Share

PART - 03

last update Last Updated: 2023-05-11 09:31:49

Satu tahun kemudian,

Gaster Techn. Corporation

Jakarta, Indonesia

Memasuki usia 31 tahun, pencapaian Zafier Gaster bisa dikatakan sukses. Entrepreneur muda yang memiliki  perusahaan berbasis teknologi yang tersebar di banyak Negara dan dinobatkan menjadi pengusaha muda dengan ketampanan menyilaukan hingga menjadi sorotan dunia.

Sekitar dua tahunan ini, Zafier menetap di Jakarta sibuk melebarkan sayap bisnisnya di Negara Asia  dengan mendirikan Gaster Tech. Corporation bersaing dengan banyak perusahaan sejenis di bidang teknologi yang sudah lebih dulu ada.

Zafier optimis jika semua rintangan itu hanya bertujuan satu hal yaitu kesuksesaan. Jadi, ketika pegawai inti perusahaannya sedang gempar karena kalahnya mereka dalam Tender besar membangun ulang jaringan dan sistem keamanan untuk perusahaan minyak dunia yang berprofit Triliunan Dollar itu, Zafier malah asyik berkirim pesan dengan wanita yang sebulan ini menemaninya bergelut di atas ranjang.

"Pak Zaf—"

Zafier tersenyum saat membalas pesan Helena, nama wanita itu, yang berniat menantangnya dengan mengirimkan foto bugil yang Zaf sambut dengan tangan terbuka. Siapa lelaki di dunia ini yang akan menolak ditawari foto bugil?

"Pak Zafier Gaster!"

TRING.

Satu pesan masuk dan bisa dilihatnya ada foto yang disertakannya di sana. Zaf mengelus dagu, menekan touchscreen hingga terpampanglah foto wanita cantik itu yang memang bugil tapi dari posisi belakang hanya memperlihatkan pundaknya yang ada tato mawarnya. Begitu menggiurkan untuk dikecup sampai membekas kemerahan, pinggangnya yang ramping bak gitar spanyol tapi dengan bongkahan pantat yang padat—

"PAK ZAFIER GASTER!!"

Lenyap. Ponselnya tiba-tiba lenyap bersamaan dengan suara memekakkan telinga itu membuatnya harus mengangkat pandangan dan menemukan sepuluh lelaki memandanginya dengan ekspresi kesal karena sejak tadi semua keluh kesah mereka terabaikan. Ketika pandangannya beralih ke samping kanan, berdiri menjulang sosok sekretaris yang selalu berkoar akan melakukan pekerjaan secara professional tidak peduli memiliki bos dengan ketampanan yang membuat siapapun siap loncat ke dalam pelukannya. Itu terbukti dengan penolakan kasar wanita itu setiap kali Zaf iseng menggodanya.

"Freya, ponselku." Wanita cantik yang lebih suka menggulung rambut hitamnya ke atas itu mendelik dan menggenggam ponselnya seraya menjauhkannya dari  tangan Zaf yang terulur. "Aku membutuhkannya sekarang, please."

“Jangan buat meeting penting ini jadi sia-sia karena bapak sibuk dengan yang lain. Kami membutuhkan tanggapan dan saranmu di sini. Memangnya apa sih yang sedang kau lih—astaga!!"

Freya melotot, menjatuhkannya begitu saja tidak peduli jika ponsel bosnya itu akan terpelanting ke bawah dan rusak tapi dia lebih memilih meletakkan kedua tangan di kepala dan menggeleng frustasi.  Zaf menangkap ponselnya sebelum sukses membentur lantai. "Ya Tuhan, ampuni dosa-dosanya selama ini."

Freya selalu berdoa seperti ini untuk Zaf kalau mendapati kelakuan bosnya itu menggelikan.

"Amen," Dan Zaf akan selalu membalas dengan satu kalimat yang sama.

"Wait a second," ucapnya ke semua yang hadir, mengetik cepat balasan untuk burung meraknya disertai senyuman dan setelah selesai dia meletakkan ponselnya di atas meja dan berdiri dari duduknya. Seketika semua yang ada di sana diam menunggu.

"Allison Tech. Corporation sudah berdiri sejak sepuluh belas tahun yang lalu dan dimulai dari Negara ini lalu mencoba merambah ke luar Asia. Pamor mereka menjadi yang nomor satu sementara perusahaan kita masih merangkak pelan-pelan untuk bisa sejajar dengan mereka. Tapi kekalahan kita kemarin bukan karena produk dan service yang kita tawarkan tidak bagus  atau tidak bisa dipercaya tapi karena faktor internal."

