Home / Romansa / JERAT CINTA RENTENIR MUDA / Menjadi Istrimu adalah Kelemahanku

Share

Menjadi Istrimu adalah Kelemahanku

Author: DV Dandelion
last update Last Updated: 2025-06-23 15:41:46

Ayu membuka mata dengan perasaan hampa. Ini adalah hari pertama setelah dirinya sah menjadi Nyonya Bahtiar. Tidak ada kebahagiaan yang ia rasakan. Ranjang empuk yang membalut tubuhnya terasa asing. Ruangan luas dengan lampu gantung kristal dan lemari besar adalah pemandangan ganjil yang tidak pernah ia temui di rumah sederhananya.

Suara gemericik air terdengar dari kamar mandi. Ayu mengambil ponsel. Kantuknya sempurna hilang saat melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Acara resepsi kemarin benar-benar menyedot habis tenaganya. Ditambah lagi, Ayu sedang datang bulan.

Sesaat kemudian, Bahtiar keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk. Rambutnya basah dan aroma sabun maskulin memenuhi kamar.

Ayu spontan menutup mata. Menyadari bahwa Bahtiar sudah menjadi suaminya, wanita itu pelan-pelan meregangkan jari dan mengintip lewat sela-selanya.

Bahtiar tersenyum miring. “Kamu ngapain?”

Wanita itu menurunkan tangan, menggeleng pelan, lalu memalingkan wajah. Dia masih tidak t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Ulah Peretas

    Dua orang anak buah Bahtiar mulai menyerah menghadapi serangan hackers. Satu di antaranya terduduk lemas sambil memegangi kepala. Yang lainnya menatap layar kosong tanpa kata.Bahtiar berdiri di tengah ruangan dengan tangan terkepal, berusaha menahan amarah sekaligus frustrasi. Bukan kepada timnya, tapi kepada orang tidak bertanggung jawab di balik kekacauan ini.“Bos .…” Suara Gugun memecah keheningan. Pria pemilik cambang tipis itu mendekat dengan langkah sedikit ragu.“Anak-anak kayaknya udah kecapekan banget. Kita harus gimana?”Bahtiar mengangguk pelan. Dia bisa melihat, tim IT-nya yang lulusan SMK itu sudah mengerahkan semua kemampuan. Namun, tampaknya mereka sudah mencapai batas.Ada sesuatu yang mengganjal. Nama Ardan mengusik pikirannya. Akan tetapi, Bahtiar tidak mau buru-buru mengungkapkan kecurigaan tersebut. Menyebut nama tanpa bukti sama saja dengan membuka konflik baru yang lebih rumit.“Bos, apa akhir-akhir ini kita punya musuh baru? Mungkin ada orang yang tersinggung

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Teman Baru

    Aplikasi jadwal salat di ponsel Ayu otomatis memutar azan ketika waktu Zuhur telah tiba. Ketiga wanita yang semula asyik mengobrol itu serentak diam.“Teh Ayu sama Teh Uri lagi pada shalat, nggak?” tanya Sora. “Kebetulan aku sedang berhalangan.”“Uri juga sedang datang bulan, Teh. Aku ke mushalla sendiri saja,” ujar Ayu.Sekilas, Uri melihat tatapan enggan dari Sora. Alangkah terkejut dirinya ketika kemudian Sora berkata, “Gini aja, Teh Ayu ke musholla, kami ke restoran duluan buat pesan makanan. Gimana?”Ayu dan Uri saling melempar pandang. Uri sudah memberi isyarat agar tidak meninggalkan mereka berdua. Namun, Ayu mengangguk setuju.“Biar kalian cepet akrab,” bisik Ayu sambil tersenyum jahil. Uri hanya bisa menghela napas pasrah.Ketiganya lantas berjalan beriringan dan berpisah di dekat eskalator. Uri dan Sora menuju lantai lima sementara Ayu ke musholla yang terletak di lantai dasar.Berjalan bersama Sora membuat Uri merasa seperti langit dan bumi. Sora itu tinggi semampai, punya

