Share

5. Penerimaan

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2022-04-18 10:51:12

"Jena, Jena, bangun!" Jena mengerjapkan kedua matanya perlahan karena merasa tubuhnya diguncang oleh seseorang lumayan kencang.

Kening gadis itu berkerut dalam menatap seorang gadis berkepang dua yang berada di hadapannya.

"Ambar?" gumamnya terdengar serak khas orang bangun tidur. "Kenapa kamu ke rumahku pagi-pagi sekali?"

"Pagi-pagi sekali katamu?" ucap gadis bernama Ambar itu penuh dengan tekanan.

Jena mengangguk polos. Gadis itu belum menyadari kalau matahari sudah bersinar terang dibalik jendela kamarnya yang masih tertutup gorden.

"Coba kamu lihat sekarang jam berapa?"

Jena pun menatap jam yang menempel di dinding kamarnya. Kedua mata gadis itu sontak membulat karena jarum pendek menunjuk angka sembilan, sementara jarum panjang menunjuk angka dua belas.

Pukul 09.00 pagi.

"Astaga! Kenapa aku baru bangun?" Jena cepat-cepat menyibak selimut yang menutupi tubuhnya lantas merapikan tempat tidurnya yang berantakan.

"Mana aku tahu," ucap Ambar sambil mengangkat kedua bahunya ke atas.

Semalam Jena memang sulit tidur karena memikirkan perjodohan yang diatur oleh almarhum ayahnya dan Dewangga. Sampai sekarang gadis itu belum memberi keputusan karena masih bingung.

Jena mengikat rambut cokelatnya dengan asal sebelum keluar dari kamarnya. Dia ingin meminta maaf pada Bik Ijah karena bangun kesiangan dan tidak sempat membantu wanita itu membersihkan rumah. Semoga saja Bik Ijah sudah pulang dari kebun.

"Eh ...." Jena terkejut karena Ambar malah menariknya ke depan, padahal dia ingin menemui Bik Ijah di kamar.

"Ikut aku!"

"Ke mana?"

"Nanti kamu juga tahu." Ambar terus menarik Jena ke depan. Jena pun pasrah dan mengikuti keinginan gadis yang sudah menjadi sahabat baiknya sejak tinggal di kampung bersama Bik Ijah.

"Lihat itu!"

Jena pun mengikuti arah telunjuk Ambar. Kedua mulut gadis itu sontak menganga lebar melihat beberapa orang sedang menurunkan sofa, televisi, lemari es, dan perabot rumah tangga lainnya dari sebuah mobil pick up.

Jena yakin sekali mereka pasti salah kirim karena dia tidak merasa memesan atau membeli barang-barang tersebut. Jena pun menghampiri lelaki berbaju biru yang dia yakini sebagai sopir agar memerintah teman-temannya untuk menaikkan barang-barang tersebut kembali ke mobil.

"Pak, maaf sebelumnya. Sepertinya Bapak salah alamat karena saya tidak pernah memesan semua barang-barang ini."

Kening lelaki berbaju biru itu berkerut dalam mendengar ucapan Jena barusan lantas mencocokkan alamat yang tertulis di surat kirim yang dia terima dari atasannya dengan alamat rumah Bik Ijah.

"Tapi saya sudah datang ke alamat yang tepat, Mbak."

"Benarkah?" tanya Jena tidak percaya.

"Kalau Mbak tidak percaya, Mbak bisa lihat sendiri surat ini." Lelaki itu menunjukkan surat bukti kirim yang dibawanya pada Jena.

Kening Jena berkerut dalam, setitik keringat dingin pun keluar membasahi pelipisnya. Mulut gadis itu bergumam tidak jelas melihat sederet kalimat yang tertulis di kertas berwarna putih tersebut.

"Sini, biar aku saja yang baca." Ambar merebut surat bukti kirim tersebut dari tangan Jena lalu membacanya dengan teliti.

Ternyata orang tersebut berkata jujur karena alamat tujuan yang tertulis di surat tersebut memang alamat rumah Bik Ijah.

Mulut Ambar sontak menganga lebar karena orang yang mengirim barang-barang tersebut adalah Dewangga. Ayah dari lelaki yang akan dijodohkan dengan Jena.

