Malam itu Kevin tidak bisa tidur sama sekali, ia memikirkan apa yang akan di katakan oleh paman Sandra, ia ingin tahu lebih jauh apa yang terjadi dengan Sandra, Kevin sendiri merasa bahwa semua yang akan dia lakukan hanya akan sia-sia saja.
Dengan niat baik, ia akhirnya berusaha untuk menghubungi Tania. Kevin mengambil handphone, dengan segera dia menghubungi Tania untuk mengetahuinya. “Halo,” sapanya.
Tania sudah bosan berurusan dengan Kevin. “Apa lagi?” terkanya.
“Beritahu aku sedikit informasi tentang apa yang terjadi dengan Sandra,” katanya yang seraya mengorek masa lalu Sandra.
“Aku tidak tahu banyak, tapi hanya itu saja yang aku tahu,” akuinya.
Kevin menghempaskan tubuhnya di atas kasur yang empuk, saking kesalnya dengan kejadian yang menimpa Sandra malam itu membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi. “Kau benar-benar tidak tahu?” tanya yang mencari tahu.
Tania mengernyitkan dahinya, ia sendiri juga tidak punya apa-apa lagi untuk memberitahu kepada Kevin. “Hanya itu, Kevin!” bentaknya seketika itu juga.
Kevin berusaha menggoda Tania untuk mendapatkan berita yang lebih mendetail, doi bertingkah seperti anak kecil yang seakan ingin di perhatikan oleh Tania. “Katakanlah,” paksanya kepada Tania.
“Kau ini benar-benar yaa,” gerungnya kesal dengan tingkah konyol Kevin.
“Tania, beritahukan kepadaku. Hal-hal apa saja yang di sukai maupun yang tidak di sukai oleh Sandra,” paksanya.
Tania memutar kedua bola matanya, ia lelah dengan tingkah konyol yang di perlihatkan Kevin kepadanya. “Kevin, aku bukan pacarmu, jadi jangan sekali-kalinya kau merayuku, hanya demi untuk memberitahu tentang kesukaannya Sandra, okay?” timpalnya yang kesal.
“Aku akan belikan apa yang kau mau, asal beritahu setidaknya apa saja supaya dia mau membuka hatinya untukku,” pintanya.
Dari ujung telepon Tania terdengar suara Ibunya yang meminta untuk makan malam, Tania menjauhkan sedikit teleponnya ia mengatakan akan segera keluar untuk makan malam. “Sudah dulu,” katanya yang mengakhiri pembicaraan dengan Kevin.
Tut Tut Tut
Suara handphone terdengar dimatikan oleh Tania rayuan gombal Kevin benar-benar tidak bisa meluluhkan hati Tania, ia sudah kebal dengan rayuan laki-laki tersebut. Kevin hanya memandangi layar kaca handphonenya sendiri dengan harapan Tania akan memberitahunya.
Kevin melihat ke arah langit-langit kamarnya, ia benar-benar sekan sudah tidak mampu lagi untuk mengatakan apa-apa, hatinya sendu. Hingga adiknya Natalia masuk ke dalam kamar kakaknya. "Kakak,” ujarnya.
Natalia merupakan gadis yang sedikit tomboy, pakaiannya saja selalu kedodoran malam itu Kevin melihat bahwa adik perempuannya itu menggunakan baju favoritenya sendiri. “Hei! Kau menggunakan bajuku?” pekiknya yang mengetahui baju bergambar sepak bola di gunakan adiknya.
“Pinjam!” pekiknya yang membahana di dalam ruangan Kevin.
Damn It! Batin Kevin di dalam hatinya.
Kevin keluar kamarnya, ia berlari mengejar adiknya itu, ia masuk ke dalam kamar adik perempuannya dan melihat isi kamarnya yang berantakan, kepalanya cenat cenut dengan sikap adik perempuannya itu.
Kevin memegang kepalanya saking tak tahan dengan kelakuan Natalia. “Lia! Kau itu perempuan, bereskan kamarmu. Kau mau di omeli, Ibu,” celetuknya.