"Apa maksudmu?" tanya Williem selaku Manager Marketing.

"Aku sudah mempelajari dan menganalisanya." Zaf berputar di sekitar area meeting di bawah tatapan semua yang hadir. "Dengan kata lain, Tender yang dilempar ke publik ini hanya kedok belaka agar mereka terlihat sebagai perusahaan yang baik-baik saja. Apa kalian mengerti maksudku?"

Terjadi bisik-bisik dan gumaman menanggapi perkataan Zaf.

"Aku simpulkan kalau maksud dari perkataanmu adalah—" Williem buka suara. "Ada atau tidaknya Tender, pihak perusahaan Franklin akan tetap memberikan proyek itu ke pihak Allison karena mereka sudah memiliki semacam kesepakatan tertutup."

"Gotcha," ucap Zaf dengan senyuman seraya menunjuk Williem. "Kesepakatan tertutup yang dilakukan oleh perwakilan Franklin juga Allison yang memiliki jabatan berpengaruh dengan banyak kepentingan pribadi di dalamnya tanpa menimbulkan kecurigaan pimpinan tertinggi Franklin di Dubai. Jadi, sepuluh perusahaan yang kemarin mengikuti Tender kecuali Allison sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk memenangkannya."

Williem berdiri dari duduknya. "Jadi, sejak awal kita mengurus dan memperjuangkan Tender itu, kau sudah tahu kalau kita tidak akan menang?"

Zafier tersenyum, mendekat ke arah Williem dan menepuk pundak lelaki itu dengan keras mencoba menenangkan sedangkan yang lain hanya menggelengkan kepala.

"Poin kita berada di bawah Allison dan aku puas mendapatkannya."

"Tapi kita kehilangan Tender mahalan itu Pak," desah Alvi seraya memijit pelipisnya.

Zafier tertawa, melangkah penuh percaya diri kembali ke tempat duduknya, memandangi semua bawahannya.

"Pantas saja beberapa kali Franklin menggunakan jasa Allison untuk sistem perusahaan mereka yang besar itu," gumam Williem terlihat seperti lelaki yang patah hati. "Aku pikir adanya Tender itu bisa memberi kita sedikit celah untuk masuk ke sana."

Zafier melipat lengannya di dada dengan kharisma seorang pemimpin yang tidak bisa dilawan. "Aku tahu kalian sudah berusaha sangat keras untuk memenangkannya dan untuk itulah aku turun tangan  memberikan sentuhan terakhir agar usaha kalian tidak sia-sia."

Reflek, semua yang ada di sana langsung menoleh ke Zafier dengan tatapan penasaran.

Zafier tersenyum miring, membuka ponselnya dan mengotak atiknya lalu berputar ke arah kaca transparan di balik punggungnya yang perlahan menyala menampilkan cahaya putih. Sebuah proyektor berbasis wireless yang terhubung dengan ponsel canggihnya lalu hanya dalam satu kali tekan di ponselnya, layar itu menampilkan sebuah email yang ingin diperlihatkan Zaf ke semua bawahannya yang terkesiap kaget dan melotot maksimal. Freya bahkan berdiri dan mendekat seakan ingin memastikan apa yang dilihatnya itu benar.

Zafier minggir untuk memberikan akses semuanya memperhatikan setiap detail isi dari email yang diterimanya tadi pagi itu dan berucap santai. "Pada akhirnya, kita memenangkan tender ini dan aku ucapkan selamat untuk kalian yang sudah berusaha keras melakukan usaha yang terbaik."

Semuanya ternganga kaget.

"Are you kiddding me, Sir?" teriak Williem dan Alvi bersamaan seraya berdiri dari duduknya.

"Hmm tidak. Aku tahu kalian bingung kenapa proyek itu jatuh ke tangan kita tapi tidak usah dipikirkan. Anggap saja mereka berubah pikiran dan aku pastikan kalau itu adalah keputusan akhir mereka jadi setelah ini kalian semua harus berusaha maksimal membuat pihak Franklin terkesan dengan service dan produk kita supaya profit Triliunan Dollar itu bisa kita dapatkan."

