidak ada lagi ocehan dan pertanyaan dari para orang tua mereka tentang pernikahan hasil perjodohan ini.

Beby dan Luki sepakat untuk memperlihatkan keharmonisan hubungan mereka sebelum turun dari mobil tadi, dan hal ini juga berlaku jika mereka sedang berada di luar rumah dan saat bertemu orang lain.

“Tolong tenanglah saat kita sampai di dalam nanti. Ayah sedang dioperasi dan ibu serta adikmu sedang menunggunya saat ini.” Luki memberitahu Beby pelan-pelan sambil mereka jalan menuju ruang operasi.

Deg

Jantung Beby terasa berhenti seketika. “Dioperasi, ayah kenapa dioperasi lagi? Bukannya penyakit jantungnya sudah membaik?” gumam Beby yang masih terdengar oleh suaminya.

“Mas ayo cepat, aku ingin segera bertemu dengan ibu.” Tak peduli lagi dengan tanggapan suaminya, Beby menarik tangan suaminya mengajaknya berlari.

“Ibu, Sherin, ayah bagaimana keadaannya? Kenapa sampai dioperasi?”

Beby memberondong ibu dan adiknya dengan pertanyaan, wajahnya begitu khawatir.

“Luki, Beby, duduk dulu ya. Ayah tadi jatuh saat baru keluar dari kamar mandi dan saat dibawa ke rumah sakit pembuluh darahnya sudah pecah. Dokter menyarankan supaya ayah dioperasi.”

“Ya Allah, Ayah.”

Badan Beby tambah lemas mendengar cerita ibunya. Tangannya tanpa sadar lepas dari genggaman suaminya namun Luki mengubah posisinya dengan merangkul tubuh istrinya yang terlihat tak berdaya.

Dia mengajak istrinya duduk di deretan kursi khusus penunggu pasien di depan ruang operasi. Sikap mereka yang terlihat saling melindungi menimbulkan rasa kelegaan tersendiri di hati Jeni. Putrinya dan Luki akhirnya bisa menerima pernikahan mereka. Dalam hati dia berdoa penuh syukur kepada Tuhan dan berharap jika putri sulungnya selalu diberkahi dan diberikan kebahagiaan dalam hidupnya.

"Mau kemana mas?" 

Beby seolah tidak rela saat suaminya melepaskan pelukan pada dirinya dan beranjak dari kursi.

"Mau beli minum. Kamu mau teh hangat?" 

"Biar Sherin saja yang beli."

Tanpa menunggu persetujuan suaminya, Beby langsung menyuruh adiknya untuk membelikan minuman untuk mereka berempat.

"Ini Sher uangnya." Beby menyerahkan dua lembar uang berwarna merah pada adiknya.

"Oke kak."

***

Setelah Doni, ayah Beby, dinyatakan sudah bisa melewati masa krisisnya setelah operasi, Luki mengajak istrinya kembali pulang ke rumah mereka. Luki sudah lelah berakting layaknya suami istri yang benar-benar saling mencintai. Meskipun dia prihatin dengan keadaan mertuanya, namun dia tidak bisa berlama-lama disana. Ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakan.

Selama perjalanan dari perjalanan menuju ke rumah, Beby lebih banyak diam dan membuang pandangannya ke luar jendela dengan raut sendu. Tidak seperti biasanya yang selalu cerewet dan mengganggu suaminya. Keadaan ini malah membuat Luki merasa aneh. Padahal tadi saat berangkat saja Beby masih ceria dan bersikap usil padanya dengan pertanyaan-pertanyaannya yang selalu sukses membuat Luki merasa kesal dan geregetan.

“Beb …”

Beby menghiraukan panggilan Luki yang setelahnya malah merasa aneh sendiri dengan memanggil nama Beby hanya depannya saja. Dia merasa geli sendiri seperti sedang merayu kekasihnya dengan panggilan Baby (sayang).

“Ekhm, Beby …”

Beby masih bergeming. Dia masih asik tenggelam dengan pikirannya sendiri. 

“Beby Farisha …”

“Hmm ya mas.”

Baru di panggilan ketiga, Beby baru menoleh dan menjawab panggilan Luki dengan yang entah mengapa di telinga Luki terdengar merdu dan manja yang membuat desiran aneh di perasaannya.

“Aku akan ada perjalanan bisnis selama dua malam ke Hongkong. Kamu boleh menginap di rumah ibu kalau kamu mau.”

“Nggak usah mas, aku di rumah saja. Tapi mungkin aku akan sering ke rumah sakit.”

“Oh, oke kalau gitu.”

Setelah percakapan berakhir keduanya sama-sama diam mobil Luki yang dikendarai Santo masuk ke halaman rumah mewah dua lantai yang terletak di tengah kota Jakarta Selatan. Santao mengantarkan sang nyonya kembali ke rumah lebih dulu sebelum mengantarkan tuannya kembali bekerja.

