Home / Rumah Tangga / Izinkan Suamimu Menikah Lagi / Permintaan Konyol Ibu Mertua

Share

Izinkan Suamimu Menikah Lagi
Izinkan Suamimu Menikah Lagi
Author: Farid-ha

Permintaan Konyol Ibu Mertua

Author: Farid-ha
last update Last Updated: 2023-02-26 20:13:35

Izinkan Suamimu Menikah Lagi

Bab 1

"Nabila. Izinkan suamimu menikah lagi, Nak." Permintaan Ibu mertua serasa suara petir di siang bolong yang menyambar telingaku. Aku tersentak kaget mendengarnya. Sehingga tanpa sadar gelas yang berisi jus wortel untuk ibu pun terjatuh ke lantai. 

Gelas itu hancur seiring dengan remuknya hati ini. Delapan tahun aku mengabdikan diri pada suami dan ibu mertua yang sudah kuanggap ibu kandung sendiri. Tapi, siang ini beliau tega memintaku melakukan hal konyol tersebut. Apa yang saat ini beliau pikirkan? 

Segera ku bersihkan serpihan beling dengan perasaan hancur serupa pecahan gelas ini. Aku tidak menyangka ibu akan mengatakan hal itu. Hal yang sama sekali tidak ingin aku dengar dalam hidup ini.

"Nabila. Duduk dulu, Nak." Ibu menarik kursi yang ada di sebelahnya. Lalu, tempat duduk itu pun ditepuknya setelah melihatku kembali masuk ke dapur usai membuang sampah.

"Maaf jusnya tumpah, Bu." Hanya itu kata yang mampu ke luar dari bibir ini setelah duduk di dekat Bu Saropah — ibu mertuaku. 

"Nggak papa, Nduk. Itu semua memang salah Ibu. Wajar kalau kamu kaget hingga tanpa sadar menjatuhkan gelas. Ibu tidak mempermasalahkan itu, Nak. Ibu hanya minta satu hal saja. Sekali lagi Ibu mohon dengan sangat padamu, Nak. Izinkan Fathan menikah lagi, Sayang. Hanya dia harapan Ibu satu-satunya." Ibu menggenggam kedua telapak tangan ini. 

Aku terdiam. Tidak tahu lagi harus berkata apa, sebab di dalam sini ada yang sedang remuk redam. Aku merasakan sesak seketika. Serasa ada batu besar yang ditekan dengan kekuatan penuh ke arah dada ini. 

Delapan tahun bersama Ibu dan Mas Fathan dalam suka maupun duka. Bahkan tanpa syarat aku menerima mereka yang tidak memberikan modal apa-apa dalam pernikahan ini. Lalu, tiba-tiba kini ibu meminta aku mengizinkan anaknya membawa masuk orang ketiga. Di mana hati dan perasaan Ibu?

 Kenapa Ibu tidak bisa bersabar sedikit saja? Atau setidaknya memberikan aku batas waktu. Apabila sampai batas yang ditentukan aku belum bisa memberikan cucu maka Mas Fathan akan berpoligami, misalnya. Sepertinya itu lebih bisa aku terima dan tentu aku lebih mempersiapkan diri jauh-jauh hari dari pada yang secara tiba-tiba seperti ini. Poligami itu butuh ilmu. Dan itu tidak bisa dipersiapkan dalam waktu singkat.

Permintaan Ibu kali ini teramat sangat konyol. 

"Ibu tahu ini sulit untukmu, Sayang. Tapi, ibu tidak memiliki pilihan lain. Ibu hanya ingin cucu, Nabila. Kamu tahu hanya Fathan satu-satunya anak Ibu di sini. Jadi, siapa lagi yang bisa memberikan keturunan kalau bukan dia?" Suara ibu bergetar. Wajahnya pun berubah sendu. Entah apa yang membuatnya terlihat terluka seperti itu? 

Aku membeku di tempat. Tidak tahu harus berbuat apa terhadap ibu. Sebab aku sendiri butuh ditenangkan.

"Sudah delapan tahun ibu bersabar, Nak. Tapi, belum juga ada hasilnya. Kasihanilah wanita tua yang sudah penyakitan ini. Izinkan Fathan menikah lagi dengan perempuan yang sehat." Ucapan ibu lembut dan halus tapi mampu mengoyak hatiku dengan sempurna.

 Perempuan yang sehat? Seolah aku ini berpenyakitan! Kata-kata itu bagaikan perasan air jeruk nipis yang disiramkan di atas luka hatiku yang baru saja Ibu ciptakan. Perihnya tiada terkira. 

