Home / Urban / Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan / API CEMBURU YANG MEMBARA

Share

API CEMBURU YANG MEMBARA

last update Last Updated: 2022-05-18 19:07:58

ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTAN

BAB 5

"Gimana kabarnya?" tanya Gio. Lelaki itu mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Willia.

"Baik, kamu sendiri?" tanya Wilia basa-basi.

"Kurang baik. Tapi, saat aku ketemu lagi sama kamu, kabar aku jadi baik," balas Gio sambil tertawa. Willia mulai risih karena Gio tak kunjung melepaskan tangannya.

Sedangkan Yusuf yang terbakar api cemburu langsung datang menghampiri dan melingkarkan tangan di pinggang istrinya. Gio langsung melepas genggaman tangan hangat Willia.

"Kita pulang sekarang, Sayang?" ucapnya dengan penuh penekanan. Terlihat lelaki itu sedang menahan amarah.

"Ayok, anak-anak juga udah pada ngantuk. Oh ya, Pa ini kenalin Gio temen sekolah aku dulu," jelas Willia.

"Yusuf, suaminya Willia," tuturnya dengan malas.

"Saya, Gio …." 

Tak ingin membuat suasana menjadi lebih buruk. Wilia yang mengetahui suaminya itu cemburu langsung pamit pada adik iparnya itu. Selama perjalanan Yusuf tidak mengatakan apa pun. Tapi terlihat jelas dari sorot mata lelaki itu jika ada amarah yang terpendam.

Bahkan saat sampai di rumah, lelaki itu memilih langsung tidur setelah mandi. Willia hanya membiarkan saja suaminya itu. Karena Yusuf saat cemburu emosinya akan meledak-ledak jika diajak bicara.

Pagi harinya Yusuf baru buka suara. "Papa gak suka, ya, lihat Mama kecentilan di deketin cowok."

Willia yang sedang mengoles roti dengan selai langsung menghentikan aktivitasnya. Ia menatap sang suami yang masih memasang wajah tak bersahabat.

"Siapa yang kecentilan, Pa? Mama cuman ngobrol sebentar sama teman lama, kecentilannya dimana coba?" protes Wilia. 

"Temen-temen cowoknya si Raysa itu gak mungkin ngomongin kamu kalau kamu gak kecentilan," tutur Yusuf.

"Kamu juga salaman sama cowok itu sengaja dilama-lamain, kalau Papa gak dateng mungkin gak di lepas itu pegangan tangan," lanjutnya. Willia menghela nafas jengah, ia paling tidak suka jika suaminya membesar-besarkan masalah kecil seperti ini.

"Oke, kalau menurut Papa salah, Mama minta maaf," seru Wilia. Ia tidak mau hanya karena hal sepele masalah jadi memanjang. Lebih baik minta maaf meskipun ia tidak bersalah.

"Iya, Papa maafin. Tapi jangan genit-genit lagi. Minggu depan ada acara ulang tahun perusahaan kita."

***

Raysa datang bersama ibunya untuk mengunjungi si kembar. Niko tidak ikut karena sedang sibuk dengan masalah cabang kafe yang baru saja lelaki itu buka.

"Mbak, kemarin Om Gio minta nomer hape Mbak, loh," bisik Raysa karena tidak ingin ibunya yang sedang bermain dengan si kembar mendengar.

"Terus … kamu kasih?"

"Ya enggak lah, Mbak. Emang dia siapa sih Mbak?" tanya Raysa penasaran.

"Temen."

"Temen apa demen? Eh … mantan maksudnya," selidik Raysa.

"Kita cuman pernah deket doang," ungkap Willia. Raysa semakin penasaran dengan kisah masa lalu kakak iparnya itu. Raysa mengajak Willia untuk mengobrol di taman belakang agar lebih leluasa.

"Mbak, ceritain dong gimana dulu sama si Om ganteng itu," pinta Raysa sambil memelas.

"Kepo banget sih kamu. Cerita masa lalu itu gak perlu dibahas," jawab Willia yang membuat Raysa makin tidak sabar mendengar cerita percintaan kakak ipar dan om ganteng itu.

"Om Gio kan ganteng, kenapa Mbak jadinya nikah sama Bang Yusuf yang wajahnya biasa aja?" tanya Raysa. 

"Karena takdirnya, Mbak memang harus nikah sama Mas Yusuf."

"Ayolah, Mbak. Ceritain masa lalu kalian. Janji deh, aku gak bakal ngomong sama Bang Yusuf," bujuk Raysa.

"Ya udah … aku bilangin sama Bang Yusuf ka–"

"Ck … dasar tukang ngadu!" Willia memotong perkataan Raysa dengan berdecak kesal.

