Share

5. BUNGA MENEMUI SI LINTAH DARAT

Bunga bermalam di kamar Adelia dan berbaring di samping sahabatnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi matanya belum mampu terpejam. Dia terlihat begitu gelisah.

Ucapan ayah sahabatnya itu masih terngiang jelas di telinganya. Ucapan yang sangat menusuk dan membuat hatinya hancur. Namun semua ucapan Pak Er memang benar. Tidak seharusnya Ia merepotkan orang lain karena perbuatannya sendiri.

Namun tidak semuanya benar. Bunga dan keluarganya tidak menggunakan uang itu untuk berfoya-foya, melainkan untuk membiayai pengobatan ayahnya yang menjadi korban tabrak lari oleh pengendara sepeda motor. Ayahnya mengalami retak di bagian tulang rusuknya yang menyebabkan ayahnya harus berada di kursi roda sementara ini hingga kesembuhannya.

Bunga menatap langit-langit kamar dan kembali memikirkan perkataan pria yang biasa Ia sebut dengan panggilan Pak Er. Kalau saja mau menerima si Boss gila yang sudah mempunyai istri empat dan entah berapa simpanan yang tak terhitung itu, mungkin saja semua masalah akan teratasi.

Bunga bergidik, ia jijik dan tidak sudi menjadi simpanan lintah darat tua bangka itu. Sudah bau tanah tapi masih saja doyan sama perawan.

Bunga beranjak dari tidurnya. Ia mengambil ponsel jadul yang berada di atas nakas. Kemudian melangkah keluar menuju balkon. Bunga ingin mencari udara segar untuk mendinginkan kepalanya.

Gadis cantik berkulit putih ituberjalan mondar mandir. Sesekali menatap ke arah jalanan yang sudah mulai sepi. Hatinya diliputi oleh keraguan. Da harus bisa menemukan jalan keluar. Hanya dirinya satu-satunya tulang punggung sekarang dan harus menentukan langkah yang tepat untuk kehidupan selanjutnya.

Tidak mungkin keluarganya akan numpang di rumah ini terlalu lama. Pemilik rumah ini saja sudah tidak menyukainya dari awal. Bunga juga tidak mau rumah satu-satunya warisan Eyang harus jatuh ke tangan lintah darat itu. Haruskah dirinya berkorban seperti apa yang di katakan oleh Pak Er tadi.

Setelah mempertimbangkan dengan matang, Bungapun mencoba menghubungi nomor lintah darat itu.

Tanpa Bunga sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan gerak geriknya sedari tadi. Mata indah itu milik Erlangga. Tanpa sengaja, pria berumur yang masih terlihat mempesona itu juga bermaksud untuk mencari angin segar di balkon. Kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Adelia membuatnya bisa melihat Bunga saat menggunakan baju tidur milik adelia yang transparan.

Ada geletar aneh yang menyeruak dari dalam dadanya. Seperti ada gelegak yang membuncah dari sudut hatinya yang terdalam. Erlangga juga tidak mengerti dengan semuanya. Ia pria yang sudah beristri dan sudah terbisa melihat kedua istrinya memakai lingeri yang sangat transparan sekalipun. Namun perasaannya biasa saja, berbeda dengan saat ini.

Entahlah Erlangga juga tidak mengerti.

Pria itu mencoba untuk mencuri dengar pembicaraan Bunga.

“Halo. Tuan Suryo! Saya mau bertemu anda sekarang juga!“

“Boleh, Sayang, mau ketemu di mana?“

“Temui saya di taman kota dekat rumah sekarang!“

Klik, Bunga menutup sambungan telpon tanpa menunggu jawaban dari si lintah darat menyebalkan. Ia lalu masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian.

Erlangga juga ikut masuk ke kamar dan berganti pakaian. Ia berniat untuk mengikuti gadis itu.

***

Bunga tiba di area Taman kota. Jantungnya berdetak sangat kencang. Dari kejauhan nampak Si lintah darat itu sedang menunggunya bersama empat orang pengawal berbadan kekar. Bunga mengatur nafas sejenak. Menarik nafas panjang dan menghembuskannya peralahan. Sejenak memejamkan mata dan berharap keputusannya kali ini tidak salah. Ia harus bisa mempertahankan satu-satunya rumah peninggalan eyang.

