Share

PART - 04

last update Last Updated: 2023-05-11 09:33:49

"Saya dipecat Bu."

Wanita cantik berambut coklat itu tidak bisa menyembunyikan kekagetannya saat kekejaman dunia kerja yang bisa sangat brutal membuatnya di depak dari perusahaan periklanan yang sudah lima tahun menjadi tempatnya menggantungkan harapan untuk bertahan hidup.

"Apa salah saya?" Dia jelas tidak terima.

"Kamu masih tidak sadar kesalahan yang sudah kamu lakukan?!" Ucap Ibu Siksa selaku Manager HRD. "Kamu telah melanggar aturan dengan diam-diam memberikan service gelap ke pihak pelanggan untuk mendapatkan kontrak dan itu sangat tidak bisa dibenarkan.”

"Tapi Bu—"

"Saya tidak mau mendengar penjelasan apapun lagi. Kamu kemasi barang-barangmu dan mulai besok cari pekerjaan di tempat lain. Di sini kami tidak bermain dengan cara kotor. MENGERTI!!" teriaknya membuat wanita itu berjengit kaget.

"Bukan saya Bu—"

"KELUAR!!!" bentakan itu akhirnya menyadarkannya kalau dia sudah tidak memiliki hak untuk berbicara dan menjelaskan semuanya.  Dengan langkah gontai, dia keluar di bawah bisik-bisik semua pegawai yang dilewatinya.

"Apa kalian lihat-lihat?!” Teriaknya dengan kesal seraya memberikan pelototan.

Semuanya pura-pura sibuk, dengan langkah lebar disertai gebrakan pintu, dia kembali ke ruangan membereskan mejanya. Mencoba mati-matian menahan amarah karena apa yang sudah dituduhkan Ibu Siska padanya sangat tidak benar.

Wanita itu keluar dengan lesu tanpa perlu pamitan dengan teman-temannya yang lain dan terduduk di bangku taman tidak jauh dari jalan raya seraya memeluk tas kerjanya. Dia belum tahu akan melamar kerja di mana tapi yang pasti dia membutuhkan pekerjaan untuk tetap hidup.

"SIALAN!!!" teriaknya, membuat seorang Ibu bersama balitanya yang kebetulan melintas langsung kaget dan memandanginya dengan tatapan sinis.

"ARRGGHHH!!!" geramnya, menunduk memegangi kepalanya yang berdenyut pusing sampai matanya menangkap sepasang sepatu converse putih yang berdiri di depannya, membuatnya mengangkat pandangan ke atas dan ternganga.

Lelaki itu tersenyum dan merentangkan tangan "Apa kamu tidak merindukanku, Shine Aurora?"

"Arsen—" ucap Shine tidak percaya. Secepatnya berdiri dan memeluk lelaki itu yang balik memeluknya dengan erat. Seketika, Shine melupakan kesedihannya yang tadi dan tersenyum bahagia dalam pelukan lelaki itu.

***

“Hidup memang banyak gak adilnya apalagi untuk manusia tertindas sepertiku." Shine yang bawel mulai mencurahkan semua kekesalannya. "Tapi PHK modelan begini benar-benar sangat diskriminatif untuk orang-orang kecil sepertiku yang mungkin hanya dianggap sebagai remahan kerupuk yang bebas mereka injak sesuka hati dan tidak punya pilihan selain menerima. Menggunakan alasan yang sama sekali tidak masuk akal dan anehnya otak mereka yang pintar itu seakan-akan pindah ke lutut kalau sudah berurusan dengan hal begini. Jadi bego dan tidak bisa membedakan mana pegawai yang berpotensi menghasilkan laba perusahaan dan mana yang akan merusak nantinya. Idiot!!!"  Di sampingnya, Arsen terkekeh sembari menyamakan langkah.

“Mereka pasti akan menyesal memecat karyawan berkompeten sepertimu,” hiburnya.

"This’s bullshit!" umpat Shine keras dengan tangan terkepal membuat Arsen kaget hingga mereka menjadi pusat perhatian. Mungkin dikiranya, Arsen melakukan tindakan asusila sampai wanita di depannya ini mengumpat sepenuh tenaga.

"Dasar breng—mmmmpp!!"

"Slow down, babe. Don't make me shy," bisik Arsen sembari membekap mulut Shine agar diam.

"Oke, maaf. Aku lagi emosi." Shine nyengir.

"Dimaafkan." Arsen mengacak rambutnya, gemas.

"Boleh aku lanjutkan?"

Arsen tertawa. See, Shine-nya yang sangat bawel.

"Hmm, aku berpikir apa ini kebetulan atau memang aku punya firasat tidak enak sebelumnya karena kedatanganku kali ini  jauh-jauh  dari Inggris  ternyata malah mendapati kenyataan kalau kamu baru saja terkena PHK. Maybe, aku memang diutus untuk menjadi tempat sampahmu kali ini."

Shine terbahak-bahak seraya memegangi perutnya. Arsen terkesima. Dari sekian juta orang yang  dikenalnya, Shine masuk dalam jajaran orang terdekat dan terpenting yang selalu dirindukannya meski tidak menjalin hubungan seperti kekasih.