Wilia mulai menceritakan awal retaknya hubungannya dan Gio. Mereka lima tahun bersama, berawal dari cinta monyet saat memakai seragam putih abu-abu, sampai mereka ada di bangku kuliah. Gio yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai model kala itu, berhenti kuliah dan meninggalkan Wilia demi menggapai cita-citanya sebagai Top Model dunia.

"Tunggu aku, sebentar saja. Dua tahun lagi kita akan menikah." Kala itu Gio mencoba membujuk Willia yang berkeras melarang lelaki itu untuk pergi. Tapi karena kegigihan lelaki itu untuk meyakinkan, akhirnya Willia luluh. 

Setelah dua tahun berlalu, tidak ada sama sekali kabar dari lelaki itu, Willia juga tidak bisa menghubunginya. Bahkan orang tua Gio ikut pindah ke Paris–tempat ia membangun cita-citanya–Willia merasa sudah tidak dihargai, ia memutuskan untuk melupakan lelaki itu dan kembali bangkit untuk masa depannya. Sampai sekarang Wilia bahkan belum tahu alasan lelaki itu meninggalkannya.

"Jadi ceritanya, dulu hubungan Mbak Wil digantung gitu?" tanya Raysa.

"Begitulah. Tapi itukan masa lalu, Mbak udah bahagia dengan apa yang Mbak miliki sekarang."

"Jangan-jangan si Om ganteng itu tukang PHP lagi, makanya jomblo sampai sekarang," seru Raysa sambil tertawa.

Willia hanya mengedikkan bahu dan berlalu meninggalkan adik iparnya itu. Jujur, setelah melihat Gio di pesta kemarin Willia kembali mengingat luka lama yang ditorehkan lelaki itu. Tapi itu tidak membuat hati Wilia terguncang, karena cintanya pada lelaki itu telah mati bersama harapan Willia yang dipatahkan.

"Wil, besok Ibu mau pergi ke puncak sama Raysa. Ibu mau ngajakin si kembar, bolehkan?" 

"Emang gak ngerepotin, Bu? soalnya Wil gak bisa ikut, Mas Yusuf kan kerja," balas Wilia.

"Gak bakalan … lagian kan Ibu pergi sama Raysa. Niko juga ikut, kalau bisa sih kalian nyusul ke sana. Kita udah lama loh gak liburan bareng," seru Ibunya Yusuf.

"Iya, nanti Wil coba omongin sama Mas Yusuf. Paling bisa nyusul besoknya setelah kalian berangkat," ungkap Willia. Saat hari kerja jadwal suaminya memang sangat padat, apalagi banyak proyek yang ditangani. 

***

Suara bel membuat Willia menggerutu karena waktu santainya terganggu. Ia berjalan dengan malas untuk membuka gerbang.

"Eh ... Jeng Mella." Wilia menyapa ramah teman arisannya itu yang tiba-tiba datang. Padahal diluar jadwal arisan Willia tidak pernah bertemu dengan geng arisan sosialitanya.

"Aku baru pindah rumah, Jeng," ungkap Mella sambil menaruh paper bag berisi kue di atas meja.

"Di komplek ini?" tanya Willia memastikan.

"Iya, pas di seberang rumah ini," balas Mela. Willia bersyukur karena suaminya tidak ada di rumah. Karena Mella bertamu dengan tidak sopannya hanya menggunakan hotpant dan tanktop saja.

Willia merasa tidak enak jika menyuruh wanita itu pulang, sebentar lagi Yusuf pasti sampai rumah. Dari tadi Mella mengajaknya bicara ngalor ngidul bahkan Willia tidak menikmati pembicaraan mereka. Jika saja si kembar ada di rumah Willia pasti lebih repot lagi. Suara deru mobil membuat Willia langsung bangkit, dan berlalu untuk menyambut suaminya meninggalkan Mella yang kini menyesap teh yang sudah dingin karena hampir tiga jam wanita itu masih belum beranjak.

"Ada tamu ternyata," seru Yusuf sambil tersenyum pada Mella.

"Iya, Mas. Nanti mungkin aku bakalan sering main ke sini karena kita tetanggaan, gak apa-apa 'kan Jeng Wil?" tutur Mella sambil menatap intens pada Yusuf.

Wilia hanya membalas dengan senyum yang dipaksakan. "Mas, mas, mas ... sok akrab banget dia. Kenal aja enggak sama suamiku," batin Wilia sebal.

Yusuf kemudian pamit untuk membersihkan diri. Setengah jam berlalu, Yusuf yang mengira Mella sudah pulang langsung ke luar dari kamarnya.

"Duduk sini, Mas. Kita ngobrol," ajak Mella dengan suara yang mendayu-dayu. Ia bahkan sengaja mencondongkan badannya membuat gunung kembar miliknya terlihat jelas oleh Yusuf.