Bunga melangkahkan kakinya perlahan sembari mengibaskan rambutnya. Derap langkah kaki gadis cantik itu membuat Suryo menoleh ke arahnya.

Mata lintah darat itu terbelalak saat melihat gadis yang sudah lama diimpikan tengah berjalan ke arahnya. Dia sudah mengincarnya semenjak gadis itu masih duduk di bangku SLTA. Berbagai cara telah dilakukan, akan tetapi tidak pernah berhasil karena Ayah gadis itu selalu menggagalknnya. Ayahnya selalu menjaga anak gadisnya dengan baik.

Setelah sekian lama kesemptan itu hadir juga. Bahkan kecelakaan yang menimpa Ayah Bunga itu Suryo lah yang mengatur semuanya dengan sangat rapi tanpa meninggalkan jejak. Gadis itu kini sudah ada di depan matanya. Air liurnya hampir menetes membayangkan kenikmatan yang akan direguk bersama primadona di kampungnya.

Bunga mengedikkan bahunya. Dia merasa mual melihat pria hidung belang itu yang menatapnya penuh nafsu menjijikan. Tak sanggup memabayangkan seandainya harus menjadi bulan-bulanan nafsu bejatnya. Bunga kembali mengatur nafas mencoba menenangkan diri.

“Hallo, Cantik. Apa kabar, Sayang? “ Suryo berusaha meraih jemari Bunga.

“Jangan sentuh saya!“ Bunga menarik tangan yang hampir saja tersentuh oleh tangan kotor si tua bangka itu.

“Jangan jual mahal lagi, Sayang. Sebentar lagi kau akan menjadi istriku. Dan kita akan bersenang-senang setiap waktu ha ... ha ....” tawa Suryo disambut oleh gelak tawa para pengawalnya.

“Jangan mimpi! Saya tidak sudi menjadi istri orang kotor seperti Anda!”

“Jaga mulut kamu! Aku Suryo Diningrat akan selalu mendapatkan apa yang aku mau!”

“Cukup! saya muak dengan kesombongn anda! saya kesini untuk meminta waktu kembali kepada anda. Beri saya waktu satu bulan lagi untuk melunasi hutang-hutang keluarga saya!“

“Tidak bisa! waktu kau sudah habis! sekarang juga serahkan diri dengan ikhlas atau lunasi hutang kelurga kau!“

“Tolong beri saya waktu lagi! kalau saya tidak bisa mengembalikannya dalam waktu satu bulan, saya rela menyerahkan diri!“

“Aahh aku tidak percaya! Ayo! Bawa dia ke mobil!“ seru Suryo kepada para pengawalnya.

Dengan sigap para pengawal itu memegang lengan Bunga dan berusaha menariknya. Bunga terus meronta dan melakukan perlawanan. Namun tubuh mungilnya tak berdaya melawan otot-otot yang begitu kuat. Bunga hanya bisa menangis dan menyesali keputusan untuk menemui pria licik ini. Ia membayangkan dirinya akan menjadi orang yang paling kotor karena tubuhnya akan terjamah oleh pria menjijikan itu.

“Lepaskan gadis itu sekarang juga!“ Tak disangka Erlangga muncul secara tiba-tiba..

Suryo beserta para pengawalnya menoleh ke arah suara. Seorang pengawal berbisik ke arah Tuannya.

Suryo mengangguk-angguk. Matanya menatap tajam ke arah Erlngga. Dia sudah membaca kartu nama pria itu. Walaupun baru bertemu dengannya, tapi Suryo sangat mengenal nama besar konglomerat  muda itu.  Dengan kekayaannya bisa melakukan segalanya. Urusnnya bisa menjadi panjang dan kekayaannya tidak akan mampu menandingi pria itu.

Tetapi otak liciknya bisa mengalahkan nyalinya. Tanpa berfikir panjang Suryo menyeru kepada para pengawalnya,“ Habisi Dia!“

“Tunggu! apa kamu pikir saya datang sendirian? Saya sudah mengantongi bukti-bukti kejahatan kamu! dan polisi sedang menuju kemari untuk menangkap kalian! Ayo! kalau berani serang saya sekarang juga!“gertak Erlangga dengan gagah berani.