Lia yang baru saja mengikat rambutnya menjadi cepol, melihat kepada Kevin, ia mengenakan kacamata bulat bajunya yang kedodoran memperlihatkan tubuhnya yang lumayan sintal. “Biarkan saja, toh aku senang dengan kondisi seperti ini,” ujarnya.
“Kembalikan bajuku!” serunya.
“Tidak mau, toh kakak juga untuk apa menyimpannya,” ledeknya. Lia duduk di depan komputernya, ia memandangi seluruh skripsinya yang belum jadi. “Kakak, keluar saja,” sambungnya.
Kevin masih berdiri di depan pintu kamar adiknya tersebut. “Kau masih mengerjakan skripsi?” interogasi Kevin.
“Ya, besok aku akan bimbingan, antarkan aku dengan motormu,” sahut Lia.
“Jam berapa?”
“Jam 8 pagi,” jawab Lia dengan mata tertuju pada komputer.
“Baiklah asal ---.” Bunyi telepon membuat Kevin harus menghentikan pembicaraannya dengan adiknya tersebut. “Halo,” sapa Kevin.
“Hanya satu yang akan aku beritahu kepadamu, Sandra menyukai Green Tea Cream Blend dan Frapucinno,” jawab Tania yang akhirnya memberitahu kesukaan Sandra.
Kevin ternganga akhirnya berhasil mendapatkan kesukaan Sandra, ia senang bahwa rayuannya tersebut berhasil meluluhkan Tania untuk memberitahunya. Lia yang melihatnya bingung dengan tingkah kakaknya.
Kevin sekali lagi berusaha merayu Tania. “Tunggu sebentar, kau tahu warna favoritenya? Atau makanan yang dia suka?” cecarnya.
Tania terdiam. “Dia suka warna biru, makanan favoritenya adalah spagety. Sudah itu saja,” katanya yang memberitahu.
Lia sedikit menguping pembicaraan kakaknya. Aah sepertinya dia sedang jatuh cinta batin Lia.
Kevin membalikkan badannya, ia terkejut melihat adiknya yang berdiri di belakangnya. “Kau mengagetkan diriku!” serunya.
Lia tersenyum melihat kakaknya itu. “Kakak, sedang jatuh cinta yaa, hingga berani merayu,” godanya.
“Sialan kau,” umpatnya.
Lia lari masuk ke dalam kamarnya sementara Kevin berusaha untuk masuk ke dalam kamar adik perempuannya tersebut. Saking gaduhnya kedua kakak adik tersebut membuat Indy keluar dari dalam kamarnya.
Indy hanya mengenakan baju tidurnya. Indy mia melihat Kevin yang belum tidur. “Mau kapan kau tidak tidur!” bentaknya.
Kevin melengos pergi ke kamarnya, wajahnya berubah ketika melihat ibunya sendiri. Kevin masuk ke dalam kamarnya, Indy juga kembali ke dalam kamarnya untuk beristirahat ia berdecak melihat tingkah anaknya itu.
Kevin terbangun pada jam 05.30 kepalanya masih pusing, ia merasakan bahwa ia akan buang air kecil. Lia juga sama ia keluar dari kamarnya sembari mengucek matanya sendiri. “Kakak, aku duluan, aku sakit perut,” selanya.“Aahh kau ini,” katanya yang berusaha untuk mengalah. Perlahan Kevin turun dari lantai dua, ia menuju kamar mandi bawah. Sementara Indy melihat anak laki-lakinya tersebut, ia masih melanjutkan untuk membuat sarapan.Tepat pukul 07:00 Indy mulai memanggil Kevin dan Natalia untuk menyarap. Kevin yang sudah siap sedia turun ke meja makan. “Apa ini?” tanyanya.“Makan saja,” balasnya.Kevin berusaha menebak makanan apa yang hendak di sajikan Ibunya, melihat dari beberapa lapis Kevin menebak bahwa ibunya sedang berusaha membuat roti lapis. “Mudah-mudahan saja enak,” sindirnya.Mendengar sindiran Kevin, ekor matanya melirik ke arah putra kesayangannya tersebut. Natalia turun d
