Share

KIRIMAN PAKET

Penulis: Mommy Alkai
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-05 06:35:52

"Elvy Sukaesih?" bisikku.

Sukaesih itu nama ibuku di kampung. Tapi yang suka menambahkan nama Elvy di depannya ....?

Aa Hadi???

Mataku sampai melotot, saat ingat kalau dialah yang sering menambahkan nama belakang ibu. Jadi, apa benar paket kiriman paket ini dari Aa Hadi?

Segera kubuka paket itu karena penasaran sekali dengan isinya. Setelah dibuka, isinya adalah daster model kekinian. Ada sekitar delapan stel daster terusan dengan bau khas pakaian baru dari plastik pembungkusnya.

"Daster? Banyak banget?" gumamku sambil terus melihat isi di dalamnya.

Kucari lagi data pengirim pada plastik pembungkus paket. Di sana tertera nomor handphone-nya.

Aku mulai curiga lagi. Kalau benar ibuku yang mengirim, mana ada dia punya handphone? Karena dia tetap tidak bisa menggunakannya meski telah diajari adikku, Anjeli berkali-kali. 

Segera kuambil ponsel dan menghubungi nomor itu.

"Halo?" tanyaku sedikit ragu.

"Halo, ini pasti Anjani. Sudah terima paket dari Aa?" sahut suara di ujung telepon.

Glekk

Benar, kan? Aa Hadi yang telah mengirimkan paket ini. Tapi untuk apa?

"Aa apa-apaan sih?" tanyaku kesal sambil sedikit berteriak. 

Assalamualaikum ...!"

Suara Teh Lina yang terdengar mengucap salam dari luar benar-benar mengagetkanku. Hingga reflek,  kulempar ponsel ke atas kasur dan membentur tembok saking terkejutnya.

Sebelum membuka pintu, aku mendorong kardus paket itu dan segera disembunyikan ke dalam kamar.

"Ya, Teh?" sahutku gugup. Sambil melirik tangan yang membawa pakaian.

"Teteh punya daster yang sudah kekecilan Neng, ini pasti muat sama kamu!" Setumpuk pakaian itu berpindah dari tangannya ke tanganku.

Duh, lagi-lagi aku jadi enggak enak hati! Perhatian Teh Lina semakin membuatku merasa bersalah.

"Jangan dipakai lagi daster robek yang kamu pakai beberapa hari yang lalu itu, ya Neng. Masih muda penampilan harus dijaga, jangan seperti itu. Nanti suami kamu yang malu!" pesan Teh Lina.

Nggak mungkin Teh! Mas Pras mana mungkin mikir malu. Yang penting, tabungannya aman dan tidak diganggu gugat, batinku dalam hati.

"Teteh waktu itu langsung cerita sama Papi kalau daster Neng udah robek, tapi masih dipake. Terus si Papi ngingetin, beberapa waktu yang lalu dia pernah ngebeliin Teteh daster, tapi kekecilan. Teteh simpen aja. Jadi ini bukan bekas ya, Jan! Teteh baru sempat bongkar tadi," jelasnya.

Oh, jadi begitu ceritanya mantan semprul itu bisa kirim daster? Ya Allah ...

Di balik semua itu, aku bisa mengambil kesimpulan. Berarti, perhatian juga dia sama istrinya sampai ngebeliin si Teteh daster begitu! Sedangkan, Mas Pras ... ah sudahlah! Jangan diharapakan dia mah!

"Teh ini banyak banget lho, Jani jadi enggak enak!"

Lebih enggak enak lagi karena paket yang dikirim suaminya untukku.

"Enggak apa-apa Neng, sayang enggak dipakai. Anak Teteh, mana mau pakai daster!"

Bum

Bum

Bum

Kulihat Nindy mendorong kardus paket keluar dari dalam kamar, seperti main mobil-mobilan. Haduh!

"Nin!" tegurku gemetar. Mana plastik pembungkus berisi data pengirim belum kulepas. Bagaimana kalau Teh Lina kepo, terus sadar kalau nomor handphone suaminya tertera di sana?

"Paket yang tadi dateng ya, Neng?" tanyanya.

"Iya teh."

"Ini daster?" Dia mengangkat salah satu plastik transparan berisi baju.

"Iya, dari Ibu di kampung," kataku tanpa dia tanya. Daripada dia lihat data pengirim dan menyadari nomor ponsel itu adalah milik suaminya, bisa gawat!

"Eh, kok bisa pas ya? Tuh, Jan, naluri ibu enggak bisa dibohongin. Dia juga sedih liat kamu pakai daster robek begitu!"

"Iya Teh, karena itu Jani ngerasa enggak enak sama Teteh ...."

"Enggak enak kenapa?"

Duh, salah ngomong!