 Kenapa semua ini seolah salahku. Memang belum ada anak di antara kami. Tapi, bukan berarti aku tidak sehat! Hasil pemeriksaan dokter pun tidak ada masalah baik aku maupun Mas Fathan sama-sama sehat. Dan Ibu tahu itu. Tapi, ucapan beliau tadi seolah mengisyaratkan aku ini penyakitan. Kenapa Ibu berubah menjadi mertua jahat seperti di cerbung- cerbung yang aku baca? Selain soal cucu apalagi yang melatarbelakangi perubahan sikapnya?

"Bu. Aku tidak penyakitan, dokter pun bilang tidak ada masalah dengan rahimku. Ini hanya masalah waktu, Bu.

Delapan tahun kosong itu bukan mauku, Bu! Bukan hanya Ibu yang ingin, aku pun sama, sangat merindukan hadirnya buah hati di antara kami. Tapi, Allah belum mengizinkan itu. Lalu aku bisa apa?" Kujawab Ibu dengan suara bergetar dan lirih. 

Baru kali ini aku membantah beliau. Selama delapan tahun menjadi menantunya, aku selalu sendiko dawuh padanya. Bahkan aku selalu mengalah dan menekan ego kuat-kuat demi menyenangkan beliau. Tapi, saat ini aku tidak bisa tinggal diam dan menurut begitu saja. 

 Aku yakin suatu saat nanti bisa hamil. Karena dari hasil pemeriksaan kami berdua pun sehat. Ini hanya masalah waktu. Apa Ibu tidak bisa menunggu barang sebentar saja? Siapa tahu aku akan hamil setelah ini. 

"Ya, Ibu ingat. Tapi, kalau kamu sehat pasti sudah hamil dari dulu, Nabila. Memang, dokter bilang sehat. Tapi, kenyataannya apa? Sampai detik ini kamu masih belum bisa memberikan Ibu cucu. Bisa jadi itu karena kamu banyak dosa sehingga tidak dikasih anak sama Tuhan!" Suara ibu meninggi dan terdengar tidak mau dibantah.

Hatiku mencelos saat mendengar Ibu membentak dan mengatai aku banyak dosa. Sungguh, aku tidak bisa mempercayai wanita yang selalu lemah lembut itu tega membentakku dan menyakiti dengan kata-katanya.

Pertahanku jebol pada akhirnya. Tanpa permisi air mata ini membasahi pipi. Selama menjadi menantunya, baru kali ini Ibu membentak dan menghinaku. Ini belum ada madu, bagaimana nanti kalau sudah ada istri kedua Mas Fathan? Apa aku tidak semakin terasingkan? Belum lagi kalau wanita entah siapa itu bisa langsung hamil. Aku pasti semakin tersisih.

Aku tidak menyangka wanita yang terlihat menyayangiku itu tega menorehkan luka yang teramat dalam melalui lisannya. Apa rasa sayang ibu padaku sudah mulai memudar? Kalau Ibu sudah tidak sayang lagi dengan aku, lalu bagaimana dengan anak lelakinya itu — Mas Fathan? 

Mengingat nama Mas Fathan muncul pertanyaan di dalam hati, apa pria itu juga menginginkan berpoligami? Hatiku kembali merasakan ngilu saat membayangkan pria yang kucintai dengan sepenuh hati itu membagi cintanya dengan orang lain. 

"Maaf, Bu. Aku tidak bisa membuat keputusan sekarang. Aku mau istirahat dulu." Segera, kutinggalkan wanita yang telah melahirkan Mas Fathan. Tujuanku kali ini adalah kamar.

***

Aku tidak keluar kamar setelah peristiwa tadi hingga Mas Fathan pulang dari tempat kerja.

"Sayang. Kamu sakit?" Mas Fathan mendekati aku yang sedang duduk di atas ranjang. Lalu diciumnya keningku dengan lembut.

Kucium punggung tangan suami dengan takzim seperti biasa. Selama dia masih baik dan tidak menunjukkan perubahan sikap maka selama itu pula aku masih berusaha untuk menjadi istri yang baik. Selebihnya, kita lihat saja nanti.

"Mas. Aku kan belum bisa memberikan keturunan sampai saat ini. Apa Mas Fathan masih bisa setia?" Kucoba untuk memancingnya. Lelaki yang baru saja meletakkan tas kerjanya itu terlihat menghela napas panjang.

