Share

Hati yang Hancur

Kevin yang pasrah juga tidak tahu dimana keberadaan Sandra. Di otaknya hanya terbersit satu orang yang sudah lama mengenal Sandra, Tania. Dia dengan segera menghubungi Tania, ia meneleponnya.

Tania yang baru pulang dari kantornya, melihat handphonenya. Ia ragu untuk mengangkatnya namun akhirnya, ia mau tidak mau harus mengangkatnya, “Halo,” sapanya.

“Tania,” sapanya Kevin dengan lega.

Tania yang mendengarnya juga kaget dengan nada suara Kevin yang seakan sedang panic, “Kenapa kau menghubungiku?” tanyanya.

“Sandra menghilang,” ucapnya.

Tania seakan sudah tahu bahwa ia akan menjadi seperti itu lagi, “Temui dia di tepi pantai, dia pasti ke sana,” timpalnya.

“Bagaimana mungkin dia ke sana dengan berjalan kaki?” tanyanya yang tidak percaya.

“Dia akan melakukan hal itu jika sudah mengusik hatinya. Kau baru bertemu dengannya dan membuatnya seperti itu? Bagaimana aku bisa mempercayai dirimu?” kesalnya.

“Kau yakin dia kesana? Bagaimana jika dia tidak ke sana?” ucapan Kevin mungkin ada benarnya juga.

Tania menjilat bibir bawahnya, “Aku tidak mungkin salah, ia akan ke sana jika memang sudah ada yang terjadi dengan dirinya,” jelasnya. “Memangnya kenapa? Apa yang kau katakan kepadanya?” tanyanya yang berusaha mencari tahu akan keberadaan Sandra.

Kevin tidak bisa menjawabnya, ia sendiri juga enggan untuk memberitahukan bahwa pertemuan mereka berdua berubah menjadi berantakan bukan hanya berantakan mereka juga baru saja akan kehilangan satu sama lainnya.

Tania yang tahu kondisi mental Sandra belum seratus persen pulih, akhirnya berusaha mencari Sandra juga, “Kau dimana? Kita cari bersama,” usulnya kepada Kevin.

“Baiklah. Temui aku tak jauh dari tempat kemarin,” katanya yang memberitahukan kepada Tania.

“Aku akan ke sana, kau tunggulah,” cetusnya. Tania akhirnya memutus hubungan tersebut dengan segera ia keluar dari rumahnya dan menaiki mobilnya tersebut. Ia menyetir mobil tersebut ke tempat mereka pertama kali bertemu.

Tania melihat Kevin yang tengah kebingungan, ia menurunkan kaca mobilnya, “Masuklah!” serunya.

Kevin dengan segera masuk ke dalam mobil milik Tania. Tania mengebut hingga ke tempat tersebut, “Pelan-pelan saja,” ujarnya kepada Tania.

“Bagaimana bisa aku pelan-pelan saja? Katakan kepadaku apa yang kau bicarakan dengan dirinya hingga ia menjadi seperti itu?” cecarnya.

“Aku sendiri saja tidak mengerti apa yang dia katakan, dia hanya mengatakan ‘ia hancur, bahkan hampir semuanya yang bisa ia lalui di renggut orang tuanya, masa sekolahnya dan diriku’, ia hanya mengatakan hal itu kepadaku,” jelasnya.

Tania tiba-tiba saja memberhentikan mobilnya, “Dia menyinggung masa sekolahnya?” tanyanya.

“Ya, kenapa?” ucapnya.

“Bagian itu dia tidak pernah menceritakan kepada diriku, aku tidak tahu apa yang di renggutnya,” timpalnya yang memberitahu.

Sementara itu beberapa mobil mulai membunyikan klakson mobilnya, dengan segera Tania mengendarai mobilnya lagi. Mereka berpacu untuk bisa menemukan Sandra yang kondisinya masih belum pulih benar.

Sementara Tania menjelaskan apa yang terjadi kepada Kevin apa yang terjadi kepada Sandra, ia perlahan mulai menyadari kenapa dirinya seperti itu. “Beri dia waktu, kehadiran dirimu juga terlalu mendadak,” sergahnya dengan getir.

Kevin terdiam, ia juga tidak mengira bahwa waktu kemunculannya juga terlalu mendadak, “Ada banyak hal yang harus aku katakan kepadanya,” tuturnya memberitahu kepada Tania.

