Share

Kabur Lagi

Author: Park Jun Hye
last update Last Updated: 2022-03-26 23:24:09

Sandra akhirnya hanya bisa pasrah mendengar perkataan sahabatnya tersebut, ia sudah tidak paham lagi dengan kondisi sekarang, “Aku tak tahu lagi apa yang harus aku katakan dengannya,” katanya yang menyeruput habis minumannya.

Tania juga bertingkah sama ia menyeruput habis minuman yang ada di depan wajahnya tersebut, bahkan ia juga sudah mulai enggan untuk membicarakan Kevin, “Maaf, aku tak tahu bahwa akan terjadi seperti saat ini,” katanya kepada sahabatnya tersebut.

Wajah Sandra terlihat sangat meringis ketakutan ketika akhirnya sang cinta pertama menghubunginya, “Aku tak tahu lah, mengapa dia harus muncul sekarang. Hatiku belum siap,” ungkapnya yang memberitahu kepada Tania.

“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” Tanya Tania.

Sandra terdiam, ia juga bingung dengan kondisinya sekarang ini Kevin yang sudah lama menghilang tiba-tiba sekarang muncul lagi. Bahkan bisa saja ia menghubungi Sandra setiap saat, “Bagaimana untuk saat ini aku mencari pekerjaan terlebih dahulu? Kau bisa membantuku bukan?” bujuknya.

Tania menghela nafasnya, ia tahu bahwa akhirnya akan seperti ini, “Aku tahu akan seperti ini juga akhirnya,” kesalnya.

Sandra mendekat ke arah sahabatnya tersebut, “Ayolah, bantu aku, aku tidak mungkin membiarkan Kevin mengetahui keberadaan diriku yang sekarang ini, Tania,” keluhnya.

Bahu Tania merasa merosot ia sudah menduga bahwa ia akan mendengar hal tersebut dari sahabatnya, senyumnya pun menghilang. Ia sadar bukan hanya saja malapetaka yang menimpa dirinya tersebut, ia pasti akan ikut terseret dalam masalah sahabatnya lagi dan lagi.

Sandra tidak bisa tetap berdiam diri, ia harus melangkah maju jika ingin hidupnya sedikit lebih berubah. “Kenapa kau diam saja?” gertak Sandra.

“Aku tak bisa berkata-kata lagi, sudah pasti aku akan terjatuh kembali ke dalam masalahmu,” jawabnya dengan tersenyum puas.

“Sekarang bagaimana? Aku tidak mungkin memperlihatkan diriku dengan wajah yang seperti terhadap Kevin,” celetuknya.

“Hadapi saja untuk sementara,” jawabnya mengetuk buku-bukur jarinya di atas meja café tersebut. Sandra sedikit geram dengan pernyataan Tania, ia tahu bahwa kebiasaannya adalah kabur dari kenyataan yang sudah ada di depan mata, “Tidak mungkin kau bisa kabur lagi, mau sampai kapan kau seperti itu, Sandra?” ancamnya dengan mata melotot.

Sandra terdiam mendengarnya, “Iya aku tahu tapi aku belum siap,” jawabnya dengan sedikit acuh.

Tania tahu bahwa Sandra tidak akan bisa melakukannya sendiri, ia juga berharap bahwa Sandra bisa merubah kebiasaan bodohnya itu bahwa lari dari kenyataan bukanlah sebuah jawaban. “Kau ingat waktu kau di bully habis-habisan?” tanyanya yang berusaha mengingatkan Sandra.

Sandra menatap sahabatnya tersebut, ia menganggukkan kepalanya. Jelaslah dia ingat bagaimana tidak, sudah pasti ia akan mengingat kejadian yang memalukan tersebut. Hal itu terjadi pada musim panas ketika Sandra masih duduk di bangku SMA.

“Kau mau seperti itu terus menerus?” tanyanya dengan ketus.

Sandra benar-benar seakan sudah kacau, ia sendiri tidak tahu harus bagaimana lagi satu-satunya jalan dia harus mengikuti perkataan Tania setidaknya tidak kabur dari kenyataan lagi dan lagi.

“Aku juga sebenarnya tidak mau tapi mau bagaimana lagi,” keluhnya.

“Sekarang saat ini, jangan lari hadapilah. Kau sudah umur berapa?” tanyanya dengan sedikit emosi yang melanda pada dirinya tersebut.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan saat ini?” tanyanya balik. Sandra terdiam ia juga sedang memikirkan bagaimana caranya supaya setidaknya ia tidak akan kabur lagi jika berhadapan dengan Kevin.

