Share

Partner Pfofesional

Aku menemukan perbedaan lain lagi di sini. Kalau semalam bukan aku yang tidur terakhir di rumah ini, sekarang juga bukan aku yang pertama bangun, melainkan Si Leader grup ini. Dia bangun pagi dan sepertinya bersiap berolah raga sama sepertiku.

“Mbak Sheyki mau kemana?” tanya dia menyapaku.

“Aku mau berolahraga sebentar” jawabku.

“Olahraga kemana? Memang sudah tahu rute di daerah sini?” kata dia memastikan.

“Enggak, sih! Tapi, aku tidak bisa menghilangkan kebiasaanku untuk berolahraga pagi!” jawabnya.

“Wah, kita sama! Ya sudah, ayo kita olahraga bersama!” katanya mengajakku.

“Ah tidak, aku takut ada yang melihat! Aku olahraga sendiri saja!” jawabku menolak karena bagaimanapun mereka adalah penyanyi yang sedang naik daun untuk saat ini.

“Yakin?” katanya.

Aku mengangguk dan mulai melangkahkan kakiku untuk berlari sambil menikmati udara ibu kota di pagi hari. Setelah lelah berlari, aku juga lelah mengingat. Betul saja, aku lupa arah jalan pulang ke rumah mereka. Terlebih, aku tidak mengenal siapapun di sini kecuali mereka. Aku juga tidak punya seseorang yang harus aku hubungi sekaligus aku tidak tahu bagaimana cara naik transportasi umum di sini.

“Ah, padahal sebentar lagi ada meeting!” kataku mengeluh karena waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

Aku tidak mungkin datang terlambat saat meeeting pertamaku bersama mereka. Akhirnya, aku memutuskan untuk memesan ojek online untuk mengantarkanku ke gedung agensi. Kali ini aku sadar bahwa aku datang menggunakan baju olahraga lagi, tetapi dengan kejadian yang berbeda.

“Mbak Sheyki, mau nge-gym?” sapa Pak Abdul yang juga baru datang.

“Bukan, Pak! Saya mau meeting pertama!” jawabku sambil malu karena pakaianku.

“Oh, meeeting! Sepertinya Mbak Sheyki hobi sekali memakai pakaian olahraga ya?” katanya sedikit memberikan komentar tentang pakaianku.

“Memangnya aneh ya, meeting memakai pakaian olahraga? Kukira ini trend bagus sekarang!” kata Vino yang tiba-tiba muncul di belakangku bersama keenam member lainnya dengan memakai pakaian olahraga juga.

“Terserah kalian, deh!” kata Pak Abdul sambil sedikit tertawa geli melihat tingkah anak muda seperti kami.

Aku juga sempat kaget melihat mereka semua memakai baju olahraga. Bahkan kupikir, memakai baju olahraga ke kantor memang menjadi trend anak muda di ibu kota. Akan tetaapi, rupanya aku salah. Ketika seorang wanita masuk ke ruangan yang sudah disiapkan untuk meeting kami dengan memakai pakaian rapi dan tetap modis.

“Apa sebentar lagi akan ada shooting yang membutuhkan pakaian olahraga? Kenapa kalian memakai baju olahraga?” tanya dia kepada semua member sebelum meeting dimulai.

“Tidak juga! Kami hanya ingin berolahraga bersama saja sebentar lagi!” kata Vino dengan santai.

Kemudian dia memperkenalkan diri bahwa namanya adalah Ansana. Karena wajahnya yang cantik dan body ramping, membuatnya nampak lebih muda dariku. Akan tetapi ternyata dia tiga tahun lebih tua dariku. Sejauh dia mengenalkan dirinya, aku bisa langsung tahu bahwa dia adalah wanita yang cerdas. Bisa juga dilihat dari posisinya yang menjadi produser bagian movie untuk ketujuh member ini. Maka dari itu dia hadir pada saat meeting pertama, karena dia ingin tahu rencanaku dalam membuat naskah drama untuk ketujuh member Grup Purple ini.

“Jadi, bagaimana rencana naskah yang akan Mbak Sheyki buat?” tanya Ansana.

“Saya ingin naskahnya memiliki karakter tokoh yang kuat dan sesuai dengan karakter mereka. Jadi, sebelum membuat naskahnya, saya ingin mengenal karakter ketujuh member ini terlebih dahulu!” jawabku.

“Bagaimana caranya Mbak akan mengenal karakter mereka?” tanyanya lagi.

“Kalau diijinkan saya ingin ikut mereka satu persatu untuk setidaknya mengenal atau mereka bisa menceritakan kisahnya sedikit pada saya biar saya bisa mengenal mereka” jawabku dengan sangat profesional.