"Ibu memintaku untuk menikah lagi." 

Deg!

Berarti mereka sudah mempersiapkan ini semua? Ya Allah … dan Mas Fathan tidak berdiskusi denganku terlebih dahulu sebelum aku tanya. Innalillahi … tega kamu, Mas! Dadaku kembali bergemuruh mendengar pengakuan Mas Fathan. 

"Dan kamu menyetujui permintaan Ibu, Mas?" Kutatap dengan lekat mata beriris hitam legam itu.

Dengan berat Mas Fathan menganggukkan kepalanya. Sempurna sudah lara di hati ini.

Baiklah, Mas. Aku turuti apa mau kalian. Tapi, ada syarat yang aku tentukan. Dan setelah itu terjadi aku pastikan hidupmu tidak akan lagi sama. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yusrani
Bagus alur ceritanya
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
jgn2 kamu g bisa hamil krn tinggal sama mertua dan merangkap jadi babu
goodnovel comment avatar
Rezky Wardianto
bagus thor, lanjutkan...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Izinkan Suamimu Menikah Lagi    Ending

    Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 116Senyum sumringah tak henti-hentinya terpancar dari wajah Nabila dan Fathan, tidak seperti orang yang sakit. Mereka yang baru saja pulang dari dokter sudah tidak sabar untuk membagikan kabar bahagia itu pada Bu Saropah."Ibu, kami punya kabar bagus untuk Ibu!" ucap Fathan ketika sudah kembali ke rumah. "Apa itu, Than? Kok kalian sepertinya bahagia sekali ibu lihat." Bu Saropah penasaran, tapi tidak ingin menebaknya. "Nabila hamil, Bu!" Fathan mengatakannya tanpa berhenti tersenyum. Bu Saropah seketika tersenyum, dalam hatinya berbunga-bunga, tak kalah bahagianya dgn kedua anaknya itu. "Alhamdulillah, selamat ya, Bil!" Bu Saropah memeluk Nabila dan dibalasnya dengan erat. "Bila mau apa? Ibu buatkan sekarang." Usai mengurai pelukan itu, Bu Saropah menawarkan apa yang diinginkan Nabila. "Aku pengen umroh bersama kalian." Nabila menatap Fathan dan Bu Saropah secara bergantian. "Wah, ide bagus itu! Tapi gak bisa sekarang, nunggu usia kandungannya k

  • Izinkan Suamimu Menikah Lagi    Nabila Sakit?

    Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 115"Siapa yang bercanda? Kamu pikir aku berbohong gitu? Coba lihat wajahku? Apakah ada kebohongan di sini?" Nabila menunjuk wajahnya. Fathan menatap lekat-lekat mata itu dan tidak ditemukan kebohongan sedetik pun. "Kamu beneran?" Nabila mengangguk. "Kok gak pernah cerita?" Fathan masih terus mengorek Nabila demi kepuasannya."Ya buat apa? Toh, paling juga gak percaya kek tadi itu. Sudah, sana kerja!" Nabila mendorong tubuh suaminya. Keduanya pun masuk ke dalam. Fathan melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda. Sedangkan Nabila akan menyidik kantor miliknya yang mulai hari ini ia akan sering-sering datangi. Fathan masuk ke dalam dengan tersenyum bahagia. Entah apa yang saat ini ada dalam pikirannya, hanya ia sendiri yang tahu. Begitu sampai di dalam, Tejo tak henti-hentinya mengintrogasi Fathan. "Beneran Mbak Nabila itu bos kita?" Tejo memangkas jarak dengan Fathan. "Ya, begitulah!" Fathan mengedikkan bahunya. "Kok kamu gak pernah

  • Izinkan Suamimu Menikah Lagi    Siapa Pemilik Oslomart Tempat Fathan Bekerja?

    Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 114"Sakit gak?" Fathan memegangi jari Risma dan mengeluarkan serpihan kaca yang menancap. "Mas?" Nabila yang mendengar Risma berteriak langsung memutar badan. Ia terpaku dengan apa yang dilihatnya. "Benarkah ini?" batin Nabila tidak percaya. ****Satu bulan lebih telah berlalu, acara empat puluhan hari kematian Nunik pun sudah terlaksana. Selama itu, Nabila dan Fathan semakin sayang pada Risma. Terlihat dari tubuhnya yang semakin gemuk dan wajah yang ceria. Bahkan, kini Risma sudah bisa membedakan warna dan menghitung karena Nabila begitu telaten mengajarinya. Agar lebih tepat lagi, rencananya bulan depan pada ajaran baru, Nabila memasukkan Risma di SLB terdekat.Apa yang Risma rasakan saat ini adalah takdir dari Allah. Melalui Nabila yang sadar bahwa Risma butuh orang tua. Juga karena surat wasiat yang ditulis Nunik sebelum meninggal untuk Nabila. Wasiat itu ditemukan oleh Bu Saropah ketika berkemas saat hendak pindah dari rumah Nunik waktu it

