"Jangan bermimpi!"
Teriakan dari arah pintu sontak membuat mereka menoleh ke asal suara. Baskara muncul dari sana diikuti dua orang berbadan besar.Adam pun berdiri melihat siapa orang yang tidak tahu sopan santun menerobos masuk ke dalam rumahnya. Pria itu seketika waspada melihat raut wajah Baskara yang tidak bersahabat."Mau apa Anda ke sini? Main nyelonong masuk ke rumah orang tanpa permisi! Tidak punya sopan santun!"Lestari berkacak pinggang. Rasa kesal dan marah pada pria paruh baya yang arogan ini semakin menjadi. Menurutnya, pria ini yang telah menyebabkan keluarga putranya berantakan. Manusia yang rela menghalalkan segala cara demi memenuhi keinginannya."Saya ke sini ingin meminta pertanggung jawaban dari putra Anda, Nyonya Lestari. Dia sudah berjanji akan menikahi putri saya dan sekarang saya menagih janji itu.""Saya tidak pernah berjanji untuk menikahi Anggun. Justru Anda sendiri yang datang dan meminta saya menikaTernyata memang benar, Baskara tidak main-main dengan ancamannya. Pria itu sudah menarik diri menjadi donatur tetap di Rumah Sakit milik keluarga Adam. Kini Adam kembali harus berjuang mencari donatur lain yang mau membantu. Meskipun sulit, tetapi Adam sudah bertekad untuk berjuang dan tidak akan pernah mengiba pada Baskara.Adam tahu ini sebagian dari rencana pria itu agar ia mau menuruti keinginannya. Namun, Adam tidak akan kembali jatuh ke dalam lubang yang sama. Dengan segenap kekuatan, akan Adam hadapi Baskara dengan segala kelicikannya.Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Adam selain melihat pemandangan sang putri tengah becanda bersama Hanin, seperti pagi ini.Arsilla tengah didandani oleh Hanin sebelum gadis kecil itu berangkat ke sekolah. Mbak Ratih tengah membantu membuatkan sarapan untuk sang majikan. Mereka seakan berganti peran, Hanin sebagai pengasuh, sedangkan Mbak Ratih sebagai asisten rumah tangga.Gadis kecil kesayangan
"Ibu kenapa?""Kenapa Bapak tidak melarang mereka untuk pulang?" Suara Hanin bergertar menahan marah, kesal juga rasa khawatir. Meskipun ia tahu Anggun sangat menyayangi putrinya, tetapi setelah kejadian kemarin, ia tidak bisa bersikap tenang. Hanin takut jika Anggun memanfaatkan Arsilla untuk memenuhi keinginannya."Lho, 'kan Bu Anggun sudah izin. Beliau juga yang biasanya menjemput Arsilla. Jadi ya, saya biarkan saja," ujar Satpam itu yang tidak mau disalahkan. Ia jelas tahu siapa Anggun. Mama dari Arsilla yang hampir setiap hari menjemput putrinya. Tidak salah kalau ia membiarkan mereka pulang lebih dulu. Toh Anggun sudah meminta izin pada wali kelas Arsilla, pikirnya.Hanin pun tidak bisa menyalahkan sepenuhnya. Toh dalam hal ini ia yang patut disalahkan karena terlalu asik mengobrol dengan Tita, hingga tidak sadar mobil Anggun terparkir di depan sekolah.Tak ingin membuang waktu, Hanin segera menelepon Adam untuk memberitahu. Dalam
"Tidak semudah itu kalian membawa Arsilla, kalau kalian bisa mengalahkan mereka, baru aku akan menyerahkan dia!"Dua orang itu meringsek maju. Adam segera memasang tampang waspada, sedangkan Hanin berlindung di belakang tubuh Adam."Mas, hati-hati," bisiknya lirih."Kamu tenang, kita akan baik-baik saja," jawab Adam seraya menolehkan kepalanya sedikit, hingga hidung mereka hampir bersentuhan.Anggun semakin panas meihat pemandangan yang terpampang di hadapannya. Berani sekali mereka memperlihatkan kemesraan di depan dirinya."Cepat beri mereka pelajaran!" teriak Anggun pada dua orang suruhannya.Keduanya melangkah mendekati Adam, tetapi baru saja mereka menggerakan tangan untuk memukul, teriakan dari arah tangga menghentikan pergerakan keduanya."Berhenti!"Semua orang di ruangan itu reflek menoleh ke asal suara.Rima sudah berdiri dengan Arsilla dalam gendongannya."Mama, kenapa Silla dibawa k
Anggun melempar barang apa saja yang berada di dekatnya. Tak ia hiraukan teriakan sang mama yang memintanya membuka pintu. Segala cara yang ia lakukan untuk mendapatkan Adam selalu saja gagal. Anggun tidak tahu lagi dengan cara apa agar pria itu bisa jatuh kembali dalam pelukannya.Sedangkan Rima begitu panik karena sang putri tidak mau membuka pintu. Ia mencoba menghubungi sang suami yang saat ini masih berada di luar kota.Sedangkan Baskara yang mendapat telepon dari sang istri bergegas pulang, meninggalkan meeting penting yang baru saja ia hadiri. Baginya, keselamatan sang putri lebih penting dibandingkan dengan apa pun.Setelah tiga jam perjalanan yang melelahkan, akhirnya Baskara sampai di rumah. Ia langsung disambut oleh sang istri yang matanya terlihat sembab, pun dengan wajahnya yang terlihat panik."Pa, Anggun. Dia tidak mau keluar kamar sejak siang tadi. Mama sudah coba membujuknya tapi dia enggak mau dengar," terang Rima seray