"Gila!" pekik Ambar tanpa sadar.

"Siapa yang gila, Mbar?" tanya Jena polos.

"Lihat ini, Jen!" Ambar menunjukkan surat tersebut pada Jena. Di surat itu tertulis jelas orang yang mengirim barang-barang tersebut adalah Dewangga.

Jena pun melihat surat yang ditunjukkan oleh Ambar. Namun, gadis itu tetap saja tidak paham. Ambar pun akhirnya memberi tahu Jena kalau orang yang mengirim barang-barang tersebut adalah Dewangga.

"Serius?" tanya Jena tidak percaya sekaligus kaget.

"Kamu nggak percaya sama aku?" Ambar malah balik bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Jena.

Jena menggeleng karena dia sangat mempercayai Ambar. Namun, untuk apa Dewangga mengirim barang-barang tersebut pada dirinya?

Apa ini salah satu cara yang Dewangga lakukan untuk membujuknya supaya mau dijodohkan dengan Abi?

Sebuah mobil pick up tiba-tiba memasuki halaman rumah Bik Ijah. Mobil tersebut membawa sembako dan beberapa pakaian untuk Jena dan Bik Ijah, serta para tetangga yang tinggal di sekitar rumah mereka.

"Gila! Orang tua calon suamimu kaya banget, Jen!" komentar Ambar sambil melihat-lihat pakaian yang Dewangga kirim untuk Jena. Semua terlihat bagus dan Ambar yakin sekali harganya pasti jauh lebih mahal dari pakaian yang Jena pakai sehari-hari.

Jena tidak menanggapi komentar Ambar karena perasaannya mendadak gamang. Melihat kebaikan dan kemurahan hati Dewangga membuat Jena ingin sekali menerima perjodohan tersebut. Akan tetapi dia tidak tega meninggalkan Bik Ijah sendirian di rumah karena wanita itu sangat berjasa pada dirinya.

"Kalau aku jadi kamu. Aku pasti langsung menerima perjodohan itu."

"Apaan sih, Mbar?" Jena berdecak kesal karena Ambar selalu menyuruhnya untuk menerima pinangan Abi setelah dia menceritakan perjodohan yang diatur oleh almarhum ayahnya dan Dewangga sebelum meninggal.

Ambar mendesah panjang. "Mas Abi kurang apa lagi sih, Jen? Udah ganteng, mapan, kaya, ayahnya juga baik banget sama kamu. Masa kamu mau nolak?"

Jena kembali terdiam. Haruskah dia menerima perjodohan ini dan meninggalkan Bik Ijah sendirian?

Bik Ijah yang baru saja pulang dari kebun terkejut bukan main karena banyak perabot baru di rumahnya. Semua terlihat mewah dan mahal. Bik Ijah yakin sekali barang-barang tersebut pasti didatangkan dari kota.

Mata wanita tua itu terlihat berbinar ketika melihat sofa baru yang berada di dalam ruang tamu. Sebenarnya Bik Ijah ingin mengganti kursi kayu yang ada di rumahnya sejak lama karena sudah lapuk. Namun, beliau menahan keras keinginannya karena tidak mempuyai uang.

Mata Bik Ijah kembali berbinar melihat lemari es dua pintu yang berada tidak jauh darinya. Sudah lama pula wanita itu ingin membeli lemari es karena ingin berjualan es lilin. Namun, Bik Ijah harus memendam dalam-dalam keinginannya karena uang yang dia miliki hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan Jena.

"Kenapa barang-barang ini ada di rumah kita, Non? Apa ada orang yang salah kirim?" tanya Bik Ijah penasaran.

Jena menggeleng. "Tidak, Bik. Semua barang-barang ini dari pak Dewangga."

"Apa? Pak Dewangga?" Bik Ijah terkejut mendengar ucapan Jena barusan. Wanita itu tidak pernah menyangka Dewangga memberikan semua barang ini untuknya dan Jena.

Jena mengangguk. Sampai sekarang pun dia masih kaget karena Dewangga memberinya perabot rumah tangga baru, pakaian, bahkan sembako untuk dibagikan ke tetangga sekitar.

"Pak Dewangga baik banget ya, Non?"