“Kalau itu berhubungan dengan pernikahan, jangan bicarakan dengannya terlebih dahulu. Dia sedang banyak problema,” ucapnya dengan kesal.

Sementara Tania membawa mobilnya ke salah satu pantai yang dekat dengan rumahnya, ia malah harap-harap cemas seakan dirinya juga tidak tahu kemana Sandra akan pergi.

Tania menghela nafasnya, “Kau bisa menelepon pamannya?” tanyanya kepada Kevin.

Kevin melirik ke arah Tania, “Memberitahu pamannya?” tanyanya balik.

“Ya kita harus memberitahu pamannya. Bisa saja ia menghubungi Sandra.” Kevin dengan segera mengambil ponsel milik Tania. “Namanya Heru,” ujarnya memberitahu.

Kevin dengan segera mencari nama Heru, ia menunggu untuk bisa mendengar seseorang dari ujung telepon tersebut, “Halo, Tania,” sapa Heru di ujung telepon tersebut.

“Paman, aku sedang dalam perjalanan. Dia biasanya ada di sekitar pantai,” katanya yang memberitahu Heru.

“Paman juga sedang mencarinya di pantai tapi tidak ada,” tuturnya yang memberitahu.

Tania dan Kevin sama-sama berpandangan sementara ucapan Kevin menjadi kenyataan. “Sudah aku bilang,” tuturnya tanpa mengeluarkan suara. Mobil Tania mendecit berhenti.

Tania kini panic tidak biasanya Sandra akan menghilang begitu saja, “Paman, aku akan menghubungi paman lagi,” katanya dengan mematikan ponselnya. Tania melirik Kevin, “Bagaimana kau tahu?” tanyanya yang tidak percaya.

“Aku hanya menebak,” paparnya.

Tania sekarang sendiri tengah kalut, tidak biasanya Sandra akan menghilang. Ia beberapa kali mengerjapkan matanya menahan rasa bersalah yang pernah ia katakan sebelumnya.

Tania mengigit bibir bawahnya, “Kita akan mencarinya,” usulnya.

“Lalu, kau ingin mencari dirinya kemana, Ibu Tania?” balasnya.

Kali ini Tania sudah tidak bisa mampu berbicara lagi, perkataan Kevin hampir semuanya menjadi kenyataan. Ia menggerung di dalam mobilnya sendiri, “Aku tak tahu kemana harusnya mencari dirinya,” akunya kepada Kevin.

Baik Kevin dan Tania kini mereka benar-benar kehilangan arah, “Kemana kira-kira dia pergi ya?” celetuk Kevin kepada dirinya sendiri.

Tania kembali menyalakan mobilnya, “Kita pelan-pelan saja, siapa tahu tiba-tiba dia muncul kita bisa langsung membawanya pulang,” ujarnya.

Kevin menganggukkan kepalanya mendengar usul dari Tania tersebut. Mereka melihat di sekitar jalanan mencari Sandra kian kemari namun mereka berdua benar-benar tidak melihat batang hidungnya.

Saking penatnya mereka akhirnya mampir ke salah satu toko terdekat untuk membeli minuman dan beberapa cemilan, mereka akan menduga bahwa hari ini akan menjadi hari yang paling terpanjang di dalam kehidupan mereka bukan hanya mencari orang hilang tapi perlu menjelaskannya secara lebih terperinci.

Mobil mereka masih berpaut di sekitar jalanan kota tersebut, “Kenapa kita tidak mencoba ke rumah duka atau tempat pemakaman?” Tanya Kevin yang memecah keheningan tersebut.

Akhirnya Tania sadar dari lamunannya, “Kau benar. Kita coba ke makam,” ujarnya.

Dengan segera Tania menancapkan kembali mobilnya menuju tempat makam dimana ayah dan ibu Sandra di sandingkan. Mereka kembali dalam diam, tidak berbicara satu sama lain sementara mobil membawa mereka berdua menuju tempat pemakaman.

Selama proses pencarian Sandra semua orang yang mengenalnya benar-benar di buat panic. Jam sudah menunjukkan pukul 19:00 dan Sandra juga belum di temukan baik Heru sendiri juga akhirnya turun tangan mencari Sandra.