“Sasha akan sangat senang mendengarnya. Setidaknya kedatanganmu akan mengurangi bibirnya yang menggerutu karena meladeni omelanku."

Gantian Arsen yang tertawa. "Oke, lanjutkan omelanmu tadi."

Shine malah menggelengkan kepalanya. "Tiba-tiba aku capek. Aku sadar mengomel panjang lebar seperti tadi tetap tidak akan membuat semua ini terasa seperti mimpi semalam. Besok aku akan tetap mendapati kenyataan kalau aku sudah dipecat. Menyebalkan, bukan?"

"Bagaimana kalau es krim?" tunjuk Arsen ke arah penjual es krim tidak jauh dari mereka dengan alis terangkat. Shine menoleh ke belakang lalu kembali menatapnya dengan senyuman lebar dan tanpa terduga menarik lengannya agar mengikutinya mendekati penjual es krim.

Yeah, Shine seorang es creamlovers.

Shine senang ada Arsen di sisinya saat ini. Setidaknya saat cobaan hidup sedang melandanya, dia ditemani seseorang yang sudah lama dirindukan kepulangannya. Di rumah, dia hanya ditemani oleh Minnie, kucing kesayangannya. Setelah tidak berhasil menemukan Abi di London seperti informasi yang dia dapatkan, Shine pasrah. Tabungannya sudah terkuras banyak untuk membiayai perjalanannya dan Sasha ke luar negeri  setelah menolak bantuan dari Arsen. Tentu saja Shine tidak mau merepotkan walaupun lelaki itu memiliki uang yang berlimpah.

Setelah mendapatkan es krim masing-masing, mereka kembali mengobrol panjang lebar sambil memandangi matahari terbenam di kejauhan. Arsen membiarkan saja ketika akhirnya kepala Shine terkulai ke bahunya dan tertidur. Ditariknya Shine dalam pelukannya lalu diam memandangi bintang yang perlahan muncul di langit.

Shine dan kebiasaan buruknya. Tidur sembarangan tidak peduli dengan siapa yang ada di sekitarnya. Untung saja selama ini Arsen yang selalu setia meminjamkan bahunya. Dalam sekejap, dia mulai mengenang semua hal yang dulu pernah mereka lakukan.

Tapi pada satu nama yang saat ini menghilang begitu saja entah ke mana tanpa kabar, senyumannya menghilang. Shine sama sekali tidak tahu kalau Arsen juga berusaha keras untuk mencari Abi selama masa kuliahnya.

Mendesah panjang bersamaan dengan ungkapan kerinduan yang diucapkan dengan lirih seraya memeluk erat Shine dan meletakkan kepalanya di atas kepala wanita itu.

"Abi, pulanglah. Kami merindukanmu."

***

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wikasumi Sumiwika
asik sekali ceritanya dan jadi penasaran dibuatnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 215

    Setelah hari itu, hidup Lize sepenuhnya berubah. Dia sama sekali tidak pernah membayangkan suatu saat nanti, dia akan merindukan sinar matahari yang menyengat seperti panasnya Florida. Yang bisa dia lakukan saat ini ketika melihat sinar matahari hanyalah tersenyum tanpa ekspresi, berdiri di balik kaca transparan kamarnya yang tidak bisa ditembus matahari dan mencoba menerima keadaannya dengan lapang dada. Hari itu, saat mereka pergi liburan ke Florida yang seharusnya dua minggu menjadi dua hari, Lize divonis menderita penyakit langka Polymorphous light eruption (PMLE) yang menyebabkan kulit seperti terbakar jika terkena sinar matahari. Intinya, hidupnya terancam bahaya jika dia berada di bawah sinar matahari terlalu lama. Bahkan sekarang, sedikit saja bersentuhan langsung dengan sinar matahari, kulitnya akan mulai melepuh seperti terbakar. Sungguh ironis hidupnya saat ini. Terkurung dalam dinding kaca saat siang dan melakukan semua kegiatan di luar rumah saat malam. Selama setahun d

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 214

    Florida, Amerika SerikatLize mengangkat pandangannya ke atas, satu tangannya memegangi topi pantai yang menghalau pandangannya dari teriknya matahari yang menyengat meski angin pantai di sekitarnya mengibarkan rambut hitam panjangnya.“Lize—”Lize berbalik saat mendengar panggilan itu, menemukan Papinya yang sudah siap membaur bersama laut yang membentang luas tidak jauh di depannya.“Ya Pap?”“Apa yang kau pandangin sayang?”Lize menunjuk ke ujung cakrawala, ke arah matahari yang bersinar teriķ.“Terlalu panas.”Papinya tersenyum, “Sebaiknya kau bersenang-senang sementara kita berada di sini.”Lize menggelengkan kepala, “Meskipun ingin tapi aku tidak tertarik. Mana Mami?”“Berjemur.”Lize menoleh ke belakang, melihat Maminya yang sedang hamil adik kembarnya memasuki usia kandungan tujuh bulan menikmati teriknya matahari yang langsung menyengat kulitnya. Di sampingnya, Omanya melakukan hal yang sama sembari bermain pasir dengan Lucia.“Pap—”Entah kenapa, Lize merasa tubuhnya tidak e