Tentu saja semua yang ada di sana hanya bisa bengong memandangi antara layar dan Zafier yang berdiri di dekat pintu keluar dengan senyuman kemenangan.

"Yeah, aku sudah tahu kalian mau bilang apa. Aku memang hebat. Terima kasih," ucap Zafier kalem namun terkesan congkak.

"Tidak bisa dipercaya!!" Desah Freya

Zafier tertawa pelan, membuka pintu ruangan meeting meninggalkan bawahannya yang senang melihat kabar itu.

"Aku tahu Freya, kalau bos sintingmu itu pasti seorang hacker," ucap Alvi dengan pemikirannya sendiri  yang terakhir kali dia dengar bersamaan dengan layar proyektor yang meredup dan email itu menghilang saat pintunya tertutup.

Zafier masuk ke dalam ruangannya dan berdiri di balik kaca transparan memandangi gedung-gedung kota Jakarta dengan wajah datar. Kesepakatan itu akan menimbulkan dampak yang lain dan Zafier harap akibatnya tidak akan fatal terutama dari pihak Allison. Ini semua bukan tentang uang tapi tantangan terselubung yang di dapatnya dari pemimpin Allison sendiri. Pada akhirnya,semua kekacauan ini bermula karena wanita malam.

"Martin Allison, kau menantang orang yang salah," gumamnya disertai senyuman miring.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Wikasumi Sumiwika
bagus banget ceritanya dan sangat menarik.
goodnovel comment avatar
Devita suciana
Bagus banget
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 215

    Setelah hari itu, hidup Lize sepenuhnya berubah. Dia sama sekali tidak pernah membayangkan suatu saat nanti, dia akan merindukan sinar matahari yang menyengat seperti panasnya Florida. Yang bisa dia lakukan saat ini ketika melihat sinar matahari hanyalah tersenyum tanpa ekspresi, berdiri di balik kaca transparan kamarnya yang tidak bisa ditembus matahari dan mencoba menerima keadaannya dengan lapang dada. Hari itu, saat mereka pergi liburan ke Florida yang seharusnya dua minggu menjadi dua hari, Lize divonis menderita penyakit langka Polymorphous light eruption (PMLE) yang menyebabkan kulit seperti terbakar jika terkena sinar matahari. Intinya, hidupnya terancam bahaya jika dia berada di bawah sinar matahari terlalu lama. Bahkan sekarang, sedikit saja bersentuhan langsung dengan sinar matahari, kulitnya akan mulai melepuh seperti terbakar. Sungguh ironis hidupnya saat ini. Terkurung dalam dinding kaca saat siang dan melakukan semua kegiatan di luar rumah saat malam. Selama setahun d

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 214

    Florida, Amerika SerikatLize mengangkat pandangannya ke atas, satu tangannya memegangi topi pantai yang menghalau pandangannya dari teriknya matahari yang menyengat meski angin pantai di sekitarnya mengibarkan rambut hitam panjangnya.“Lize—”Lize berbalik saat mendengar panggilan itu, menemukan Papinya yang sudah siap membaur bersama laut yang membentang luas tidak jauh di depannya.“Ya Pap?”“Apa yang kau pandangin sayang?”Lize menunjuk ke ujung cakrawala, ke arah matahari yang bersinar teriķ.“Terlalu panas.”Papinya tersenyum, “Sebaiknya kau bersenang-senang sementara kita berada di sini.”Lize menggelengkan kepala, “Meskipun ingin tapi aku tidak tertarik. Mana Mami?”“Berjemur.”Lize menoleh ke belakang, melihat Maminya yang sedang hamil adik kembarnya memasuki usia kandungan tujuh bulan menikmati teriknya matahari yang langsung menyengat kulitnya. Di sampingnya, Omanya melakukan hal yang sama sembari bermain pasir dengan Lucia.“Pap—”Entah kenapa, Lize merasa tubuhnya tidak e

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 213

    Semenjak memiliki keluarga, Shine mendedikasikan seluruh perhatiannya untuk merawat kedua putrinya meski sesekali dia menerima tawaran iklan juga model. Meskipun Zafier dengan gaya angkuhnya berulang kali mengatakan kalau uangnya tidak akan habis sekalipun dia membelanjakannya terus menerus tapi Shine ingin tetap bisa melakukan sesuatu yang disukainya. Meski berat namun Zaf menyetujuinya dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati. Suaminya itu bahkan membelikannya pesawat pribadi yang bisa dia gunakan sesuka hati. Meski terlihat agak berlebihan namun Shine mengalah dan menerimanya dari pada Zaf melarangnya menjadi model lagi. Lelah selama perjalanan panjang dari Indonesia akan menghilang saat dia sampai di rumah seperti saat ini. Alih-alih menggunakan mobil untuk menjemputnya, Zaf malah mengirim helikopter yang saat ini mendarat sempurna di belakang mansion keluarga Gaster tidak jauh dari tamannya yang asri. Melintasi kebun mawar merah, Shine berjalan mengarah ke gazebo yang

