Share

6 — Peringatan, Cael

Dia memberikan roti mentega dan susu hangat setelah membujuk ibunya makan. Estelle merasa lemas akhir-akhir ini, sudah dari minggu yang lalu sebenarnya. Healer yang Nalaeryn panggil mengatakan bahwa Estelle kelelahan. Tapi Iveryne dan Nalaeryn merasa ini lebih dari itu. 

“Ivy … Ada yang ingin ibu tunjukkan padamu.” Estelle menahan tangan putrinya yang berniat meletakkan handuk basah guna mengurangi panas tubuhnya. Iveryne menatapnya bimbang, rasa panas di tangan ibunya menjalar, membelai halus permukaan kulitnya.

“Tidak bisakah—” 

“Ini penting, sayang. Lebih penting dari hidup kita berdua.”

Dahi Iveryne berkerut dalam, dia kurang suka ketika sang ibu berkata demikian. Akhirnya, dia coba mengiyakan, rasa perasaannya ikut andil kali ini, entah mengapa pikirannya menjadi tidak tenang.

Mereka menuju pojok ruangan. Tepat di depan cermin setinggi dua meter. Dengan arahan Estelle, Iveryne memindahkan letak cermin, sementara ibunya menyalakan lentera penerangan. Estelle memutar kenop pintu yang letaknya di belakang cermin. Iveryne menatap ragu, tapi ketika ibunya melangkah, dia mengikutinya pasti dari belakang.

Ruangan padat tanpa penerangan atau ventilasi. Ruangannya hanya sebesar dua kali dua meter. Di tengah paling sudut, ada peti panjang kecoklatan. Iveryne sigap membuka ketika Estelle berjongkok disana. Berbekal penerangan, Estelle tersenyum kala manik indah biru cemerlang itu berbinar, pantulan perak menambah pesona kemilau.

Di mata itu. 

“I-ibu, ini … ini—” 

“Akan jadi milikmu.” Iveryne menatapnya dengan mulut terbuka sedikit. “Ksatria Aregorn punya pedang yang memilih pemiliknya.” 

“Maksud ibu ini … “ 

“Saat mencapai kedewasaanmu nanti, kita akan mengetahuinya. Kalau pedangnya memilihmu, itu akan menjadi milikmu.” 

Iveryne melirik bergantian antara Estelle dan pedang perak dengan sarung yang di dominasi biru gelap dengan ukiran timbul bulan dan naga di sekeliling. “Bagaimana jika … pedangnya tak memilihku?” 

“Apa yang bisa kamu realisasikan tentang tanggung jawab?” Estelle mengusap kepalanya lembut penuh kasih sayang. 

“Tanggung jawab adalah penghargaan dari kemampuan.”

 “Ivy!” Itu suara Estelle, ibunya belum terlalu pulih, Iveryne sampai melarangnya untuk ikut di dapur. Nalaeryn, di sisi lain mengaduk adonan dengan hati yang tengah berbunga-bunga dan senyum konyol.

“Nala, kamu sepertinya sudah tidak waras,” sungut Iveryne.

“Aku sedang jatuh cinta!” 

“Cinta? Apa sih yang membuatmu jatuh cinta padanya?” 

Nalaeryn memandangnya, nampak berpikir keras, dia sebenarnya menyukai semua yang ada pada Caelan tanpa terkecuali. Jadi dia denagn enggan melanjutkan, “Dia punya mata yang indah.” 

“Ambil matanya dan buang tubuhnya kalau begitu.” Nalaeryn membuka mulut siap menggelegarkan kata mutiara, tapi suara Estelle menginterupsi, “Ivy, bisa ambilkan kacang almond di dekat tangga?”

Caelan sedang duduk di ruang tengah ketika Iveryne mengobrak-abrik isi meja dekat situ. Penampilan adik iparnya itu terlampau mengagumkan. Rambut hitam panjangnya di kuncir, berkilauan di terpa matahari. Bibir ranum merah muda penuh serta hidung mancung yang indah dalam porsi wajahnya. Netranya biru cemerlang, lebih manis dan berkilau cantik dari berlian, dan alis tipis yang terlalu rapi.