Willia yang baru saja datang dari kamar mandi menatap tajam suaminya yang berdiri mematung memandang Mella.

"Jeng Mela, maaf ya. Saya sama Mas Yusuf mau pergi jemput anak-anak," ujar Willia mencoba mengusir wanita gatal itu dengan cara halus. 

"Oh iya, Jeng. Ya udah saya pamit dulu, ya. Besok saya kesini lagi, bosen di rumah sendirian soalnya anak-anak di rumah bapaknya," tutur Mella sebelum berlalu.

"Ngapain Papa lihatin gundukan Mella sampe segitunya? apa punya Mama kurang gede?" seru Willia sambil berkacak pinggang.

"Papa gak lihatin kok, Ma. Cuman gak sengaja lihat aja," balas Yusuf.

"Kalau tahu kayak gini mending Mama ikut ke puncak aja sama Ibu," tutur Willia lalu duduk di sofa lalu meneguk jus alpukat yang baru saja ia buat sampai tandas.

"Mama mau ninggalin Papa di sini sendiri? terus gimana nanti kalau Mella dateng lagi ke sini?" Yusuf duduk di sebelah Wilia, tangannya mencoba menyentuh pundak sang istri namun ditepis.

"Jadi Papa berharap si Mella dateng ke sini pas Mama gak ada, terus kalian bisa berduaan gitu?" cerocos Willia yang membuat Yusuf mengacak rambutnya frustasi.

"Gak gitu, Ma. Udahlah, gak usah di perpanjang. Masa cuman gara-gara Mella kita jadi berantem gini sih."

Wilia memalingkan wajahnya dan memunggungi sang suami.

"Udahan dong ngambeknya, kita 'kan mau chek-in," rayu Yusuf, tangannya melingkar di pinggang Willia dan kepalanya menelusup ke leher sang istri menghirup aroma yang selalu membuatnya kecanduang untuk menyesap.

"Emang kita mau ke hotel?" tanya Wilia.

"Gak usah, kelamaan. Kita check-in di kamar aja." Yusuf mengedipkan matanya pada Wilia.

Bersambung ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   FIRASAT YANG TAK SALAH

    ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTAN“Maaf ....”Willia mengernyit. “Kenapa maaf? Mama nanya bukan suruh Papa minta maaf.”“Hm ... tadi Kartika-”“Jangan bilang tadi Papa sama Kartika pelukan?” tuding Willia lalu mendorong tubuh suaminya itu menjauh.Yusuf dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Nggak, Ma. Papa sama Kartik nggak pelukan kok,” sangkalnya.“Terus apa?”“Kartika yang peluk Papa.” Akhirnya Yusuf jujur daripada nantinya Willia semakin marah jika tahu Yusuf berbohong.Mata Willia membulat. “Oh jadi gitu ya Papa di belakang Mama.”“Jangan salah paham dulu dong, Ma. Mungkin karena Kartika kaget terus masih ketakutan jadi dia refleks peluk Papa.”Willia mencebik. “Terus kalau yang deket dia orang gil* dia juga bakalan mau peluk gitu? Nggak! Nggak bakalan, itu mah emang dianya aja yang kegatelan. Udah punya suami masih aja nempel-nempel ke suami orang.”Jika Willia sudah seperti ini, melakukan pembelaan pun tidak akan mungkin bisa. Yusuf hanya membiarkan istrinya itu terus bicara

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   Cemburu Membawa Sengsara

    ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANYusuf menepuk pundak Kartika lalu mendorong wanita itu agar pelukannya terlepas, meski sedang sedih namun Kartika tidak pantas melakukan seperti itu. Memeluk lelaki yang statusnya sebagai suami orang.“Ma-af, Bang,” sesal Kartika, ia mengusap bekas air matanya sambil menunduk.“Nggak apa-apa. Minum dulu.” Yusuf memberikan gelas berisi air putih pada Kartika.Yusuf juga memaklumi ia tidak berpikir buruk jika Kartika sengaja melakukan ini, situasi yang terjadi memang membuat Kartika sampai melakukan itu apalagi ia baru saja mengalami kecelakaan. Yusuf memilih untuk duduk di sofa yang sedikit berjarak dari tempat Kartika sekarang berbaring, wanita itu sudah lebih tenang.Mengingat pesan istrinya tadi, Yusuf langsung memberitahu pada Willia jika ia masih menunggu dokter yang melakukan penanganan pada Robby. Yusuf juga mengatakan jika kondisi Kartika hanya luka di bagian tangan dan kaki saja selebihnya Kartika baik-baik saja. Dokter juga tadi sudah menjel