Anita yang masih tidak terima bahwa Heru membawa kemenakannya masih suka mendumel, “Biarkan saja dia menghilang, memang anak nakal,” ejeknya.

“Jangan bicara sembarangan, walaupun begitu dia tetap keponakanmu. Suka atau tidak kau harus bisa menerima dirinya, Anita,” tuntutnya.

“Kalau memang dia ingin ada di rumah setidaknya dia harus bekerja,” cemoohnya.

Heru yang kesal dengan perkataan istrinya tersebut melihat kea rah Anita, “Kau bisa diam apa tidak?!” bentaknya.

Anita hanya bisa menghela nafasnya dengan berat sementara telepon masuk masih tetap berbunyi massal menanyakan apakah putri manja tersebut sudah di temukan apa belum. Mereka berdua tetap harus menjawab satu per satu pertanyaan yang di lontarkan oleh masing-masing orang kepada mereka berdua.

Saking lelahnya mereka mengangkat telepon tersebut, mereka jadi terpaksa harus mematikan handphone mereka untuk menghindari berbagai macam pertanyaan yang di lemparkan. Selama mencari Sandra mereka benar-benar tidak terpikirkan untuk mencari kemana mereka berjalan tanpa arah.

*******

 Di satu sisi Sandra yang masih dalam keadaan terpuruk dan hilang arah hanya bisa memandangi abu mendiang kedua orang tuanya. Hatinya pilu, ia tahu kepergian ayahnya sendiri juga sudah menambah beban paman dan bibinya.

Sandra melihat kea rah foto ayah dan ibunya, “Ayah, kenapa hidupku menjadi seperti ini?” tanyanya.

Dengan sesegukan ia melihat wajah tampan ayahnya tersebut. Dari kejauhan Tania melihatnya, ia menghampiri sahabatnya tersebut, “Kau benar-benar membuat semua orang panic,” tegurnya.

Sandra melihat ke sahabatnya tersebut, ia memeluknya dan menangis. Kevin ingin sekali membantunya namun ia sendiri juga masih belum bisa memasuki hatinya yang dalam kondisi pecah berkeping-keping.

Kevin akhirnya memberanikan diri menegurnya, “Hei, Putri Manja, jangan buat kami khawatir,” ledeknya.

Sandra yang tidak terima di katai ‘Putri Manja’ menghampiri Kevin, “Kau kenapa? Kenapa kau harus masuk ke dalam kehidupanku?!” bentaknya di hadapan Tania.

Emosi Sandra menjadi-jadi ketika melihat laki-laki tersebut ada di hadapannya, “Kau kenapa? Aku hanya ingin menjaga dirimu untuk sisa hidupku,” akunya.

Sandra seakan ingin menampar Kevin, namun Kevin berhasil menangkisnya. Ia memeluk Sandra yang pada saat itu langung menangis kembali, “Kau tahu sudah berapa lama aku menunggumu untuk kembali?”

“Maaf, aku tidak pernah tahu bahwa kau menungguku,” erangnya. “Sekarang sudah ada aku, ceritakan saja semuanya kepadaku,” racaunya.

“Bagaimana bisa aku menceritakannya semua kepadamu? Hidupku sendiri saja sudah kacau beberapa lama. Aku bukan Sandra yang dulu, aku sudah hampir kehilangan semuanya!” teriaknya.

Tania paham akan kondisinya yang sekarang saat ini, hidup sahabatnya sudah berubah tak ada yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Ia sendiri juga berharap Kevin bisa membantunya terbuka sehingga ia bisa mampu melewati hal tersebut.

Seakan dunia mengatakan hal yang lain, ia juga ingin menyatakan kepada dunia bahwa dunia mereka sekarang sudah berbeda, “Kau punya aku dan Kevin!” balasnya dengan berteriak ke arah Sandra.

“Di saat seperti ini mana ada yang mau berteman dengan aku! Aku sendiri saja merasa hina,” ungkapnya.

“Kau bisa menceritakan kepadaku atau kepada Kevin,” sergahnya. “Aku sendiri juga tidak ingin melihat dirimu seperti itu, Sandra,”  paparnya.

“Kau punya keluarga setidaknya yang bisa kau ceritakan,” kata Kevin yang memberitahu kepada Sandra.

Sandra sendiri sebenarnya ingin tahu bagaimana reaksi Kevin, “Kau tidak paham!” makinya dengan berusaha melepaskan dirinya dari Kevin. “Kenapa kau menghilang?” tanyanya sekali lagi.

