Share

KEDATANGAN IBU

Author: Mommy Alkai
last update Last Updated: 2022-11-05 07:07:08

"Ma, ini pakaian siapa banyak banget. Mama jualan?" tanya Mas Pras saat mendapati dua tumpuk daster di keranjang baju. Padahal sudah kusembunyikan, tapi dia tetap tahu.

"Punya aku Pa, sebagian dikasih Teh Lina. Sebagian dikirim dari Ibu ...."

"Alhamdulillah, berarti tahun ini nggak usah beli daster ya, Ma? Bisa dialihkan ke yang lain kan?" celotehnya kegirangan, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Ya ampun Pa, udah beli baju sama daster setahun sekali, masa mau dihapus juga. Berarti lebaran ini, ya aku beli gamis dua dong, Pa!" gerutuku sebal.

Kesal sekali dengan sifatnya yang terlalu hitung-hitungan itu. Andai saja dia tahu, siapa yang memberi daster baru itu, apa dia akan sadar, kalau aku lebih berharga di mata lelaki lain?

Kutinggalkan Mas Pras ke dalam kamar. Dia tahu, marahku adalah diam. Jika diganggu akan semakin lama aku mendiaminya. Makanya, dia takkan berani bicara lagi.

Kenapa akhir-akhir ini aku selalu kesal dengan sikap suamiku?

Padahal, dulu aku tak pernah masalah, selama dia tidak mengkhianatiku. Apakah karena sekarang ini ada Aa Hadi sebagai pembandingnya?

***

Sudah tiga hari ini, aku tidak bicara dengan Mas Pras. Aku masih terus kesal dengan ucapannya soal daster. 

Menurutku, Mas Pras seperti berat sekali bila membeli sesuatu untuk kebutuhanku. Seperti yang kubeli adalah beban untuknya.

Seandainya dia mengerti bahwa tugas suami adalah mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Itu artinya, baju yang kupakai juga menjadi tanggung jawabnya.

Lain hal jika dia tidak memiliki uang sama sekali. Dia terlalu hemat, karena terobsesi memiliki rumah sendiri. Entah berapa tabungannya sekarang, aku juga tak pernah tahu.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumusalam ...."

Suara yang sangat kukenal berasal dari luar rumah. Tapi ... bukankah itu suara Ibu? Bagaimana bisa Ibu kesini tanpa mengabari lebih dulu?

Ah iya, sejak kemarin aku sengaja tidak mengaktifkan handphone karena takut Aa Hadi meneleponku saat sedang bersama Mas Pras. Karena dua hari ini, dia sedang off.

"Ibu? Ibu sama siapa?" tanyaku yang masih terkejut. Mataku meluas mencari tahu, apakah Bapak atau adikku ikut serta bersama Ibu.

"Ibu sendiri Teh, tadi minta dijemput sama Pras di terminal!"

"Ibu enggak ngabarin Teteh?" 

"Hape Teteh yang nggak aktif!"

"Ada apa atuh, Bu?"

"Ya Ibu cuma pengen tahu kontrakan kamu yang baru. Lagipula, enggak ada alasan seorang ibu kalau kangen sama anaknya ..., " kata Ibu sedikit kesal. Apa aku kentara sekali, kalau tidak suka melihat kedatangan Ibu?

"Iya Bu maaf, Teteh kaget. Ibu jauh-jauh dari Sukabumi ke sini sendirian. Ya udah atuh ibu masuk," kataku mempersilahkan.

Kuraih tas ransel Ibu yang ternyata berat itu. Satu hal yang membuatku menolak kedatangan Ibu, karena beliau mengenal Aa Hadi dan juga sangat dekat dengannya.

Bagaimana bisa aku menjelaskan sama Ibu dan mencegah Ibu mengatakan hal yang macam-macam tentang Aa Hadi kalau sampai mereka bertemu? Sementara hari ini Mas Pras sedang off.

"Bu, jangan keluar rumah ya Bu!" pintaku dengan suara bergetar. Jujur aku takut sekali saat ini.

"Kenapa, Teh?"

"Ibu di dalam saja, kan baru sampai. Jani bikinin teh manis dulu ya Bu ...."

"Assalamualaikum, Neeeeng!"

Ya Allah, itu kan suara Teh Lina? Cobaan apa lagi ini?

Jangan sampai suaminya ikut ke sini juga!

"Waalaikumusalam ...," jawabku sambil berlari ke arah pintu. Aku tak ingin Ibu bertemu dengan Teh Lina, sebelum aku menceritakan semuannya.

"Neng, lagi ada tamu ya? Ini Teteh bikin bakwan jagung pakai udang, banyak. Nih Teteh duain sama kamu!" Teh Lina menyodorkan sepiring bakwan, lengkap dengan sambal kacang.