“Tentu boleh!” jawab Vino dengan mudah.

“Maksudnya, Mbak ingin mengikuti mereka di kegiatannya? Apakah itu tidak terlalu mengganggu?” tanyanya lagi padaku.

“Tidak, saya tidak akan mengganggu mereka! Jika memang ada kesempatan mereka boleh bercerita pada saya, kalau pun tidak, saya sendiri yang akan mengamatinya!” jawabku.

“Emm...boleh juga sih! Karena waktunya juga tidak banyak! Jadi, mari kita membuat pekerjaannya lebih mudah!” kata Mas Keyjo mengijinkan.

Begitupun dengan member lainnya yang rupanya dengan semangat untuk mendukung rencanaku dalam membuatkan naskah drama untuk mereka.

“Jadi, siapa yang pertama?” tanya Mas Joni.

“Terserah kalian saja! Saya hanya perlu ikut yang kalian mau!” jawabku yang tidak ingin menyusahkan setiap klien-ku.

“Bagaimana kalau hari ini Mbak Sheyki melihat kami semua dulu? Sebentar lagi kami ada latihan dance!” kata Juki menyarankan.

“Boleh!” jawabku dengan singkat.

Pada dasarnya, aku memang tidak banyak menuntuk klien-ku untuk setiap kegiatannya. Tugasku setiap waktu hanya menulis biografi seseorang. Bedanya kali ini, aku hanya perlu membuat naskah cerita yang hanya perlu mengamati karakter mereka.

Setelah selesai meeting, mereka bertujuh meninggalkan ruangan dan aku hanya berjalan di belakangnya. Kalau kubandingkan dengan tingkah mereka selama semalam menginap bersama di dorm, aku melihat mereka seolah bisa menjadi teman dekatku. Akan tetapi, sekarang aku sadar batasan mereka dan aku.

Kurasa mereka hebat bisa bekerja seprofesional ini di usia yang masih sangat muda. Sepertinya juga, aku tidak akan pernah menyesal dengan keputusanku untuk bekerja bersama mereka. Walaupun dalam waktu yang tidak lama, tetapi aku ingin menikmatinya dan berjanji akan membuatkan naskah yang bagus untuk mereka. Namun, bukan berarti aku melupakan alasan pertamaku untuk mengambil keputusan ini.

Aku tetap akan berusaha untuk bertemu lagi dengan seseorang itu, tetapi aku juga harus profesional dengan pekerjaanku sekarang. Aku hanya tidak ingin mereka mendapatkan naskah yang buruk disaat pertama kali mereka berakting.

“Hah, capek juga!” kata Vino yang langsung duduk sembari minum isotonik di sebelahku.

“Minum air mineral setelah latihan lebih baik!” kataku sambil mengambilkan satu untuknya karena kebetulan di sebelahku ada banyak air mineral botol.

“Begitukah? Oke!” katanya menerima air mineral pemberianku.

“Mbak Sheyki, apakah sebentar lagi ada acara?” tanya Juki yang menghampiri kami berdua.

“Tidak ada, kok! Kenapa? Kamu mau jadi yang pertama untuk kuwawancarai?” tanyaku penasaran.

“Halah, baru juga sehari sudah ngomongin kerjaan! Aku mau mengajak Mbak makan siang karena semalam sudah membantu mengerjakan tugas kuliahku!” jawabnya.

“Wah, kalau begitu bantu aku juga!” kata Vino dengan nada merajuk.

“Memangnya kamu juga mahasiswa?” tanyaku bercanda.

“Yup, aku mahasiswa S2!” kayanya.

“Aku juga mahasiswa S2!” jawab Maxime ikut nimbrung diantara kami.

“Ok! Datanglah kapan pun kalian membutuhkan bantuanku!”jawabku mengiyakan.

“Kamu sendiri tidak mau melanjutkan S2 kah?” tanya Maxime padaku.

“Emm...mau! Tapi....”

“Tapi?” kata Vino penasaran karena aku tidak melanjutkan perkataanku.

“Nanti saja!” jawabku singkat.

“Ah, jadi bagaimana? Ayo kita makan bersama Mbak!” kata Juki melanjutkan perkataannya.

“Astaga, baru saja aku melihat tujuh pangeran tampan, kenapa sekarang kembali lagi seperti ini?” kataku yang tidak habis pikir dengan tingkah mereka yang lucu.

“Emang sekarang kenapa?” tanya Juki dengan muka polosnya.

“Kalian hebat! Akan kupastikan membuat sesuatu yang hebat juga untuk kalian!” jawabku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status