Bunyi lonceng restaurant berbunyi salah satu staffnya bingung, ia masuk ke dalam tempat kerjanya itu. “Permisi, Pak, maaf terlambat,” sapanya yang kebingungan bahwa toko sudah di buka.Kevin yang kala itu ada di dalam dapur tak tahu bahwa salah satu staffnya sudah hadir, keluar dengan membuat nasi goring kesukaannya. Kevin terkejut ketika melihat staffnya sudah datang. "Kau kapan datang?” tanyanya.“Belum lama, pak. Maaf jika saya terlambat,” katanya yang masih kebingungan.Kevin yang duduk sembari makan nasi gorengnya. “Bukan salahmu, aku habis mengantar Lia,” ujarnya yang memberitahu kepada karyawannya tersebut. “Jadi, otomatis aku langsung buka. Bukan salahmu, kau mungkin tidak tahu tapi tak masalah,” ujarnya yang memberitahu.“Aah begitu, Pak,” katanya dengan perasaan lega. “Saya pikir, saya yang kesiangan,” tawanya.“Bukan masalah,” katanya yang menelan s
Jam terus bergulir Kevin kembali melakukan pekerjaannya sebagai koki, ia juga menyapa dan menegur staff yang dia berikan penjelasan. Tiba akhirnya pukul 18.00 seperti biasa Kevin memerintahkan anak buahnya untuk seperti biasa melayani pelanggan. Sementara Kevin bersiap-siap untuk pergi meninggalkan restaurant tersebut. “Kalau ada apa-apa kalian bisa panggil aku,” seru Kevin kepada salah satu anak buahnya itu. “Baik, Pak,” jawab staff Kevin. Suara pintu terbuka Kevin keluar dari restaurant miliknya sendiri, ia menstarter motor kesayangannya tersebut. Dia pergi meninggalkan restaurant tersebut menuju tempat pertemuan yang telah di tentukan. Anita yang baru saja pulang melihat banyak sekali makanan di atas mejanya. “Kau membeli ini semuanya?” tanyanya yang berusaha mencari tahu. “Ya, kenapa memangnya?” telisiknya, “Tak perlu memasak, tadi siang aku bertemu dengan teman-temanku lalu aku membelinya karena enak,” ucapnya yang memberitahu.
Kevin akhirnya sadar bahwa bukan saja psikis dan psikologi Sandra yang terluka namun dia juga sudah hampir kehilangan kepercayaan dirinya sendiri. Kevin akhirnya bertekat untuk mencoba masuk ke dalam kehidupan Sandra.Malam itu setidaknya membuat Kevin mengetahui satu hal bahwa Sandra di butuh untuk di sayangi bukan untuk membencinya. Kevin keluar dari cafe tersebut, ia menstarter motornya dan mengendarari di jalanan malam yang sudah hampir lenggang.Sesampainya di rumah Kevin buru-buru masuk ke dalam kamarnya, ia membersihkan tubuhnya yang bidang dan merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk, ia mengambil handphonenya dan memilih untuk berbincang dengan Tania.Kevin mengirim pesan singkat kepada Tania. [Aku sudah tahu mengapa Sandra menjadi seperti itu. Kau punya saran, aku haru berbuat apa?]Kevin menunggu Tania untuk membalasnya dengan segera mungkin, ia berharap bahwa nantinya Sandra bisa menerimanya kembali. Kevin sudah lelah dengan aktivitasnya hari ini, ia berharap bahwa set
Pagi harinya Indy sudah bangun pagi-pagi sekali, ia masuk ke dalam kamar Lia, ia mengambil beberapa pakaian yang di perlukan oleh anaknya tersebut sesegera mungkin. Selesainya ia mengemas pakaian anak perempuannya, ia menuju kamar Kevin.Tok Tok TokKevin yang mendengar kamarnya di ketuk, terbangun rambutnya acak-acak ‘kan. “Siapa pagi-pagi begini?” tanya Kevin kepada dirinya sendiri. Dia bangun dari tempat tidurnya, mengucek kedua matanya, berjalan ke arah pintu dan membukanya.Indy yang melihatnya merasa bersalah. “Kau baru bangun?” tanya Indy.“Ya aku baru bangun, ada apa, Ibu?” tanya Kevin.“Ibu, minta tolong boleh?” tanya Indy takut-takut kepada putranya tersebut. Indy memberikan beberapa pakaian Lia yang sudah dia taruh di dalam koper mini. “Ini bawakan kepada adikmu.” Indy menyerahkan sebuah koper kecil milik putrinya, Lia.Kevin menerima sodoran yang di berikan kepada Ibunya tersebut, hatinya bingung dengan sikap Ibunya yang tiba-tiba saja berubah. “Bukankah kemarin malam, Ibu