Jena mengangguk.

"Beliau pasti menunggu keputusan, Non. Apa Non Jena sudah mengambil keputusan?"

"Em ...." Jena meremas kesepuluh jemari tangannya yang terasa dingin. Entah kenapa dia merasa gugup dan begitu kesulitan menjawab pertanyaan Bik Ijah.

"Udah terima aja," celetuk Ambar membuat Jena ingin sekali melempar kepala sahabatnya itu dengan sekaleng susu kental manis yang ada di dekatnya.

"Kalau nggak mau, biar aku saja yang nikah sama mas Abi."

"Ambar!" decak Jena terdengar kesal.

Ambar malah terkekeh tanpa dosa. Entah kenapa dia suka sekali menggoda Jena.

"Gimana, Non?" tanya Bik Ijah lagi sambil menatap Jena dengan senyum penuh arti. Wanita itu yakin sekali Jena pasti mau dijodohkan dengan Abi.

Jantung Jena berdetak tidak nyaman. Telapak tangannya pun semakin terasa dingin dan basah karena Bik Ijah dan Ambar menatapnya dengan lekat, seolah-olah tidak sabar ingin mengetahui keputusannya.

Jena pun menarik napas panjang agar perasaannya menjadi lebih tenang sebelum mengambil keputusan.

Pelan, dia menganggukkan kepala.

[ Bersambung ]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   Ekstra Part

    Jena mencicipi nasi goreng buatannya yang sebentar lagi matang. Dia segera mematikan kompor setelah memastikan kalau rasa nasi goreng tersebut sudah pas dan siap untuk dihidangkan. Jena biasanya hanya membuat roti bakar atau pancake untuk sarapan. Namun, suami tercinta ingin sarapan nasi goreng Demi menuruti permintaan Elrangga, Jena pun membuat nasi goreng pagi ini. Tidak lupa dia membuat telur dadar untuk pelengkap. Setelah semua siap, Jena bergegas pergi ke lantai atas untuk membangunkan Elrangga. Setelah menikah, Jena dan Elrangga memutuskan untuk tinggal di rumah mereka sendiri. Anita dan Dewangga sebenarnya tidak ingin mereka pindah. Namun, Jena dan Elrangga sudah sepakat kalau mereka akan tinggal di rumah mereka sendiri setelah menikah. Dengan berat hati, Anita dan Dewangga pun menuruti permintaan Jena dan Elrangga dengan syarat mereka harus sering-sering berkunjung ke rumah. Jena menyibak tirai yang menutupi jendela kamarnya. Kamarnya yang semula gelap pun seketika beruba

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   72. Dear Happiness^^

    Dengan tangan gemetar dan napas yang masih tersengal, Jena bergegas menuju ruangan VIP yang ada di rumah sakit Citra Medika. Semua orang yang berada di lorong rumah sakit menatap Jena aneh karena penampilannya mirip sekali dengan orang gila.Rambutnya acak-acakan, bahkan saking paniknya dia sampai lupa memakai sandal.Beberapa jam yang lalu Jena mendapat telepon dari Ardilla. Mantan adik iparnya itu memberi tahu kalau Elrangga mengalami kecelakaan dan kondisinya sekarang sedang kritis.Jantung Jena mencelus melihat Elrangga yang terbaring tidak sadarkan diri dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya. Dia langsung memeluk Elrangga dengan erat, sementara air mata jatuh semakin deras membasahi pipinya. Jena benar-benar takut Elrangga pergi meninggalkannya untuk selamanya."Mas El, sadarlah. Jangan tinggalin Jena dan Arjuna sendirian ...," gumam Jena dengan suara gemetar karena menahan sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Dia benar-benar takut kehilangan Elrangga."Jena men