“Kita lihat saja nanti, jika Kevin menghubungimu jangan kau abaikan dirinya,” ucapnya yang memberitahu.

“Argghh…benar-benar kau ini,” timpalnya.

Tania mengambil tasnya, “Aku mau pulang, kau berhati-hatilah,” pamitnya yang sembari keluar dari café tersebut. Sepeninggalnya Tania, Sandra juga ikut balik dari café kembali ke rumah pamannya.

Sekembalinya Sandra di rumah, ia melihat pamannya baru saja selesai bekerja. Ia ingin rasanya menangis semalaman untuk tidak melihat wajah orang-orang di dunia luar selamanya.

Tak berapa lama setelah Sandra kembali ke rumahnya bibinya Anita juga baru pulang dari tempatnya bekerja. Dengan tubuhnya yang kurus, rambut ikal sebahu, ia juga memiliki rahang yang keras seakan Anita telah didik dengan lebih baik.

Anita menghela nafas keras-keras, “Di mana anak itu?” tanyanya dengan kasar.

Heru yang melihatnya berusaha untuk sabar, “Hei, gitu-gitu dia keponakanmu juga,” ocehnya kepada istrinya.

“Kau setidaknya juga ingatkan dirinya untuk mencari pekerjaan,” ucapnya lirih. “Memangnya kau sendiri mau untuk membiayai kehidupannya, harusnya dia sendiri yang harus membiaya hidupnya,” timpalnya dengan suara yang sedikit keras.

Heru salah tingkah, ia takut jika keponakannya mendengar ucapan istrinya, “Hei, kau kalau bicara jangan kasar. Pikirkan bagaimana jika dia mendengar ucapanmu tersebut?” timpalnya dengan pertanyaan.

Anita tertawa, “Dia sudah dewasa, biar saja jika dia mendengarnya untuk apa juga kita menutupinya,” katanya dengan kesal. Anita meninggalkan suaminya tersebut dan pergi membiarkan Heru sendirian.

Sementara itu di kamar, Sandra sedang menutupi dirinya dengan bantal yang empuk, “Arrgghh…” gerungnya. Sandra keluar dari kamar dan melihat pamannya Heru tengah duduk sembari menikmati segelas kopi panas.

Heru melihatnya, “Kau ke sini dulu,” ucapnya dengan langsung.

Sandra menutup pintu kamarnya, “Kenapa? Apalagi salahku?” tanyanya dengan menautkan alisnya.

“Duduk sini saja dulu,” sahutnya.

Sandra duduk di samping pamannya, “Ada apa?” tanyanya.

“Apa ada yang kau dengar?” tanyanya.

Sandra bingung, ia tidak tahu sama sekali dengan maksud perkataan pamannya tersebut, “Dengar apa?” tanyanya balik, “Sudahlah,” jawabnya dengan acuh. Sandra berdiri, ia menuju dapur.

Sementara itu Heru di buat terkejut bukan main dengan jawaban Sandra, ia mengerjapkan matanya berkali-kali, berarti dia tidak mendengarnya? Batinnya di dalam hati. Heru bangun dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamarnya.

Sandra yang baru saja menghabiskan satu gelas minuman dingin kembali masuk ke dalam kamarnya, ia mulai menyalakan computer dan melihat email demi email yang sedang ia cari untuk melamar pekerjaan.

Hari itu ia melalui hari yang berat, ia sendiri juga tidak bisa mengatakan apa-apa bahkan Tania sendiri juga tidak ada mengirimkan pesan kepada dirinya. Ia merasa bersalah kepada Tania, “Tania, kenapa kau?” tanyanya sendirian.

Kring…kring…

Sandra terkejut melihat teleponnya, ia berharap Tania yang memberikan kabar ternyata bukan Tania malah Kevin lagi. Ia ingin mengangkatnya namun urung karena teleponnya kian bernyanyi terus menerus akhirnya ia terpaksa mengangkatnya, “Kenapa kau menghubungiku?” tanyanya dengan kasar.

“Kau bisa meluangkan waktumu besok?”  tanyanya.

Sandra terdiam mendengar pernyataannya tersebut, “Kau…kau ingin bertemu denganku?” tanyanya dengan takut-takut.

“Ya, bagaimana bisa besok?” tanyanya yang berusaha mencari waktu yang terbaik.

Sandra tak bisa berkata apa-apa lagi, ia malah teringat akan perkataan Tania barusan ketika ia mencoba untuk kabur lagi dari Kevin, “Besok?” tanyanya yang tidak percaya.