"Enggg--- ini Teh, dapet daster lagi dari Teteh, padahal udah dikirim Ibu!"

"Ya udah enggak apa-apa, biar salinan kamu banyak kaya Teteh. Udah ah, Teteh mau masak dulu!" katanya sambil ngeloyor pergi.

Begitu Teh Lina hilang dari pandangan, kuraih ponselku kembali dan menekan nomor tadi.

"Untuk apa Aa kirim beginian? Aa enggak takut ketahuan sama istrinya?" tanyaku khawatir dengan penuh rasa marah. Sungguh, aku merasa tidak enak hati sama Teh Lina.

"Seneng Jan, denger kamu manggil Aa lagi?"

Glekk

Astaghfirullah, kenapa aku bisa keceplosan?

"Ini gimana Pak, saya takut ketahuan. Enggak enak sama Teteh!"

"Kan, di situ namanya Ibu, bilang aja dari Ibu!" jawabnya santai.

"Tapi—"

"Udah ya, Aa kerja dulu. Aa enggak mau kamu ngomongin daster lagi. Yang jelas Aa seneng bisa lihat kamu lagi dan tinggal di sini!"'

Tut Tut Tut

Panggilan telepon terputus. 

Deuh, dasar mantan semprul! Waktu itu anggur hijau, sekarang daster. Duh ... kalau dia terus-terusan memberi perhatian seperti ini, bagaimana kalau nantinya Mas Pras atau Teh Lina sampai curiga dan mengetahui kalau kami pernah punya hubungan dulu?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JADI TETANGGA MANTAN   KEINGINAN MIA

    Kata orang, menikah dengan lelaki yang tepat akan menjadikan seorang wanita seperti Ratu dan terus merasa bahagia. Aku tahu, meskipun pernikahan pertamaku dengan Mas Pras telah gagal, banyak hikmah yang bisa kuambil untuk dijadikan pelajaran.Begitu juga dengan masa lalu Aa Hadi. Tapi kenapa sekarang ini, aku malah terus dihantui rasa takut? Selain pernah dikhianati Mas Pras, awal perkenalanku dengan Aa Hadi diwarnai kebohongan. Selingkuh dari wanita sebaik Teh Lina, dengan dalih korban perjodohan orangtua.Menikah dengan Aa Hadi pun, pernah menjadi impianku belasan tahun yang lalu. Namun, semuanya sirna, setelah dua tahun lebih kami menjalin hubungan. Pacar dengan usia yang terpaut lebih dari sepuluh tahun itu ternyata sudah memiliki keluarga. Aku lalu memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami.Namun, takdir berkata lain. Sebelas tahun kemudian, kami kembali dipertemukan sebagai tetangga.Setelah menjalani lika-liku jadi tetangga mantan, Allah mentakdirkan kami berjodoh.Sosok Aa

  • JADI TETANGGA MANTAN   CARI ALASAN

    Seperti dejavu, aku pernah merasakan ini dulu. Bedanya kali ini beneran, bukan kaki Nindy lagi seperti waktu itu."Cicing(diam) atuh A, ada anak-anak! Kalau mereka tiba-tiba masuk gimana?" Aku berusaha melepaskan tangannya dari pinggang. Tapi pelukannya malah semakin erat."Cuma peluk doang, sisanya nanti malam," bisiknya. Ucapan itu justru lebih terdengar seperti ancaman di telinga. Membuatku semakin ketakutan mendengarnya.Selepas makan malam dan anak-anak sudah kembali ke kamarnya, sengaja kusibukkan diri di dapur demi mengulur waktu. Kali aja habis nyuci piring, dia keburu ngantuk dan lupa akan ancamannya siang tadi."Ngapain?" tanyanya sambil berdiri menatapku."Cuci motor.""Ngelucu? Besok 'kan ada Mbak Imah Jan, ayo istirahat!"Ish, istirahat katanya? Aku yakin, kalau sudah masuk perangkapnya, mana bisa istirahat?"Tanggung A, bentar lagi!"Aku sengaja mengulur waktu dan terus menerus membilas piring berkali-kali sampai benar-benar kesat. Dia yang memerhatikan aku sejak tadi, m