“Aku tidak menghilang! Aku masih ada namun aku tidak bisa mencarimu, aku kuliah sembari mengembangkan usaha ayahku sendiri,” jelasnya dengan suara parau.

Sandra masih sesegukan mendengarnya, ia mendengarkan semua penjelasan dari Kevin walaupun sebenarnya hatinya masih menutup untuk tidak ada siapapun yang mencoba untuk masuk ke dalam dirinya tersebut.

“Tinggalkan aku,” ucapnya dengan menutup percakapan di antara mereka bertiga.

Kevin tidak habis akal, ia berusaha untuk menggetarkan hati Sandra. Ia membujuknya namun Sandra masih menutup hatinya, ia benar-benar membutuhkan waktu untuk bisa menerima Kevin di dalam kehidupannya tersebut.

Tania membantunya untuk bisa tetap tegar, “Kau bisa melewatinya. Aku ingat waktu kau kehilangan ayahmu, buktinya kau bisa kuat,” ucapnya dengan tersenyum.

Kevin juga memberikan dukungan kepadanya, “Aku akan memberikan waktu, setidaknya jika aku menelepon tolong di jawab, jika hatimu sudah kuat , kau bisa mengatakan apa yang ingin kau katakan,” sergahnya.

Tak jauh dari tempat abu, mereka mendengar derap langkah dan suara berisik di anatar Heru dan Anita, “Kau kecilkan suaramu!” kesal Heru.

“Kenapa tidak kau terfikirkan sedari tadi?” tanyanya dengan mata melotot.

“Mana aku tahu jika dia akan ke sini,” timpalnya.

Heru masuk ke dalam ruang abu, ia melihat Tania dan Sandra. Anita sendiri juga sedikit ingin emosi melihat kelakuan kemenakannya tersebut yang tidak ada habisnya, “Kau! Jangan sekali-kalinya buat kita panik!” ocehnya.

Sandra berusaha tenang dengan kondisinya yang sekarang ini, “Maaf,” lirihnya.

“Sudah ayo kita pulang,” jawab Heru. Heru melihat Kevin ia ingin menegurnya namun kondisi sedang tidak memungkin untuk membiarkan mereka berbicara.

Anita dan Heru memapah Sandra yang baru saja mengalami hari yang berat di ikuti oleh Kevin dan Tania. Mereka berjalan beriringan untuk menghindari hal yang buruk terjadi.

Sandra yang sudah ada di dalam mobil Heru duduk di belakang kursi, sementara Kevin dan Tania memperhatikannya. Heru menghampiri mereka berdua, “Terima kasih, maaf, sudah merepotkan,” ucapnya yang seakan meminta maaf.

“Tak apa, paman,” jawab Tania. Tania menyikut Kevin sehingga membuat Kevin meringis.

Heru memandang Kevin sementara Kevin juga memandang ke arah Heru, “Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Kevin.

“Kau yang menyebabkannya seperti ini?” tanya Heru takut-takut.

“Ma…maaf, bukan seperti itu masalahnya, paman, aku tidak ingin menyinggungnya namun aku sendiri juga bingung,” terangnya.

Heru terdiam sejenak, ia tidak enak jika harus membicarakan Sandra sementara ada istrinya Anita yang juga tidak mengetahui masalah kesehatan Sandra sendiri. Ia menjadi serba salah baik di hadapan dua orang tersebut dan di depan istrinya, “Kau kapan ada waktu?” tanya Heru.

“Saya besok bisa,” jawabnya.

“Akan saya jelaskan besok kenapa Sandra bisa bersikap acuh seperti itu,” ungkapnya. Ia melihat ke arah Tania dengan perasaan yang bersalah juga, “Beritahu saja nomorku kepadanya,” katanya yang memberitahu.

Tania menganggukan kepalanya, Heru masuk ke dalam mobilnya dan pergi pulang ke rumah. Sementara baik Kevin dan Tania saling berpandangan bak tak mengerti.

Malahan sebenarnya Kevin yang di buat bingung, “Kau akan tahu nanti,” papar Tania kepadanya. Tania kembali duduk di kursi pengemudi dan kembali ke tempatnya Kevin meminta di turunkan tak jauh dari rumah Tania sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status