Beby menarik tangan suaminya sebelum keluar dari mobil. Sebagai bentuk penghormatan istri pada suami yang akan berangkat mencari nafkah, tanpa disangka oleh Luki sebelumnya, Beby mengecup punggung tangannya secepat kilat kemudian keluar dari mobilnya tanpa mengucapkan sepatah katapun membuat Luki shock dan melongo dibuatnya. 

“Apa itu tadi?” gumam Luki.

“Jalan sekarang pak?” tanya Santo.

“Hmm. Langsung ke kantor.”

Sampai di dalam rumah, Beby tidak langsung masuk. Dia hanya menutup pintunya dan bersandar di pintu utama sambil memegang dadanya yang jantungnya berdetak menggila setelah mencium punggung suaminya lebih dulu.

“Aku benar-benar sudah gila. Aku harus mencari kesibukan daripada gila sendirian di rumah ini!”

Beby segera beranjak menuju ke dalam kamarnya. Dia menghubungi atasannya kalau dia akan mempercepat masa cutinya dan akan kembali masuk kerja esok hari.

Beberapa jam berkutat dengan gadget dan laptopnya, Beby bosan juga. Dia keluar dari kamarnya ingin mencoba membuat masakan di dapur. Dia melewati kamar Luki, rasa ingin tahunya membuncah, dengan lancang dia memberanikan diri masuk ke dalam ruangan paling privacy milik suaminya. 

“Rapi dan wangi dengan kesan maskulin yang sangat kental.” Itulah kesan pertama Beby saat pertama kali memasuki kamar suaminya.

Kamar dengan dominasi warna abu-abu dan coklat tua tersebut memang terkesan sangat Laki. Parfum ruangan beraroma woody juga menambah kesan jika yang memiliki ruangan ini memang seorang pria dewasa. 

“Dimana ya?” Beby mengedarkan pandangannya mencari lemari baju suaminya.

Pandangan Beby tertuju pada pintu yang terdapat di pojok kamar dengan ukuran besarnya dua kali lipat kamar yang ditempatinya di rumah ini.

“Ruangan apa itu?” 

Dia bergegas membuka ruangan yang tidak terkunci tersebut.

“Wuaahh banyak sekali bajunya.” Beby mengedarkan pandangannya di seluruh ruangan yang terisi beberapa lemari hampir di semua sisi ruangan. Semua pakaian Luki tersusun rapi di lemari yang hampir semuanya tertutup dengan kaca bening. Ada juga rak sepatu yang terisi beberapa pasang sepatu dan sandal mulai dari sepatu olahraga hingga sepatu formal milik suaminya. 

Beby mulai masuk lebih dalam dan mengulik ruangan tersebut. Dia mengecek laci yang ada di sebuah meja berukuran sedang yang terletak di tengah ruangan. 

“Banyak banget dasinya!” 

Tak cukup sampai disini Beby mengagumi barang-barang milik suaminya yang tersimpan rapi di ruangan tersendiri. Di bagian laci lainnya di nakas tersebut juga tersimpan beberapa koleksi jam tangan mewah milik suaminya. Mulut gadis itu mungkin akan menganga terus jika tidak ditutup dengan sebelah tangannya.

Dia melihat deretan jam tangan mewah berbagai merk internasional dengan harga selangit.

Beby menggeleng sambil terus menggumamkan kalimat penuh kekaguman. “Tiga jam tangan ini jika diuangkan bisa buat beli rumah seisinya plus mobil LCGC nih.”

Mobil LCGC yang dimaksud adalah mobil Low Cost green Car atau mobil ekonomis ramah lingkungan.

Tak ingin berlarut-larut dan kembali ke tujuan awal, Beby segera mencari koper yang tersimpan rapi di dalam walking closet. beberapa saat dia berpikir memilih koper mana yang akan diambil karena ada berbagai macam ukuran koper dengan beberapa warna berbeda hingga dia menjatuhkan pilihan pada koper berukuran sedang berwarna silver dengan empat roda di bawahnya.

Dia juga mulai mengambil beberapa potong pakaian formal dan pakaian santai beserta perlengkapan lainnya. 

“Apa yang kamu lakukan disini! Keluar sekarang!”

Suara menggelegar suaminya membuat Beby berjingkat sangat kaget. Bahkan dia yang sedang berjongkok merapikan baju suaminya yang akan dimasukkan ke dalam koper langsung berdiri tegak karena saking kagetnya.

“Siapa yang memberikan izin memasuki kamarku hmm? Lancang sekali kamu!”

Luki menatap nyalang penuh amarah.

Kaki beby bahkan sampai gemetar dan hampir saja dia oleng karena tak bisa menopang berat tubuhnya kalau dia tidak segera memegang meja di dekatnya.

“Keluar!”

Luki mengusir istrinya dengan suara menggelegar. 

Beby mengerjap, bulu matanya yang lentik dengan mata bulat seperti bonekanya berkaca-kaca mendapat usiran dari suaminya. Niat baiknya untuk membantu menyiapkan keperluan suami yang akan dinas ke luar kota malah membuahkan sebuah pengusiran yang menyakitkan hati.

“Ta-pi a-ku cuma …”

“Keluar …!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status