LOGINMasno memandangi sekeliling dengan tatapan penuh kekaguman. Perumahan elit tempat dia bertugas sebagai satpam sungguh luar biasa. Rumah-rumah megah berjejer rapi, taman yang hijau dan terawat dengan sempurna, serta mobil-mobil mewah terparkir di halaman. Dia merasa beruntung bisa bekerja di tempat seperti ini, meski sebenarnya pekerjaannya sebagai satpam tak seberapa bergengsi.
"Sudah lama di sini, Masno?" tanya salah seorang penghuni yang berjalan melewati pos satpam.
"Ya, hampir lima tahun, Bu," jawab Masno sambil tersenyum ramah.
"Pekerjaanmu pasti tak membosankan ya, bertemu dengan banyak orang menarik setiap harinya," ucap wanita itu dengan senyuman manis.
Masno mengangguk setuju. "Iya, Bu. Saya merasa beruntung bisa bertemu dengan banyak orang hebat di sini."
Setelah wanita itu pergi, Masno melanjutkan rutinitasnya, memeriksa identitas setiap pengunjung yang masuk. Namun, p
Hari itu, sinar mentari memancar hangat membelai permukaan tanah di perumahan elit tempat Masno bertugas. Seiring langkahnya yang mantap, dia menyapu pandangannya melintasi lorong-lorong kecil di antara rumah-rumah megah. Namun, keheningan di sekitarnya seolah-olah hanya menyoroti kesunyian yang menyelinap dalam hatinya.Masno menarik napas dalam-dalam saat ponselnya berdering. Suara riangnya berubah menjadi kikuk ketika dia melihat nama yang muncul di layar: "Bu Broto.""Ya, Bu Broto?" Masno menjawab dengan sedikit ragu."Masno, bisakah kau datang ke rumahku sekarang? Aku butuh bantuan dengan keran air di dapur," pinta Bu Broto dengan suara lembutnya yang menggelitik."Baik, Bu. Aku akan segera ke sana," jawab Masno, meskipun tidak sepenuhnya yakin dengan alasan yang diberikan.***Masno tiba di rumah Bu Broto dengan langkah hati-hati. Sinar matahari yang me
Masno memandangi sekeliling dengan tatapan penuh kekaguman. Perumahan elit tempat dia bertugas sebagai satpam sungguh luar biasa. Rumah-rumah megah berjejer rapi, taman yang hijau dan terawat dengan sempurna, serta mobil-mobil mewah terparkir di halaman. Dia merasa beruntung bisa bekerja di tempat seperti ini, meski sebenarnya pekerjaannya sebagai satpam tak seberapa bergengsi."Sudah lama di sini, Masno?" tanya salah seorang penghuni yang berjalan melewati pos satpam."Ya, hampir lima tahun, Bu," jawab Masno sambil tersenyum ramah."Pekerjaanmu pasti tak membosankan ya, bertemu dengan banyak orang menarik setiap harinya," ucap wanita itu dengan senyuman manis.Masno mengangguk setuju. "Iya, Bu. Saya merasa beruntung bisa bertemu dengan banyak orang hebat di sini."Setelah wanita itu pergi, Masno melanjutkan rutinitasnya, memeriksa identitas setiap pengunjung yang masuk. Namun, p
Malam itu, kamar kontrakan Yanto dan Susi kembali dipenuhi dengan suara desahan dan erangan yang memenuhi udara. Mereka terjebak dalam aliran keintiman yang membara, membiarkan nafsu mereka memimpin langkah. Setiap sentuhan, setiap ciuman, terasa begitu berarti dan penuh makna. Namun, tidak disadari oleh keduanya, bahwa mereka telah melebihi batas yang seharusnya.Beberapa minggu berlalu, dan Yanto dan Susi mulai merasa ada yang berbeda. Susi merasakan mual dan sering muntah di pagi hari. Ketakutan melanda hati mereka berdua. Mereka pergi ke dokter untuk memeriksakan kondisi Susi, dan kenyataannya membuat mereka terdiam."Dokter, apa yang terjadi pada saya?" tanya Susi dengan suara gemetar, matanya memohon jawaban dari dokter.Dokter mengangguk, "Susi, berita yang saya bawa bukanlah yang mudah. Anda sedang hamil."Mereka berdua terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Pikiran m
Malam telah larut ketika Yanto dan Susi kembali duduk di tepi tempat tidur, menghadapi satu sama lain dengan pandangan yang penuh keinginan. Mereka tergila-gila dengan gairah yang baru saja mereka alami, dan mereka tahu bahwa mereka ingin lebih banyak lagi."Kau tahu, Susi, aku merasa seperti kita menjadi semakin dekat," ujar Yanto dengan suara serak, matanya berkilau dengan kegembiraan.Susi tersenyum manis, merasakan kehangatan cinta yang mengalir di antara mereka. "Aku juga merasa begitu, Yanto. Kita menjadi lebih terbuka satu sama lain, lebih intim."Mereka saling berhadapan, merasakan getaran keintiman yang memenuhi udara di sekitar mereka. Yanto mencium bibir Susi dengan lembut, membiarkan gairah mereka kembali membara."Bagaimana jika kita melakukan ini lagi? Aku merasa seperti aku tidak bisa mendapatkan cukup darimu, Susi," ucap Yanto dengan suara serak, matanya terpaku pada wajah cantik Susi
Yanto pun kembali mencium lembut bibir Susi, membiarkan gairah yang membara merambat di antara mereka. Mereka saling memandang dengan mata penuh keinginan, merasakan getaran keintiman yang memenuhi udara di sekitar mereka. Yanto menarik Susi ke dalam dekapannya dengan lembut, merasakan kehangatan tubuhnya menyatu dengan kehangatan tubuh Susi.Mereka berdua terus berpelukan, merasakan denyutan gairah yang memenuhi setiap sentimeter kulit mereka. Yanto meraba-raba tubuh Susi dengan lembut, menjelajahi setiap lekukannya dengan penuh kelembutan."Bersamamu, aku merasa lengkap," ucap Yanto dengan suara rendah, matanya terpaku pada wajah Susi yang indah.Susi tersenyum dan mencium bibir Yanto dengan penuh cinta. "Aku juga merasa sama, Yanto. Kau membuatku merasa seperti tak ada tempat yang lebih baik untuk berada selain di sini, denganmu."Mereka terus saling memeluk dan meraba
Yanto duduk di pinggir tempat tidur kecilnya, memandangi sudut kamar yang suram. Dari jendela yang terbuka sedikit, cahaya bulan menyusup masuk, menerangi setiap sudut ruangan yang sempit itu. Dia meraba-raba saku celananya, mencari-cari sesuatu yang bisa menghibur dirinya. Ponselnya sudah mati sejak tiga hari yang lalu. Hidupnya terasa monoton. Hanya bekerja di pabrik plastik sehari-hari, tanpa harapan besar untuk masa depan yang lebih baik.Di sebelah kamarnya, terdengar suara-suara bergemuruh dari kamar tetangga yang dipisahkan oleh dinding tipis. Suara Tati dan Agus, sepasang pengantin baru yang baru saja pindah ke kontrakan di sebelahnya. Mereka terus saja bersemangat untuk bercinta setiap malam, meskipun Yanto bisa merasakan kegembiraan mereka kadang membuatnya merasa iri. Sudah sebulan sejak mereka pindah, namun Yanto masih belum terbiasa dengan suara-suara desahan dan erangan halus dari kamar sebelah tersebut, terutama saat malam tiba.