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   71. Mempertahankan Ego

    "Arjuna kangen sekali sama ayah. Kenapa ayah tidak pernah datang, Ibu?"Jena yang sedang menjahit baju milik Arjuna sontak berhenti ketika mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut putra sulungnya itu. Akhir-akhir ini Arjuna memang sering menanyakan Elrangga karena sudah dua bulan lebih lelaki itu tidak datang menemui mereka. Memberi kabar pun tidak.Bukan tanpa alasan kenapa Elrangga tidak pernah datang karena Jena sendiri yang meminta. Jena ingin menjauh dari kehidupan Elrangga agar lelaki itu bisa membuka hatinya untuk Allecia."Ayahmu sedang sibuk bekerja, Arjuna. Makanya ayah tidak sempat mengunjungimu." Jena terpaksa berbohong untuk yang kesekian kalinya. Dia tidak mungkin memberi tahu Arjuna alasan sebenarnya yang membuat Elrangga tidak pernah datang mengunjungi mereka.Wajah Arjuna seketika berubah sendu. Padahal Elrangga selalu menyempatkan diri untuk datang mengunjunginya di sela-sela kesibukannya yang padat. Namun, Elrangga sekarang tidak pernah datang menemuinya. Arjuna

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   70. Melepasmu

    "Di kampung sekarang sedang musim buah apa, Jena?"Jena tidak mendengar pertanyaan Anita dengan jelas karena dia sibuk memperhatikan Elrangga dan Allecia yang sedang berbincang di ruang tamu sejak tiga puluh menit yang lalu. Entah hal apa yang sedang mereka bicarakan karena ekspresi Elrangga terlihat sangat serius.Rasanya Jena ingin sekali pergi ke ruang tamu agar bisa mengetahui apa yang sedang Elrangga dan Allecia bicarakan. Namun, dia tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya."Kamu lihat apa, Jena?" Jena tergagap karena Anita menyentuh punggung tangannya pelan. "Bukan apa-apa, Bu," jawabnya terdengar gugup.Anita pun mengikuti arah pandang Jena. "Kamu sedang melihat Rangga dan Allecia?"Jena menelan ludah susah payah. Dia tidak pernah menyangka Anita tahu kalau dia sedang memperhatikan Elrangga dan Allecia sejak tadi. "Ti-tidak, Bu. Jena tadi sedang melihat jam di ruang tamu," dusta Jena. Semoga saja Anita percaya dengan ucapannya.Anita sebenarnya tidak percaya dengan apa

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   69. Cemburu

    "Nenek!" Arjuna berlari kecil sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar menghampiri Anita.Anita tampak begitu senang karena Arjuna akhirnya datang ke rumahnya. Dia pun meraih tubuh mungil Arjuna ke dalam gendongan lalu menghujani wajah cucu kesayangannya itu dengan ciuman."Aduh, Nenek! Geli!" Arjuna terkikik geli karena Anita terus menciumi wajahnya."Nenek kangen sekali sama Arjuna. Apa Arjuna tidak kangen sama nenek?""Arjuna juga kangen sekali sama Nenek." Arjuna menenggelamkan wajahnya di leher Anita dengan manja. Anak itu pintar sekali mengambil hati neneknya."Apa Arjuna tidak kangen sama kakek?"Arjuna sontak mengangkat wajahnya dari leher Anita, melihat seorang lelaki paruh baya yang berdiri tepat di belakang neneknya."Kakek!" pekiknya sambil mengulurkan kedua tangan ke arah Dewangga, minta digendong.Dewangga pun mengambil alih Arjuna dari gendongan Anita lantas mencium pipi cucu pertama sekaligus pewaris perusahaan Dewangga itu dengan penuh sayang. Sepasang mata abu

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   68. Hidup Baru

    "Ibu, ayo, cepat! Biar ayah nanti tidak menunggu kita terlalu lama.""Iya, Sayang. Awas, jangan lari-lari. Nanti kamu jatuh." "Arjuna udah hati-hati, Ibu. Jangan khawatir."Jena hanya bisa menghela napas melihat tingkah putranya. Siapa yang akan menyangka jika bayi prematur yang dia lahirkan lima tahun lalu itu sekarang tumbuh menjadi anak yang begitu aktif dan cerdas.Padahal kondisi Arjuna sempat menurun karena dia stres memikirkan proses perceraiannya dan Abi. Dia bahkan sudah pasrah jika Tuhan ingin mengambil Arjuna kapan pun darinya karena dia tidak tega melihat putra semata wayangnya itu terus tersiksa.Namun, keajaiban itu tiba-tiba datang. Kondisi Arjuna berangsur-angsur membaik hingga berhasil melewati masa kritis. Tiga bulan kemudian dokter akhirnya mengizinkan Arjuna pulang. Namun, anak laki-lakinya itu harus tetap diperhatikan secara ekstra karena daya tahan tubuhnya lemah.Jena merasa sangat bersyukur Arjuna akhirnya sembuh. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan ter

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   67. Ceraikan Aku, Mas!