Kevin melirik ke jam tangannya, ia melihat bahwa ia sudah terlambat untuk ke restaurantnya dengan segera Kevin meninggalkan sisa makanannya untuk kembali ke dalam restaurant. Kevin mengebut sepeda motornya melaju di jalanan, ia akhirnya sampai tepat ketika seseorang pegawainya membuka pintu restaurant.Pegawai tersebut yang melihatnya dengan segera membuka pintu utama. “Pagi, Pak,” sapa sang pegawai.“Pagi, maaf saya terlambat. Ada pesanan atau apa?” tanya Kevin.“Tidak ada, Pak. Mungkin hari ini akan ada bahan makanan yang akan masuk, terutama makanan seafood,” ujar sang pegawai.Kevin dengan segera melihat bahan utama makanan yang habis, ia berusaha mengejar waktunya untuk bisa bertemu dengan sang pemilik mobil yang tanpa sengaja ia tabrak. “Aku serahkan sama kalian, lakukan yang terbaik,” timpal Kevin.“Baik, Pak,” ucap sang pegawai.“Saya ada urusan, jika ada apa-apa beritahu saya. Ini sudah di bayar semua oleh ayah saya,” papar Kevin yang memberitahunya.“Baik, Pak. Berarti kami
Dua anak buah Kevin mulai berhamburan masuk ke dalam dapur, Kevin juga melihat beberapa anak buahnya tidak ada di tempat. “Mana yang lain?” tanya Kevin yang hanya melihat sekitar dua orang.“Mereka sedang mencoba melobby restaurant di sini, sebagian pergi ke pasar terdekat bahkan supermarket untuk melihat bahan makanan,” jelas staff Kevin.Kevin menggaruk kepalanya. “Hmm, kenapa aku tidak terpikirkan, bodohnya aku,” sahut Kevin.“Apa yang harus kita kerjakan?” tanya mereka yang sudah berbaris seperti koki.“Lakukan tugas kalian seperti di restaurant namun bedanya kita tidak akan berhenti, jumlah karyawan hampir mencapai kurang lebih 2000 orang, aku ingin kau, Dicky,” jelas Kevin yang menunjuk ke arah Dicky yang sedikit pendek, “Mengerjakan cap cay dan sapo tahu,” perintah Kevin.“Baik, Chef!” jawab Dicky dengan lantang.“Dan, kau, Dilon, seperti biasa ikan gurame asam manis,” papar Kevin.“Siap, Chef!” jawab Dilon sama dengan suara lantangnya.“Stock kita tidak banyak, pergunakan apa
Suasana menjadi tegang, Kevin sendiri menelan salivanya ia juga tidak menyangka bahwa wajahnya akan terlihat. “Kau mungkin terkejut tapi aku jeli melihat orang baru,” ujarnya yang sembari membuang abu rokoknya di asbak. “Nadia, nyalakan hexos, aku benci makan dengan bau rokok,” celetuk salah satu direktur. Direktur tersebut juga melihat ke arah laki-laki yang menyalakan rokoknya tersebut. “Hei, ini jam makan siang harusnya kau bisa menahan sedikit untuk tidak menyalakan rokokmu,” ucapnya sembari menunjuk. “Aku tak tahan, hanya satu batang,” jawab laki-laki tersebut. Agus mendengus mendengar jawaban tak senonoh yang di lemparkan oleh laki-laki tersebut. Sementara dia sendiri berusaha untuk mencicipi makanan tersebut. “Baik, Pak Agus,” timpal Nadia. Nadia membungkuk 45° untuk meninggalkan para direktur yang sudah duduk di meja makan, ia berjalan menghindari mereka dan menyalakan hexos di ruangan yang telah di tata ala china. Ruangan tersebut benar-benar memiliki ciri khas china