“Ya besok, kau ada waktu tidak?” tanyanya sekali lagi.

“Akan aku usahakan,” ucapnya.

“Besok akan aku hubungi dimana dan jam berapa,” jawabnya.

“Hmm..” desahnya. Sandra mematikan telepon dari Kevin, ia benar-benar tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya lagi, “Arrgghh…menyebalkan,” kesalnya yang sembari melempar bantalnya sendiri.

Malam itu ia benar-benar tertidur dengan pulas di kasurnya. Ia terbangun dengan bunyi weker ayam yang ia pasang di handphonenya tersebut, ia melihat jam dan beberapa pesan yang masuk ke dalam handphonenya tersebut, “Apa ini?” teriaknya dengan tercengang.

Sandra terburu-buru bangun dari tempat tidurnya, ia mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Heru yang melihatnya terkejut bahwa tidak biasanya Sandra bangun dengan terburu-buru seperti itu.

******

Sementara itu Kevin tengah menunggu Sandra, ia berusaha sabar untuk bertemu dengan Sandra. Ia menunggu di depan lobby pusat perbelanjaan, ia ingin mengajaknya berjalan-jalan sembari berbicara.

Selama tiga puluh menit Kevin sudah menunggu Sandra hingga akhirnya Sandra sampai di tempat tersebut, “Maaf,” sahut Sandra.

Kevin tersenyum mendengarnya, “Tak apa-apa. Kau sudah makan?” tanyanya.

“Aku belum makan,” jawabnya.

“Bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” ucapnya yang memberitahu.

Sandra tertegun setelah sekian lama akhirnya, ia bertemu kembali dengan Kevin, “Katakan saja sekarang jika ada yang ingin kau katakan kepadaku,” timpalnya.

Kevin merasa hari itu ia akan terakhir lagi bertemu dengan Sandra namun ia berusaha untuk tidak menggubrisnya, “Kau ingat dengan perkataanku dahulu kepadamu?” ungkitnya.

Sandra menelan salivanya, ia ingat betul bagaimana Kevin benar-benar menyatakan perasaannya kepada dirinya pada saat itu, “Aku ingat,” jawabnya.

“Kapan kau bisa menjawabnya?” tanyanya.

Sandra melihat Kevin dengan keraguan, “Setelah sekian lama akhirnya kau menanyakan hal itu? Kau tidak tahu bagaiman perasaanku pada waktu tersebut,” ucapnya dengan perasaan yang hendak menangis.

“Kenapa?” tanyanya.

Sandra ingin sekali memeluk laki-laki yang ada di depannya tersebut namun ia tidak bisa, “Aku hancur! Sudah terlalu banyak masa-masa yang harusnya aku bisa lewati dengan baik tapi di renggut, orang tuaku, masa sekolahku dan aku kehilangan dirimu,” sahutnya dengan emosi membuncah.

Kevin dan Sandra sama-sama terdiam. Kevin tahu bahwa ia salah telah mengajaknya, harus ia membiarkan Sandra untuk tetap bisa membiarkannya beberapa hari terlebih dahulu, “Maaf,” kata Kevin dengan satu kata tersebut.

Sandra meninggalkan Kevin di depan lobby mall tersebut entah kemana, ia merasakan bahwa dirinya sedang kabur lagi dari hadapan orang yang akan mencintai dirinya secara utuh. Kevin berusaha mencegahnya, “Jangan hentikan aku. Pergi dari hadapanku!” makinya.

“Aku sudah minta maaf kepadamu, lalu apa salahku lagi?” tanyanya.

Sandra menarik nafas dengan berat, mereka benar-benar berhadapan muka dengan muka, “Kenapa kau menghilang?” tanyanya dengan jelas.

Kevin mengedipkan matanya pertemuan dirinya dengan Sandra berubah menjadi lebih banyak keraguan antara dia dengan dirinya. “Aku…” jawabnya dengan terbata-bata.

“Kenapa kau menghilang!?” tanyanya dengan emosi sembari menekankan kata-kata kau kepada Kevin sendiri.

“Aku tidak menghilang. Aku masih di sini namun aku kehilangan kontak dirimu, Sandra,” timpalnya yang memberitahu.

Kevin memegang tangan Sandra ia ingin benar-benar menerima dengan hati tulus, namun Sandra masih mengeraskan hatinya sendiri. Sandra menepis tangan Kevin seakan jijik melihat laki-laki yang ada di depannya sendiri.