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 213

    Semenjak memiliki keluarga, Shine mendedikasikan seluruh perhatiannya untuk merawat kedua putrinya meski sesekali dia menerima tawaran iklan juga model. Meskipun Zafier dengan gaya angkuhnya berulang kali mengatakan kalau uangnya tidak akan habis sekalipun dia membelanjakannya terus menerus tapi Shine ingin tetap bisa melakukan sesuatu yang disukainya. Meski berat namun Zaf menyetujuinya dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati. Suaminya itu bahkan membelikannya pesawat pribadi yang bisa dia gunakan sesuka hati. Meski terlihat agak berlebihan namun Shine mengalah dan menerimanya dari pada Zaf melarangnya menjadi model lagi. Lelah selama perjalanan panjang dari Indonesia akan menghilang saat dia sampai di rumah seperti saat ini. Alih-alih menggunakan mobil untuk menjemputnya, Zaf malah mengirim helikopter yang saat ini mendarat sempurna di belakang mansion keluarga Gaster tidak jauh dari tamannya yang asri. Melintasi kebun mawar merah, Shine berjalan mengarah ke gazebo yang

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 212

    “Kenapa kalian tidak bisa akur?”“Kenapa kami harus akur?” Zaf bertanya balik.Shine mendengkus, melipat lengan di dada sembari rebahan di tempat tidur saat Zaf bergabung dengannya.“Kalian sudah sama-sama tua dan seharusnya bisa berdamai.”“Kau terlalu berlebihan mengkhawatirkannya.”Shine menghela napas, memiringkan tubuhnya ke arah Zaf dan menatapnya serius. “Dia seharusnya sudah memiliki kehidupan yang lebih baik. Memiliki istri dan anak lalu hidup bahagia bukannya malah menjadi orang tua tunggal karena kesalahan satu malam seperti ini. Aku benar-benar sedih Zaf.” “Seperti yang kau katakan, dia sudah tua dan pastinya tahu bagaimana harus bersikap. Aku yakin dia sedang menata hidupnya lagi jadi kau harus mempercayainya.”“Semoga saja.”Shine membiarkan saja Zaf menariknya dalam pelukan dan membisikkan sesuatu.“Aku juga berharap dia bisa bahagia.” Shine tersenyum. “Agar berhenti mengangguku seperti ini.”Shine melotot membuat Zaf sontak tertawa. Sikap menyebalkan suaminya memang s

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 211

    “Kau sengaja melakukannya ya,” desis Zaf saat menemukan Arsen sedang menjaga Lize yang asyik dengan es krimnya sementara Lucia tidur di kereta dorongnya di salah satu restoran yang ada di Seattle. Duduk di samping Lize yang langsung tersenyum menyambutnya dan mendaratkan kecupan di pipi. “Tetap tidak berubah,” jawab Arsen entang, mengelus rambut Lize yang tertiup angin. “Tidak bisa membiarkan kami sedikit saja menghabiskan waktu bersama.” “Tidak akan!” ujar Zaf datar, mengalihkan tatapan ke Lize dengan ekspresi berbeda, tersenyum lembut. “Lize, mau Papi suapin makan es krimnya?” Lize sontak menggelengkan kepala membuat Arsen menahan senyumannya di sudut bibir. “Sama uncle Arsen aja.” “Good girl,” ujar Arsen, menyuapi sesendok besar es krim strawberry ke Lize di bawah tatapan kesal Zaf yang melipat lengannya di dada, kalah telak. “Shine bilang kau sedang meeting dan tidak bisa diganggu.” “Karena itu kau sengaja melakukan hal ini kan?” “Tidak. Aku hanya ingin kau tahu kalau ak

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 210

    “Berapa lama kau akan meeting?”Zaf berjalan ke ruang rapat bersama Nick, sekretarisnya dan beberapa orang penting di perusahaannya yang mengikuti di belakang sembari mengangkat panggilan telepon dari Shine.“Mungkin tiga jam. Ada banyak hal yang harus dibicarakan.”“Oke baiklah. Kami sedang berbelanja saat ini jadi mungkin setelah selesai kau bisa menemui kami untuk makan siang bersama. Lize bilang dia ingin es krim pisang.”Zaf menghentikan langkah kakinya dan semua bawahannya ikut berhenti.“Bagaimana kalau aku tunda rapatnya dan menemani kalian?”Nick ingin menyahut namun terhenti saat Zaf melotot membuatnya langsung mengatupkan bibir.“Tidak perlu!” tolak Shine. “Kau tidak boleh mempermainkan bawahanmu seenaknya.”“Mereka tidak akan protes.” Zaf menoleh ke belakang, menatap satu persatu bawahannya yang hanya diam saja. “Begitulah enaknya jadi bos.”“Dasar bos setan memang!” umpat Shine. “Kau selesaikan saja pekerjaanmu lalu susul kami. Jangan membuatku marah!”Zaf mendesah, kemba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status