  • Izinkan Suamimu Menikah Lagi    Bab 113

    Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 113"Apa maksudmu membawa Risma di rumah ini? Apakah tidak tempat lain lagi, hah? Apa-apa itu dibicarakan terlebih dahulu, jangan main ambil keputusan sendiri! Gak menghargai suami banget! Mentang-mentang yang sertifikat rumah atas namamu." Fathan marah karena Nabila tidak membicarakan hal ini padanya. "Kamu kenapa, sih, Mas! Risma tuh anakmu, lho! Kok gak ada rasa sayang-sayangnya sama sekali, sih! Aku aja yang bukan siapa-siapanya dia aja kasihan kok. Lagian, Risma siapa yang mau mengurusnya? Orang lain? Apa itu gak salah, hah! Sedangkan bapaknya saja masih hidup. Aneh! Aku gak habis pikir deh sama kamu, Mas!" Nabila yang hendak menyuap makanan di mulutnya pun urung. Ia sudah tidak selera karena omongan suaminya itu. Lalu, ruang makan pun menjadi hening. Fathan lamat-lamat memikirkan ucapan istrinya itu dengan tanpa emosi, sedangkan Nabila mogok bicara. *****Pada pagi harinya, setelah membujuk Fathan sedemikian cara, Nabila dan Fathan bersiap-sia

  • Izinkan Suamimu Menikah Lagi    Mengambil Alih Tanah Orang Tua Nunik.

    Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 112Dua hari telah berlalu, acara tahlilan dan mengirim doa untuk Nunik masih berlangsung. Pagi ini, Nabila berencana menghubungi suaminya Farah—teman semasa kuliah—yang berprofesi sebagai notaris . Tujuannya adalah membalikkan nama sertifikat tanah dari milik Bapak Nunik menjadi namanya sesuai perjanjian yang dibuatnya bersama Nunik saat menanggung biaya rumah sakit. Karena jumlah uang yang dikeluarkan Nabila sudah setara harga tanah itu pada umumnya. Bukan terkesan serakah akan harta atau penilaian sejenisnya, Nabila melakukan hal itu di saat kuburan Nunik basah adalah agar keluarga Nunik tidak merecoki urusannya itu. Dan ia juga tidak ingin terlihat masalah dalam urusan rebutan harta di keluarga Nunik. "Assalamu'alaikum, Farah!" Nabila sangat antusias saat obrolan itu sudah terhubung. "Wa'alaikumussalaam, Bila! Kamu gimana kabarnya? Kok gak pernah nelepon aku, sih? Somse, deh!" Farah di sana berpura-pura menggerutu. "Haha, bisa aja kamu. Kabark

  • Izinkan Suamimu Menikah Lagi    Nunik Meninggal Dunia.

    Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 111"Mas, aku gak bisa ikut masuk, ya? Temenku dirawat di sini juga, lagian di ICU gak boleh lebih dari satu orang." Nabila minta izin saat keduanya tiba di depan ICU. Terpaksa, Fathan pun masuk ke dalam ICU sendirian. Setelah memakai perlengkapan sebagai penjenguk di dalam ICU , ia mendekati Nunik yang kebetulan melek tanpa ventilator. "Mas…," sapa Nunik lirih. Fathan yang tidak benar-benar memaafkan Nunik pun hanya diam tidak menanggapi sapaan itu. Beruntung, Bu Saropah dan Nabila tidak berada di ICU, sehingga ia tidak perlu berpura-pura. Nunik bahagia dengan kedatangan Fathan. Satu detik, dua detik hingga bermenit-menit lamanya, Nunik menunggu Fathan menjawab sapaannya. Namun, tak kunjung dijawabnya. Rasa bahagia itu hilang berganti sedih juga kecewa. "Kamu senang bisa menipu semua orang?" Pertanyaan datar Fathan dengan tanpa meliriknya sedikitpun membuat Nunik yang sedari tadi terabaikan hatinya menjadi perih seketika. "Pertanyaan macam apa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status