Pahatan tubuh sempurna, lihatlah pinggang ramping tanpa korset itu! Dan bagian atas yang mengesankan! Demi sihir Dewi Hecate! Penampakan luarnya benar-benar bulat meski dia memakai baju sampai leher atau adanya tambahan lain lain, terlalu tertutup, pikir Caelan.

Selesai dengan pemikirannya, Caelan mengambil inisiatif menghampiri Iveryne, saat yang tepat jadi lebih dekat. 

“Mencari sesuatu, Ivy?” Caelan bertanya setelah mengambil tempat berdiri di sisi kanannya setelah mengawasi keadaan sekitar. Tetapi Iveryne tampaknya tidak terlalu peduli pada calon kakak iparnya. 

“Hm, kacang almond,” sahutnya tanpa minat. Kadang dia membuka lagi, bahkan sampai membongkar seluruh isi tas belanjaan. 

Caelan menahan kesal dalam-dalam, jika Nalaeryn pribadi ramah dan baik hati, Iveryne kebalikannya, malas  bicara dan cenderung banyak diam, padahal aslinya hanya benci omong kosong, dan sangat tidak suka basa-basi. Nalaeryn  ... lemah lembut dan Iveryne tidak segan-segan melempar belati kalau lawan bicaranya menjemukan. 

Sebungkus kacang almond terjatuh dari tas belajaan. Tepat ketika tangan Iveryne tergerak menyentuhnya, Caelan langsung meletakkan tangannya di atas tangan putih gadis itu. Membuat kesan seolah mereka tidak sengaja bersentuhan. Kini dia menunggu, menunggu reaksi sang pemilik netra biru cemerlang di sebelahnya. 

Rona merahnya yang menuju telinga itu kelihatan indah, kontras sekali dengan kulit seputih salju dan rambut hitam yang di kuncir ketat. Dia mengkerling ke arah Caelan dengan senyum malu-malu, mengulum bibirnya dalam-dalam. Dan Caelan ... sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak terpesona, jadi dia mendekatkan wajah, tapi Iveryne segera mendorongnya sambil mengawasi sekitar. 

“Tidak disini … “ Betapa indahnya irama suara yang mengalun merdu. Gadis itu mengedipkan matanya sambil berbisik, “Tunggu di kamarmu.” Suaranya bergetar, ada geraman tertahan di sana.

 Kentara sekali gadis itu menyembunyikan rasa gugupnya yang semakin menguasai. Terbawa suasana, Caelan mengangguk patuh.

“Cepatlah,” bisiknya lembut. 

“Bereskan ini, dan kita selesaikan sesuatu yang sempat tertunda, setelahnya.” Gadis itu langsung menarik sebungkus kacang almond tadi dan berlalu pergi menjauhi sisi Caelan, sesekali dia menoleh lagi ke belakang, mengedipkan mata cantiknya. 

Terbakar semangat, Caelan dengan senang hati membereskan seluruh kekacauan sambil bersenandung ria. Selesai dengan tugas sementara, dia memasuki kamar di bawah, kamar khusus tamu, yang di berikan oleh Estelle jika dirinya datang. Dia bahkan sampai menyisir rambut dan memakai wewangian di seluruh sudut ruangan. 

Ketika ketukan mendera telinga, Caelan bergegas membuka pintu. Iveryne berdiri, dengan tangan bertautan di belakang dan rona merah menghiasi wajah cantiknya. Dia perlahan maju sambil mengulum bibir dan kerlingan nakal, dia terus maju ketika Iveryne memojokkannya pada dinding ruangan. Siapa sangka gadis pendiam bisa se-agresif ini. 