  • JADI TETANGGA MANTAN   GUGUPNYA PENGANTIN BARU

    Sah!!!" Suara riuh menggema di dalam rumah kedua orangtuaku di kampung, saat penghulu mengesahkan pernikahanku dengan Aa Hadi siang ini, meski hanya ada beberapa anggota keluarga dan tetangga yang hadir. Rona bahagia, terpancar jelas di wajah Ibu dan Bapak saat aku melirik ke arah mereka. Sayangnya, kedua orangtua Aa Hadi telah meninggal dunia. Hanya beberapa keluarga inti yang menemaninya sejak pagi tadi.Dengan bergantian, Ranti, Rasyid dan Dini memelukku dengan erat."Terima kasih ya, Mama Jani sudah mau terima Papi," kata Ranti dengan senyum manis dan lesung pipi khas miliknya.Setelah kami semua bersalaman, acara dilanjutkan dengan makan bersama keluarga dan para tetangga. Tidak ada resepsi, karena itu adalah salah satu permintaanku. Semua aku lakukan, karena tidak ingin nantinya Bapak merasa lelah dan terbebani jika harus duduk di kursi roda, di atas pelaminan, dalam waktu yang cukup lama.Bapak memang belum sembuh total. Sehari-harinya, dia bergantung pada kursi roda untuk b

  • JADI TETANGGA MANTAN   PILIHAN HATI

    Selain menyaksikan pernikahan Mas Pras dengan Mia, aku sangat mengharapkan kedatangan Aa Hadi dan juga anak-anaknya hari ini.Karena, sejak hari di mana Rasyid tertangkap, aku sudah tidak pernah bertemu dengan mereka lagi.Entah karena Aa Hadi sudah lelah menunggu kepastian dariku, atau karena perasaan bersalahnya pada Rasyid, dia tidak mau menemuiku lagi. Berkirim kabar pun juga tidak pernah. Karena itu, dia tidak tahu kalau Bapak sekarang sedang sakit."Mas Pras udah dua kali nikah, Teteh masih sendiri aja. Ngenes atuh, Teh!" goda Anjeli yang sedang mengaduk aduk es krim di tangannya."Ish, ngenes mana sama kamu?" Aku balik menyindirnya.Anjeli lantas memonyongkan bibirnya. Cemberut namun menggemaskan."Anjeli jomlo 'kan karena standar tinggi, Teh!" katanya beralasan."Ya udah, sana cari pasangan kamu dulu! Nanti kalau kamu yang dapet duluan, baru boleh ngeledek Teteh!"Kucubit hidung Anjeli yang menggemaskan. Minimalis, sama sepertiku. Aku tahu, dia sudah memiliki pasangan, tapi d

  • JADI TETANGGA MANTAN   KETIKA DIA MENYERAH

    Benar juga, ke mana Aa Hadi???Segera ku ambil ponsel dan menghubunginya, namun tidak aktif. Aku masih berpikir positif, mungkin saja dia masih ada keperluan lain, tapi setelah menunggu lama, Aa Hadi tak kunjung datang. Karena penasaran dan perasaanku juga mulai tidak enak, aku mencoba menelepon Ranti. Siapa tahu, papinya menghubungi dia.Benar saja, dari Ranti, aku tahu kalau mereka sekarang dalam perjalanan ke Subang. Mereka mendapat kabar, kalau Rasyid ditangkap polisi karena mengkonsumsi barang haram.Ranti juga menyampaikan maaf dari papinya yang langsung pergi tanpa mengabariku lebih dulu. Katanya, dia panik dan tidak bisa berpikir, bahkan untuk sekedar menghubungiku.Tubuhku lemas seketika mendengar penjelasan Ranti. Belum habis rasa bersalahku terhadap Nindy, kini muncul masalah baru yang membuatku menyesal.Apalagi Rasyid adalah anak yang sangat baik dan pendiam.Aku jadi penasaran, masalah apa yang dialami Rasyid, sampai akhirnya anak sebaik dia bisa melewati batas?Apa kar

  • JADI TETANGGA MANTAN   AA HADI MENGHILANG

    Tapi ucapan Bapak memang benar, siapa lagi yang bisa aku andalkan saat ini?Aa Hadi adalah satu-satunya orang yang bisa menerima aku dan keluargaku, lalu kurang apalagi?Terus bertahan hidup sendiri karena gengsi, sebagai seorang janda, apa aku bisa?Karena selama ini saja aku masih terus bergantung padanya."Bapak nggak mau maksa Teteh, tapi coba dipikirin lagi ya, Teh. Jangan keras kepala, apalagi gengsi."Bapak menyelesaikan percakapan kami dan berlalu meninggalkan aku yang larut dalam pelukan Ibu."Bener kata Bapak Teh, coba dipikirin lagi!" kata Ibu menambahkan.Setelah menyeka airmata, aku keluar dari kamar Ibu dan masuk ke dalam kamarku untuk menemui Hamdi. Tapi saat pintu kamar dibuka, aku disuguhkan pemandangan yang mengharukan. Di sana, Ranti, Dini, Hamdi dan Anjeli sedang berkumpul. Bahkan mereka sampai menambah kasur di bawah supaya muat tidur berbarengan.Pemandangan seperti ini kembali membuatku bimbang. Keluargaku, juga anak-anak Aa Hadi, seakan tidak ada tembok pemisa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status