"Aduh Teh, Jani kebagian mulu ini, kan jadi enak Teh?" kataku sedikit mencairkan ketegangan pada diri sendiri.

Ibu lalu muncul dari dalam kamar kedua yang biasa kujadikan tempat menyimpan pakaian. Mau enggak mau aku harus kenalin Teh Lina ke Ibu.

"Bu, ini Teh Lina yang tinggal di sebelah rumah. Teh, ini Ibu Jani."

"Ibu mirip sekali ya, sama Jani. Oya, Ibu lama tinggal di sini?"

Dalam hati aku harap-harap cemas. Jangan sampai Ibu lama di sini, bahaya!

"Mungkin seminggu Neng," jawab Ibu.

" Mampir atuh Bu kerumah Lina, jangan sungkan! Lina senang sekarang ada Jani di sini, seperti punya adik!"

Glekk

Kembali aku terhenyak mendengar ucapan Teh Lina. Ya Allah ... jahat sekali aku ini. Kenapa harus ada masa lalu di antara hubungan baikku dengan Teh Lina?

"Teh, di kamar tadi ada daster baru banyak banget. Teteh jualan?"

Glekk

Kenapa juga aku harus lupa pindahin baju-baju itu?

Semenjak tinggal di sini, jantungku seperti saat naik roller coaster, deg-degan terus.

"Lho, bukannya Ibu yang kirim?" tanya Teh Lina penasaran.

Mas Pras yang ada di kamar, ikut keluar setelah mendengar Ibu bertanya begitu.

Ya Allah, aku harus bagaimana?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JADI TETANGGA MANTAN   KEINGINAN MIA

    Kata orang, menikah dengan lelaki yang tepat akan menjadikan seorang wanita seperti Ratu dan terus merasa bahagia. Aku tahu, meskipun pernikahan pertamaku dengan Mas Pras telah gagal, banyak hikmah yang bisa kuambil untuk dijadikan pelajaran.Begitu juga dengan masa lalu Aa Hadi. Tapi kenapa sekarang ini, aku malah terus dihantui rasa takut? Selain pernah dikhianati Mas Pras, awal perkenalanku dengan Aa Hadi diwarnai kebohongan. Selingkuh dari wanita sebaik Teh Lina, dengan dalih korban perjodohan orangtua.Menikah dengan Aa Hadi pun, pernah menjadi impianku belasan tahun yang lalu. Namun, semuanya sirna, setelah dua tahun lebih kami menjalin hubungan. Pacar dengan usia yang terpaut lebih dari sepuluh tahun itu ternyata sudah memiliki keluarga. Aku lalu memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami.Namun, takdir berkata lain. Sebelas tahun kemudian, kami kembali dipertemukan sebagai tetangga.Setelah menjalani lika-liku jadi tetangga mantan, Allah mentakdirkan kami berjodoh.Sosok Aa

  • JADI TETANGGA MANTAN   CARI ALASAN

    Seperti dejavu, aku pernah merasakan ini dulu. Bedanya kali ini beneran, bukan kaki Nindy lagi seperti waktu itu."Cicing(diam) atuh A, ada anak-anak! Kalau mereka tiba-tiba masuk gimana?" Aku berusaha melepaskan tangannya dari pinggang. Tapi pelukannya malah semakin erat."Cuma peluk doang, sisanya nanti malam," bisiknya. Ucapan itu justru lebih terdengar seperti ancaman di telinga. Membuatku semakin ketakutan mendengarnya.Selepas makan malam dan anak-anak sudah kembali ke kamarnya, sengaja kusibukkan diri di dapur demi mengulur waktu. Kali aja habis nyuci piring, dia keburu ngantuk dan lupa akan ancamannya siang tadi."Ngapain?" tanyanya sambil berdiri menatapku."Cuci motor.""Ngelucu? Besok 'kan ada Mbak Imah Jan, ayo istirahat!"Ish, istirahat katanya? Aku yakin, kalau sudah masuk perangkapnya, mana bisa istirahat?"Tanggung A, bentar lagi!"Aku sengaja mengulur waktu dan terus menerus membilas piring berkali-kali sampai benar-benar kesat. Dia yang memerhatikan aku sejak tadi, m