Kevin kalut, ia tidak ingin pertemuannya menjadi seperti ini. Sandra berlari meninggalkannya sekali lagi dalam hidupnya, ia tidak bisa menerima kenyataan tersebut ia menghindar lagi dan lagi.

Kevin hanya bisa mencegahnya namun Sandra benar-benar keras dan tidak ingin ada orang lain yang tahu akan masa lalunya. Di dalam kesendiriannya itu ia teringat bagaimana Kevin menyatakan perasaannya.

Sandra berjalan tanpa tentu arah, ia menangis dalam diam. Beberapa orang mulai mencari dirinya baik Heru, Kevin dan Tania sementara HP nya terus menerus bordering tanpa diam.

Sandra yang berjalan terus menerus bahkan dia sendiri juga tidak tahu dimana dirinya sekarang tersebut duduk di sebuah tepian pantai. Beberapa kali ia menghapus air matanya yang menetes, “Kenapa? Kenapa harus aku!” jeritnya di tepi pantai tersebut.

Bunyi burung beterbangan, menghindari suara seseorang yang tengah di landa kesedihan. Ia sendiri bahkan tidak melihat jam lagi, semua orang kalang kabut mencarinya namun tidak ada yang berhasil menemukannya.

Sementara itu Kevin berusaha menghubungi Sandra namun Sandra juga tidak mengangkat teleponnya, ia panic bahkan beberapa kali ia hubungi Sandra juga tidak mengangkatnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Melakukan Bersama

    Mendengar perkataan Bram membuat hati Kevin bergetar, ia akhirnya juga menguatkan hatinya untuk bisa tegar dalam menghadapi masalahnya satu per satu. Kevin akhirnya bergegas untuk melakukan hal yang bisa ia lakukan pada saat itu juga.Kaki Kevin berlari meninggalkan kantor kepolisian dan menuju rumah sakit. Kevin mencegah taksi yang lewat tengah malam tersebut dan memintanya untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit.Kring..Kring…Handphone yang ia bawa selama kurang lebih dua jam tidak berbunyi pada akhirnya berbunyi juga. Kevin mengambil handphonenya dan melihat layar LCD, di tangkapan layar ia bisa melihat bahwa Lia menghubunginya. “Halo,” sapa Kevin.“Hei, dimana?”“Aku dalam perjalanan,” ucapnya.Lia melihat kepada ayahnya yang meminta untuk menelepon Kevin. Lia sendiri mengigit bibirnya ragu untuk memberitahu kepada kakaknya sendiri sementara Aditya berusaha membujuk Lia untuk memintanya datang.Lia sendiri tidak bisa berkata-kata lagi. Sementara di ujung telepon Kevin sudah hen

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Perasaan Masing-Masing

    Johana yang sedikit lega dengan pemberitahuan mereka berdua dengan mantap masuk bersama ke dalam kantor kepolisian. Erick yang di tugaskan kembali ke TKP, akhirnya memberanikan diri untuk menyerahkan bukti.Erick yang baru pertama kali bertemu dengan Johana, tergagap bahkan ia sendiri salah tingkah. “Aku baru dari TKP. Kami meminta salinan sebagai bukti,” cakapnya berbasa-basi. “Kau bisa melihatnya di atas,” senyum Erick.Johana yang mendengarnya melongo. “Woah. Kerja bagus. Mana?” tanya Johana sembari memuji tindakan Erick.“Akan aku berikan diatas, jika disini bisa saja nantinya dikira hal apa,” cetusnya.“Baiklah.”Johana, Erick dan Kevin masuk ke dalam ruangan yang dapat mereka akses masuk ke dalam ruangan secara leluasa. Erick sendiri bahkan memberikan jalan terlebih dahulu kepada Johana.Kevin merasa aneh dengan sikap Erick yang seolah-olah baru saja jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan Erick juga mengarahkan jalan kepada Johana. “Lewat sini,” cakapnya. Johana dan Kevin me

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Terungkapnya Motif Utama

    Heru yang sudah tahu kebiasaan Sandra akhirnya menerobos masuk di ikuti dengan Anita dan Agus bahkan di susul Tania. “Kau ini! Kenapa sih tidak pernah memberitahu aku? Sudah aku bilang, anggap aku ayahmu,” ceramahnya.Heru membuka selimut Sandra yang menutupi dirinya tersebut. “Bagaimana, Paman, menemukanku?” cakapnya yang memberengut kesal kepada pamannya sendiri.Tak!Heru saking kesalnya akhirnya menjitak kepala keponakannya sendiri. “Argh, sakit,” erang Sandra. Lia yang melihatnya tertawa kecil, ia tahu bahwa perbuatan Sandra barusan di balas oleh pamannya sendiri.Lia perlahan keluar bersama dengan ayahnya membiarkan mereka untuk ikut ambil bagian. Dari luar pintu Lia menutup pintu tersebut secara perlahan. Aditya yang sudah berumur memandang putrinya yang masih memegang di sampingnya.Dari kejauhan mulai terdengar derap langkah kaki yang berlarian di selasar ruangan menuju ruangan Sandra di rawat. “Pak Ketua, Anda kemana saja?” tanya suster kepala yang memegang kening kepalanya