Caelan terhanyutkan ketika nafas Iveryne menerpa wajahnya. Saat dia memajukan wajah, goresan dingin membuat dirinya membeku. Benda runcing menciptakan sensasi perih di lehernya. Dan senyuman malu-malu Iveryne mendingin, rona merah itu bukan arti tersipu! Tapi—arti murka! Murka yang sesungguhnya, dia memajukan ujung belati lagi hingga permukaan leher Caelan tergores tipis.

“Aku benci pengkhianat. Jika kamu dan Nalaeryn sudah berpisah nanti, lihatlah kejutan besar yang sudah menantimu.” 

“Sshh—akhh!” Oksigen tersangkut erat di tenggorokan, Caelan bahkan tidak berani bernafas.

Kini belati digantikan tangannya yang menekan luka itu, dan belati dipindahkan, sekarang berjarak beberapa centi dari matanya.

“Ulang tahun Nala seminggu lagi, aku belum punya ide hadiah, tapi aku dengar, dia menyukai matamu. Tidak buruk, kan, jika di jadikan pajangan?” ujarnya lembut, tapi terkesan mengerikan.

“Ivy, aku—akhh!” Suaranya tersentak, Iveryne menekan permukaan lehernya yang mengeluarkan darah.

“Jika kamu mematahkan hati Nalaeryn, ku patahkan lehermu. Aku benci bermain-main, tapi teriakan kesakitanmu kurasa akan sepadan dengan setiap air mata kesedihan kakakku.” Caelan terduduk lemas setelah Iveryne menarik tangan, dia keluar setelah menggores pelipis Caelan cukup dalam dan menggeram tertahan setelahnya.

Dia menyiapkan makan malam.

Peran Caelan disini adalah tamu tercinta Nalaeryn. Iveryne, mau tidak mau bersikap ramah, meski beberapa kali melempar tatapan tajam dan senyum manis yang terkesan mematikan ketika mendapat kesempatan bertukar pandang dengannya. Dikarenakan Nalaeryn yang menginginkan duduk di sisi kiri Estelle untuk malam ini, jadilah Iveryne dan Caelan duduk bersebelahan. Pria yang malang, dia bahkan bisa merasakan aura tajam Iveryne mencekik nafasnya.

“Ini kali pertama aku masak. Bagaimana menurutmu, Cael?” Caelan tersenyum hambar, sementara,

Nalaeryn berbinar menunggu jawabannya.

“I-ini, er … ini cukup … “ 

“Apakah tidak enak.” Caelan buru-buru menggeleng ketika menyadari perubahan raut wajah Nalaeryn menjadi agak murung.

“Tidak! Bukan, itu tentang—enak! Enak sekali!” 

“Makan yang banyak kalau begitu.” Mata Nalaeryn menyipit bersamaan dengan terbitnya senyum bahagia di wajahnya.

Tolong ajarkan Caelan tenang! Dia sejak tadi susah menelan makanan dan bicara terbata-bata bukan karena rasanya yang aneh. Tapi di bawah meja, tepatnya di atas pahanya, belati Iveryne dengan kulitnya hanya berbatas kain tipis celana, seakan mengancam kalau jawaban yang di jabarkannya salah, maka teriakan kesakitan selanjutnya, hadiahnya.

Caelan tersenyum kaku pada Nalaeryn, berharap gadis itu sadar perubahannya dan membantunya keluar dari situasi ini. Tapi gadis itu salah mengartikan tentang cara Caelan sekarang adalah rasa gugup yang muncul karena pertama kali pria itu makan malam bersama keluarganya.

Dengan satu senyuman peringatan terakhir, Iveryne menarik belatinya, dan melempar senyum terbaik pada sang kakak.

“Nala, sepertinya Tuan Muda sangat ingin duduk di dekatmu. Dia selalu memperhatikanmu sejak tadi. Mari bertukar.” Nalaeryn buruk dalam menyembunyikan antusiasnya. Setelah bertukar tempat, mereka yang berhadapan membuat Iveryne lebih mudah melempar peringatan.

Aku benci kehilangan.

Tapi, aku lebih benci pengkhianat.

Jangan bermain-main dengan perasaan keluargaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status