  • JADI TETANGGA MANTAN   GUGUPNYA PENGANTIN BARU

    Sah!!!" Suara riuh menggema di dalam rumah kedua orangtuaku di kampung, saat penghulu mengesahkan pernikahanku dengan Aa Hadi siang ini, meski hanya ada beberapa anggota keluarga dan tetangga yang hadir. Rona bahagia, terpancar jelas di wajah Ibu dan Bapak saat aku melirik ke arah mereka. Sayangnya, kedua orangtua Aa Hadi telah meninggal dunia. Hanya beberapa keluarga inti yang menemaninya sejak pagi tadi.Dengan bergantian, Ranti, Rasyid dan Dini memelukku dengan erat."Terima kasih ya, Mama Jani sudah mau terima Papi," kata Ranti dengan senyum manis dan lesung pipi khas miliknya.Setelah kami semua bersalaman, acara dilanjutkan dengan makan bersama keluarga dan para tetangga. Tidak ada resepsi, karena itu adalah salah satu permintaanku. Semua aku lakukan, karena tidak ingin nantinya Bapak merasa lelah dan terbebani jika harus duduk di kursi roda, di atas pelaminan, dalam waktu yang cukup lama.Bapak memang belum sembuh total. Sehari-harinya, dia bergantung pada kursi roda untuk b

  • JADI TETANGGA MANTAN   PILIHAN HATI

    Selain menyaksikan pernikahan Mas Pras dengan Mia, aku sangat mengharapkan kedatangan Aa Hadi dan juga anak-anaknya hari ini.Karena, sejak hari di mana Rasyid tertangkap, aku sudah tidak pernah bertemu dengan mereka lagi.Entah karena Aa Hadi sudah lelah menunggu kepastian dariku, atau karena perasaan bersalahnya pada Rasyid, dia tidak mau menemuiku lagi. Berkirim kabar pun juga tidak pernah. Karena itu, dia tidak tahu kalau Bapak sekarang sedang sakit."Mas Pras udah dua kali nikah, Teteh masih sendiri aja. Ngenes atuh, Teh!" goda Anjeli yang sedang mengaduk aduk es krim di tangannya."Ish, ngenes mana sama kamu?" Aku balik menyindirnya.Anjeli lantas memonyongkan bibirnya. Cemberut namun menggemaskan."Anjeli jomlo 'kan karena standar tinggi, Teh!" katanya beralasan."Ya udah, sana cari pasangan kamu dulu! Nanti kalau kamu yang dapet duluan, baru boleh ngeledek Teteh!"Kucubit hidung Anjeli yang menggemaskan. Minimalis, sama sepertiku. Aku tahu, dia sudah memiliki pasangan, tapi d

  • JADI TETANGGA MANTAN   KETIKA DIA MENYERAH

    Benar juga, ke mana Aa Hadi???Segera ku ambil ponsel dan menghubunginya, namun tidak aktif. Aku masih berpikir positif, mungkin saja dia masih ada keperluan lain, tapi setelah menunggu lama, Aa Hadi tak kunjung datang. Karena penasaran dan perasaanku juga mulai tidak enak, aku mencoba menelepon Ranti. Siapa tahu, papinya menghubungi dia.Benar saja, dari Ranti, aku tahu kalau mereka sekarang dalam perjalanan ke Subang. Mereka mendapat kabar, kalau Rasyid ditangkap polisi karena mengkonsumsi barang haram.Ranti juga menyampaikan maaf dari papinya yang langsung pergi tanpa mengabariku lebih dulu. Katanya, dia panik dan tidak bisa berpikir, bahkan untuk sekedar menghubungiku.Tubuhku lemas seketika mendengar penjelasan Ranti. Belum habis rasa bersalahku terhadap Nindy, kini muncul masalah baru yang membuatku menyesal.Apalagi Rasyid adalah anak yang sangat baik dan pendiam.Aku jadi penasaran, masalah apa yang dialami Rasyid, sampai akhirnya anak sebaik dia bisa melewati batas?Apa kar

  • JADI TETANGGA MANTAN   AA HADI MENGHILANG

    Tapi ucapan Bapak memang benar, siapa lagi yang bisa aku andalkan saat ini?Aa Hadi adalah satu-satunya orang yang bisa menerima aku dan keluargaku, lalu kurang apalagi?Terus bertahan hidup sendiri karena gengsi, sebagai seorang janda, apa aku bisa?Karena selama ini saja aku masih terus bergantung padanya."Bapak nggak mau maksa Teteh, tapi coba dipikirin lagi ya, Teh. Jangan keras kepala, apalagi gengsi."Bapak menyelesaikan percakapan kami dan berlalu meninggalkan aku yang larut dalam pelukan Ibu."Bener kata Bapak Teh, coba dipikirin lagi!" kata Ibu menambahkan.Setelah menyeka airmata, aku keluar dari kamar Ibu dan masuk ke dalam kamarku untuk menemui Hamdi. Tapi saat pintu kamar dibuka, aku disuguhkan pemandangan yang mengharukan. Di sana, Ranti, Dini, Hamdi dan Anjeli sedang berkumpul. Bahkan mereka sampai menambah kasur di bawah supaya muat tidur berbarengan.Pemandangan seperti ini kembali membuatku bimbang. Keluargaku, juga anak-anak Aa Hadi, seakan tidak ada tembok pemisa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status