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   KETAKUTAN WILLIA

    ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTAN“Gue pengen malam pertama gue sama dia itu berkesan. Gue bahkan masih ragu, dia itu bener-bener cinta ke gue atau nggak ya?”Yusuf mengedikkan bahunya. “Mungkin dia kasihan lihat lo yang kayak bujang lapuk makanya lo diterima,” cibri Yusuf.“Si*lan lo! Gue nggak semenyedihkan itu kali! Masih banyak cewek yang ngantri mau gue kawinin.”Kalau masih banyak yang ngantri ya lo embat aja semua,” celetuk Yusuf.“Jangan salah ya, gue itu cowok setia. Nggak bakalan gue main dibelakang istri gue.”“Nggak main di belakang tapi main di depan,” ledek Yusuf dengan gelak tawanya yang keluar.Robby mencebik, tidak akan ada habis-habisnya jika bicara dengan Yusuf, yang ada malah menghabiskan masa muda saja. Robby benar-benar ingin membuat istrinya itu nyaman, sebenarnya ia bisa saja menyentuh Kartika saat malam pertama mereka namun ia menahan diri. Tidak ingin Kartika memandangnya sebagai lelaki bajingan padahal sebenarnya mereka sudah sah, sudah halal jadi tidak ada

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   Memulai Kembali

    Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan"Kartika 'kan udah nikah sama Bang Robby, kenapa dia masih kerja di kantor Papa?" tanya Willia dengan memasang wajah kesal.Yusuf menahan senyum melihat tingkah istrinya itu. "Kenapa masih cemburu aja sih, Ma? Mama 'kan udah lihat sendiri kemarin Robby sama Kartika menikah," ujar Yusuf."Siapa yang cemburu sih!" sangkal Willia, ia menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Yusuf yang kini mengalihkan pandangan pada layar laptop.Lama, Wiliia menunggu suaminya kembali buka suara. Bukan tidak peka dengan keinginan istrinya itu, Yusuf memang sengaja ingin melihat wajah kesal wanita yang sudah memberikannya tiga orang anak itu. Kini Willia duduk dan memunggungi Yusuf, tanpa diketahui olehnya Yusuf menutup laptop dan menggeser duduknya tangan lelaki itu melingkar dengan erat di perut sang istri. Mendapatkan perlakuan begitu dengan tiba-tiba tentu Willia kaget tapi ia mencoba bersikap biasa saja dan meminta Yusuf melepaskan tangannya."Kalau mau kerja ya kerja

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   POV Yusuf

    LISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANPOV YUSUFHati ini teriris saat melihat Raysa duduk menghadap jendela dengan tatapan kosong, aku beralih menatap ibu yang kini mengusap cairan di ujung matanya. Aku bisa merasakan betapa hancur hatinya melihat Raysa seperti ini. “Ibu istirahat, ya. Biar Yusuf yang jaga Raysa,” pintaku.Tidak tega rasanya melihat wajah ibu yang kini memucat, ia pasti sangat tertekan dengan semua ini. Kantung hitam di bawah matanya terlihat sangat jelas, menandakan jika ia kesulitan untuk tidur. Sebenarnya pilihan berat untukku antara mendampingi Willia dan menemui Raysa. Mereka sama pentingnya untukku. Beruntung karena Willia sangat pengertian, ia merelakan jika suaminya harus pergi untuk mengurus Raysa disini.Aku sudah mengabarinya setelah sampai di rumah ini beberapa saat lalu. Dalam kondisinya yang sangat membutuhkan kehadiranku, ia masih sempat menguatkan aku untuk bisa sabar menghadapi cobaan ini. Willia memang istri idaman. Aku memang salah pernah tidak mengh

  • Istriku Yang Buluk Menjadi Rebutan   KEBAHAGIAAN DAN KESEDIHAN

    ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANPOV AUTHORHari demi hari berlalu, Willia masih merasakan hampa karena belum bisa bertemu langsung dengan Raysa. Hanya lewat Halima, Willia bisa mengetahui keadaan Raysa. Gadis itu selalu menolak untuk berbicara dengan Willia atau pun Yusuf.Raysa yang ceria kini menjadi pendiam, dia tidak akan pernah bicara jika tidak di tanya. Yusuf dan Willia berencana untuk mengunjungi Raysa setelah Willia melahirkan.Tinggal menghitung hari Willia melahirkan buah cintanya. Zenaira dan Zunaira memiliki pengasuh sendiri-sendiri jadi Willia tidak terlalu repot, hanya saja mereka jadi lebih manja dan selalu ingin tidur bersama Willia.Kedua babysitter itu tinggal di rumah itu juga karena kondisi Willia yang tidak memungkinkan untuk mengurus anak-anaknya lagi.Mega yang membawa mereka, Willia tidak akan mencemaskan apapun karena Mega sudah menyelidiki lebih dulu mengenai kedua pengasuh si kembar.Yusuf tidak pernah lagi berangkat ke kantor, dia mengerjakan semua peke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status