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 212

    “Kenapa kalian tidak bisa akur?”“Kenapa kami harus akur?” Zaf bertanya balik.Shine mendengkus, melipat lengan di dada sembari rebahan di tempat tidur saat Zaf bergabung dengannya.“Kalian sudah sama-sama tua dan seharusnya bisa berdamai.”“Kau terlalu berlebihan mengkhawatirkannya.”Shine menghela napas, memiringkan tubuhnya ke arah Zaf dan menatapnya serius. “Dia seharusnya sudah memiliki kehidupan yang lebih baik. Memiliki istri dan anak lalu hidup bahagia bukannya malah menjadi orang tua tunggal karena kesalahan satu malam seperti ini. Aku benar-benar sedih Zaf.” “Seperti yang kau katakan, dia sudah tua dan pastinya tahu bagaimana harus bersikap. Aku yakin dia sedang menata hidupnya lagi jadi kau harus mempercayainya.”“Semoga saja.”Shine membiarkan saja Zaf menariknya dalam pelukan dan membisikkan sesuatu.“Aku juga berharap dia bisa bahagia.” Shine tersenyum. “Agar berhenti mengangguku seperti ini.”Shine melotot membuat Zaf sontak tertawa. Sikap menyebalkan suaminya memang s

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 211

    “Kau sengaja melakukannya ya,” desis Zaf saat menemukan Arsen sedang menjaga Lize yang asyik dengan es krimnya sementara Lucia tidur di kereta dorongnya di salah satu restoran yang ada di Seattle. Duduk di samping Lize yang langsung tersenyum menyambutnya dan mendaratkan kecupan di pipi. “Tetap tidak berubah,” jawab Arsen entang, mengelus rambut Lize yang tertiup angin. “Tidak bisa membiarkan kami sedikit saja menghabiskan waktu bersama.” “Tidak akan!” ujar Zaf datar, mengalihkan tatapan ke Lize dengan ekspresi berbeda, tersenyum lembut. “Lize, mau Papi suapin makan es krimnya?” Lize sontak menggelengkan kepala membuat Arsen menahan senyumannya di sudut bibir. “Sama uncle Arsen aja.” “Good girl,” ujar Arsen, menyuapi sesendok besar es krim strawberry ke Lize di bawah tatapan kesal Zaf yang melipat lengannya di dada, kalah telak. “Shine bilang kau sedang meeting dan tidak bisa diganggu.” “Karena itu kau sengaja melakukan hal ini kan?” “Tidak. Aku hanya ingin kau tahu kalau ak

  • JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY   PART - 210

    “Berapa lama kau akan meeting?”Zaf berjalan ke ruang rapat bersama Nick, sekretarisnya dan beberapa orang penting di perusahaannya yang mengikuti di belakang sembari mengangkat panggilan telepon dari Shine.“Mungkin tiga jam. Ada banyak hal yang harus dibicarakan.”“Oke baiklah. Kami sedang berbelanja saat ini jadi mungkin setelah selesai kau bisa menemui kami untuk makan siang bersama. Lize bilang dia ingin es krim pisang.”Zaf menghentikan langkah kakinya dan semua bawahannya ikut berhenti.“Bagaimana kalau aku tunda rapatnya dan menemani kalian?”Nick ingin menyahut namun terhenti saat Zaf melotot membuatnya langsung mengatupkan bibir.“Tidak perlu!” tolak Shine. “Kau tidak boleh mempermainkan bawahanmu seenaknya.”“Mereka tidak akan protes.” Zaf menoleh ke belakang, menatap satu persatu bawahannya yang hanya diam saja. “Begitulah enaknya jadi bos.”“Dasar bos setan memang!” umpat Shine. “Kau selesaikan saja pekerjaanmu lalu susul kami. Jangan membuatku marah!”Zaf mendesah, kemba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status