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Pertemuan yang Mengharu Biru

    Mereka yang memandangi tidak tahu lagi suasan jelas menengangkan. “Ada apa?” tanya Kevin yang mencairkan suasana di ruangan.Dokter tersebut enggan untuk memberitahunya, ia juga tidak tega harus mengatakannya. Dokter tersebut menatap lama kepada Kevin dan bergantian ke sekeliling ruangan. “Katakan saja,” desak Kevin yang tidak sabaran.Bram sendiri mengernyitkan dahinya, ia juga belum memahami situasi yang terjadi. Dirinya baru mendengar dari Kevin. “Sebenarnya apa yang terjadi?” ucap Bram yang membutuhkan klarifikasi kepada Kevin.Kevin menelan salivnya. “Pak Bram, kami sebenarnya sedang menyelidiki suntikan apa yang di berikan oleh ibuku. Dan, aku tidak tahu bahwa hasilnya akan secepat yang tidak aku pikirkan,” oceh Kevin dengan sendirinya.“Jadi kau berusaha menyelidikinya?” tanya balik Bram.“Ya.”Bram menatap kepada dokter tersebut. “Katakan saja apa isi dari suntikan yang di berikan si ‘viper’,” ejek Bram yang melirik kepada Indy.“Kalian tidak apa-apa jika aku memberitahunya?”

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Indy di Tangkap

    Dengan tegap dan mantap Kevin akhirnya menuju pos keamanan bersama dengan Felix,. Baik Kevin dan Felix berjalan hingga langkah kaki tersebut sampai di depan pos keamanan. Beberapa kali Felix mengetuk pintu untuk mengunjungi penjahat yang akhirnya tertangkap basah.Clek!Petugas keamanan membukakan pintu, ia memberi salam kepada Felix. “Permisi, Pak,” balas sapa Felix. “Boleh masuk?” tanyanya dengan sopan.“Silakan,” sahutnya yang memberikan jawaban kepada Felix.Felix dan Kevin masuk melangkah ke dalam kantor keamanan rumah sakit. Dari kejauhan Kevin sudah bisa melihat bahwa ibunya sudah ada di dalam kantor keamanan. Kevin menyenggol Felix untuk menanyakannya. “Sudah berapa lama ibuku di sini?” tanya Kevin.Felix terdiam sejenak memikirkan setelah kejadian yang terjadi di ruangan, ia bergumam, “Mungkin hampir dua jam,” jawabnya memberi tahu.Kevin meringsek maju ke depan berupaya untuk melihat kondisi Ibunya sendiri yang sudah mulai menatap dirinya. Kevin berjongkong di hadapan Ibunya

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Hal yang Memalukan

    Kevin yang mengamuk akhirnya hanya bisa keluar dari kantor polisi. Bram mengejarnya untuk bisa menenangkan Kevin. “Kevin!” panggil Bram namun Kevin tidak menggubrisnya.Sekali lagi Bram mencegah kegilaan Kevin, kakinya berderap mendekati Kevin. “Hei! Tatap aku!” kesal Bram.Dengan marah Kevin menyentak tangan Bram yang memegangnya. “Apa lagi?” tanya Kevin dengan setengah berteriak.“Apa yang akan kau lakukan? Kau memikirkannya secara matang, Kevin,” ucapnya.Kevin terhenyak perkataan Bram ada benarnya ia harus memikirkan semua rencananya harus dengan matang-matang jika tidak ibunya sendiri tidak akan tertangkap dan akan terus menerus lepas kendali sama seperti ular yang dengan mudahnya lepas dari toples jika tidak di ikat dengan kencang.Perumpaan yang di katakan oleh Bram ketika mereka bertemu jelas membuat Kevin teringat. Ibunya saat ini sudah seperti ular yang lepas dari toples. “Aku marah kepada diriku.” Cakap Kevin.“Lalu, apa hubungannya dengan kasusmu?” tanya Bram kepada Kevin.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status