Lestari menangis haru ketika mendengar Hanin yang bersedia rujuk kembali dengan Adam. Wanita paruh baya itu tak hentinya mengucap syukur karena sang putra telah menemukan kembali kebahagiaannya.Lestari pun sudah mendengar kabar tentang nekadnya Anggun membawa Arsilla. Ia hanya berharap, keluarga putranya tetap dilindungi dari orang-orang yang berniat jahat pada mereka."Terima kasih sudah mau rujuk dengan Adam. Mama harap, tidak akan ada lagi gangguan yang akan mengguncang rumah tangga kalian lagi nantinya," ujar Lestari saat mereka duduk bersama di ruang keluarga. Malam ini ia sengaja berniat menginap di rumah putranya."Aamiin," sahut Adam dan Hanin bersamaan."Jadi, kapan akadnya akan dilaksanakan? Apa perlu kita adakan pesta lagi seperti dulu?" tanya Lestari seraya mengulum senyum. Senang sekali menggoda sang putra yang sudah tidak sabar ingin menghalalkan Hanin kembali."Rencananya sih bulan depan, Ma. Tapi yang sederhana saja," jaw
Pukul sepuluh pagi, Adam sampai di rumah sakit bersama Hanin dan juga Arsilla. Adam sengaja membawa putrinya yang mungkin saja bisa membuat kondisi Anggun akan lebih baik. Ia sangat tahu jika Anggun begitu menyayangi Arsilla, pun sebaliknya. Putrinya itu sudah menganggap Anggun seperti ibunya sendiri.Tiba di depan ruang inap VVIP, Adam langsung disambut oleh Baskara dan istrinya. Raut kelegaan terpancar dari wajah keduanya saat mengetahui ternyata Adam tidak mengingkari janji untuk datang."Terima kasih, Nak Adam. Setelah apa yang keluarga kami perbuat, Nak Adam masih sudi untuk berbaik hati menjenguk Anggun," ujar Rima disertai senyum haru. Sesungguhnya ia malu pada Adam dan juga Hanin yang harus mengalami perpisahan karena ulah suami dan putrinya."Sama-sama. Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Adam seraya mendekat ke ranjang tempat Anggun berbaring, kemudian berdiri di sampingnya."Masih belum sadarkan diri," jawab Rima sembari menyusut air
Hanin keluar dari ruang rawat Anggun sambil membawa Arsilla yang terlelap dalam gendongannya. Ia memilih duduk di kursi tunggu yang tidak jauh dari ruangan tempat Anggun dirawat. Hanin ingin menetralkan dadanya yang kian sesak. Bohong jika Hanin benar-benar ikhlas Adam menikahi Anggun. Namun, ia tidak ingin bersikap egois dengan mengabaikan permintaan seseorang yang sedang berada di ujung maut. Ah, memangnya kapan ia bersikap egois? Bahkan dulu saja Hanin bersedia mengalah dan pergi demi keluarga Adam. Seharusnya tidak masalah jika kali ini ia mengalah sekali lagi, bukan? Namun, kenapa hatinya terasa berat untuk ikhlas? Kenapa takdir selalu saja tidak berpihak padanya? Di saat Adam mengetahui yang sebenarnya, kini datang masalah baru yang mengharuskan Hanin berkorban sekali lagi. Andai saja diperbolehkan, Hanin ingin pergi saja membawa Arsilla. Tak apa jika memang dia dan Adam sudah tak berjodoh. Asalkan selalu bersama sang putri, Hanin sudah sangat merasa senang.
Lestari begitu terkejut saat mendapati Hanin sudah berdiri di depan pintu. Arsilla terlelap dalam gendongan wanita itu, sama sekali tidak terganggu saat Hanin membawanya naik angkutan umum."Lho, Hanin? Kamu bersama Arsilla saja? Adam di mana?" cecar Lestari saat melihat Hanin yang berdiri dengan mata yang terlihat sembab. Wanita paruh baya itu merasa heran karena Adam tidak ikut serta bersama mantan istrinya."Mas Adam masih di rumah sakit, Ma. Dia--"Hanin tidak mampu meneruskan ucapan. Wanita itu terlalu sakit jika harus membayangkan saat ini Adam sudah resmi menjadi suami Anggun. Memang, Hanin memilih pergi dari rumah sakit. Ia tidak kuat jika harus menyaksikan Adam mengikrarkan janji suci untuk wanita lain. "Kenapa, Nak? Apa yang sebenarnya terjadi?" desak Lestari."Mads Adam. Dia ... dia akan menikahi Anggun.""A-apa?" Lestari menutup mulut karena terkejut. Tidak percaya akan apa yang dia dengar barusan. Bagaimana bisa Ada