Suryo ketakutan. Dia tak habis fikir, dari mana pria ini bisa tau kalau dirinyalah yang telah mencelakai Ayah  Bunga. Ia tidak mau masuk penjara. Suryo segera memerintahkan kepada para pengawalnya untuk melepas Bunga dan melarikan diri. Mereka segera masuk ke dalam mobil dan memacu mobilnya secepat kilat.

Bunga memijat lembut lengannya yang masih terasa sakit karena cengkeraman kuat pria berotot tadi. Ia menatap ke arah Erlangga yang mematung dan menatapnya.

Erlangga membuang muka saat bola mata indah itu menatap ke arahnya. Da tidak berani balas menatapnya. Hatinya berdesir. Ada debaran kuat di sana yang membawa dirinya untuk menolong gadis ini. Dorongan aneh yang sulit dimengerti.

“Terima kasih. Pak Er, sudah menolong saya!“ ujar Bunga dan menatap penuh bahagia.

“Jangan ge er! Saya tidak sengaja kesini dan melihat kamu bersama pria berandalan itu!“ pria itu gengsi dan tidak mau mengakui bahwa memang dia mengikuti Bunga sedari tadi.

“Tapi, bagaimana Pak Er bisa tahu kejahatan mereka dan membawa polisi?!“ Bunga merasa heran dan tidak mengerti.

“Mana saya tahu! Kenal juga tidak! Menghadapi preman seperti mereka itu  pake otak, jangan sok pintar dengan menyerahkan diri! Dasar gadis bodoh!“

“Jadi Pak Er tahu saya mau menemui Suryo?“ Bunga makin bingung dengan ucapan mantan Bossnya itu.

Erlangga gelagapan. Ia tidak mengerti kenapa sampai kelepasan bicara. Erlangga tidak ingin Bunga tahu kalau dirinya memang sengaja mengikutinya.

“Enggak usah banyak tanya! cepat masuk ke mobil!“ Erlangga berlalu meninggalkan Bunga. Bunga berlri kecil menuju mobil. Lalu membuka pintu mobil di bagian belakang.

“Tunggu! emngnya saya supir kamu? duduk di depan!“

“I-iya,Pak.” Bunga lalu menghempaskan tubuhnya disamping pria angkuh itu. Gadis itu terus menundukkan  kepala.

Tak ada sepatah katapun sepanjang perjalanan.

Sesekali Erlangga melirik kearah Bunga. ‘Gadis ini sungguh cantik’ Erlangga bergumam dalam batin. Ahh dia segera menepis pikiran itu.

Bunga tidak menyangka ternyata orang angkuh ini berhati baik. Tak bisa membayangkan seandainya Pak Er tidak datang menolongnya, dirinya pasti sudah terkurung di neraka dan menjadi santapan si tua bangka itu.

Erlangga menghentikn mobilnya dengan jarak dua ratus meter dari rumahnya.

“Kamu turun sekarang! aku pastikan kamu masuk rumah dengan selamat! dan ingat, jangan pernah cerita kepada siapapun tentang hal ini!“ kata Erlangga tanpa menatap ke arah Bunga. Ia lalu membuang pandangannya keluar jendela.

“Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima Kasih untuk ...”

“Sudah turun! saya tidak butuh basa-basi kamu!“

Bunga segera turun dari Mobil dan melangkah dengan cepat menuju rumah mewah milik pria yang sudah menolongnya tanpa menoleh sedikitpun.  Lalu masuk ke dalam rumah.

Erlangga bisa bernafas lega. Tubuh  gadis itu sudah tidak terlihat. Tanpa Bunga menyadari Erlangga terus menatapnya hingga gadis itu masuk ke dalam rumah. Ia benar-benar ingin memastikan keselamatan gadis itu.

Sesaat kemudian Erlangga melajukan mobilnya dan memasuki pekarangan rumahnya. Dia berharap tidak ada satu orangpun di dalam rumah ini yang mengetahui kalau Ia datang bersama dengan Bunga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status