    "Mas minta maaf, Jena. Mas sungguh-sungguh minta maaf ...." Abi menangis tersedu-sedu sambil besimpuh di kaki Jena. Penyesalan dan rasa bersalah tergambar jelas di wajahnya. Abi merasa sangat menyesal sudah menyakiti Jena."Percuma saja kau minta maaf. Dasar, Berengsek!" Elrangga ingin melayangkan pukulannya kembali ke wajah Abi. Sepertinya dia belum puas memberi Abi pelajaran padahal kondisi kakak kandungnya itu sudah babak belur."Rangga hentikan! Tahan emosimu!" Dewangga dengan sigap menahan Elrangga agar tidak memukuli Abi lagi meskipun dia sendiri juga merasa sangat kecewa dengan putra pertamanya itu.Wajah Elrangga tampak mengeras, dadanya pun naik turun. Amarah dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya ketika menatap Abi. Elrangga sangat marah sekaligus kecewa karena Abi tega menyakiti Jena berkali-kali."Jena, Mas mohon. Tolong maafin, Mas ...,"Jena hanya diam, tatapan kedua matanya pun terlihat kosong karena kenyataan ini membuatnya sangat terpukul. Padahal dia

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   66. Wanita Gila dan Perempuan yang Tersakiti

    Jena keluar dari rumah sakit sejak tiga hari yang lalu. Padahal dia ingin terus berada di dekat buah hatinya, tapi dokter malah menyuruhnya untuk pulang. Untung saja dokter mengizinkannya untuk melihat keadaan sang buah hati yang masih dirawat di NICU setiap hari.Abi sampai sekarang juga belum mengambil keputusan, memilih untuk kembali bersama Jena atau meninggalkan Dea. Lelaki itu sangat plin-plan dan tidak punya pendirian. Jena sendiri pun bingung menjelaskan hubungannya dengan Abi sekarang. Status mereka memang masih suami istri, tapi Abi tidak bisa bersikap selayaknya seorang suami.Jena harap Abi bisa berubah. Dia akan membuka pintu maafnya lebar-lebar dan memberi Abi kesempatan jika mau meninggalkan Dea dan memilih kembali bersama dirinya. Namun, Abi tidak kunjung mengambil keputusan padahal dia hanya memiliki waktu dua hari lagi.Bagaimana kalau Abi lebih memilih Dea dari pada dirinya? Apakah dia sanggup membesarkan buah hatinya seorang diri tanpa Abi?Jena menggigit bibir bag

  • Istriku yang Tidak Memuaskan   65. Keputusan Sulit

    Ada tujuh buah inkubator di dalam ruangan berukuran lumayan besar tersebut. Semua bayi yang ada di dalam kotak kaca itu sama-sama berjuang keras agar tetap hidup dengan bantuan alat medis yang berukuran lebih besar dari tubuh mereka.Abi menatap nanar seorang bayi laki-laki yang berada di dalam salah satu inkubator tersebut. Tubuh anaknya terlihat sangat kurus. Dia bahkan bisa melihat jantung anaknya yang sedang berdetak. Kondisi buah hatinya sangat memprihatinkan dan semua ini terjadi karena kesalahannya. Abi merasa sangat menyesal sudah berselingkuh dengan Dea hingga membuat Jena harus melahirkan buah hati mereka lebih cepat. Namun, sebesar apa pun penyesalan yang saat ini sedang dia rasakan, dia tidak mungkin bisa kembali ke masa lalu untuk menghapus semua kesalahannya.Padahal dia dan Jena sudah memiliki rencana untuk membesarkan buah hati mereka bersama-sama hingga maut memisahkan. Dia dan Jena bahkan sudah mempersiapkan nama dan pendidikan terbaik untuk buah hati mereka hingga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status