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Teman Baru

    “Semalam pulang jam berapa, Bang? Maaf aku ketiduran,” tanya Ayu ketika Bahtiar kembali dari masjid untuk salat Subuh.Bahtiar tidak langsung menjawab. Dia meraih cangkir teh melati di meja, menghidu aroma wanginya, lalu meneguk sedikit dengan mata terpejam.“Sekitar jam 12 kalau nggak salah. Kamu kayaknya capek banget, jadi Abang nggak tega bangunin.”Ayu tersenyum malu-malu. Kemarin dirinya memang sibuk di butik karena ada stok yang baru tiba dari suplier. Badannya sangat letih sebab baru kembali ke rumah menjelang pukul sembilan malam.Rasa penasaran membuatnya bertanya lagi.“Gimana pertemuan keluarga dengan Ardan? Lancar?”“Ya … lancar-lancar saja. Dia jawab semua pertanyaan Papa sama Mama dengan tenang. Tapi Abang belum bisa ambil kesimpulan sekarang. Butuh waktu buat lihat lebih jauh,” ujar Bahtiar diplomatis.Tatapan Ayu menyiratkan rasa ingin tahu yang lebih dalam. Namun, dia tidak bertanya lebih lanjut. Nanti Bahtiar akan cerita sendiri kalau memang perlu.“Semoga dia benera

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Interogasi Ardan

    Deru mesin mobil sedan keluaran 90an terdengar memasuki halaman rumah, berbarengan dengan cahaya lampu yang menerobos sela-sela pagar besi bercat hitam. Catnya berwarna abu-abu kusam dengan sedikit baret di sisi pintu kanan.Belinda, yang duduk di ruang tamu bersama abang dan kedua orang tua, buru-buru berdiri sambil merapikan kerudung. Senyum di wajahnya merekah seketika. Dia bergegas menghampiri Ardan yang baru turun dari mobil dan langsung mengajaknya masuk rumah.Pandangan Bahtiar tak lepas dari mobil itu. Alisnya terangkat sedikit.“Anak seorang Herman Tarigan datang dengan mengendarai mobil tua? Dia sedang berpura-pura miskin atau apa?” gumamnya dalam hati.Mesin manual, bodi sedikit bergetar saat mesin dimatikan, jauh dari kesan mewah. Herman Tarigan diketahui memiliki usaha ekspedisi pengiriman dan gerai minimarket. Tadinya Bahtiar pikir lelaki itu akan mengendarai–minimal–mobil MPV.Sosok Ardan Pratama muncul dengan setelan kemeja putih polos yang digulung rapi hingga siku se

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Pejuang Garis Dua

    “Ardan ternyata adalah anak bungsu Herman Tarigan!” ucap Gugun hati-hati.“Herman Tarigan?” Bahtiar mencoba mengingat-ingat. Nama itu tidak asing di telinganya.“Herman yang rekrut Aboy dan buka konter jasa ekspedisi di dekat kantor kita itu, Bos!”Hening sejenak. Bahtiar merasa darahnya berhenti mengalir. Nama itu menyeruak, membawa ingatan pahit yang selama ini dia coba kubur dalam-dalam.Pak Herman adalah orang yang pernah mencoba menjatuhkannya lewat cara kotor. Dia merebut pelanggan dengan iming-iming potongan harga dan menyebarkan gosip murahan atas informasi dari Aboy.“Kamu yakin, Gun?” suaranya nyaris serak.“Seratus persen yakin, Bang. Menurut informan gue, Herman ini memang pebisnis yang licik. Makanya banyak yang nggak suka dan mencoba mengumpulkan informasi soal keluarganya.”Bahtiar mengusap wajahnya pelan. Dada terasa sesak seakan ruangan menyempit. “Oke. Makasih, Gun. Jangan cerita ke siapa pun soal ini.”“Siap, Bos.”Sambungan terputus. Bahtiar menatap layar ponselnya

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Menyelidiki Calon Adik Ipar

    “Siapa dia?” tanya Bahtiar akhirnya. Nadanya datar, tapi sarat rasa ingin tahu.Belinda menegakkan punggung. Sorot matanya mantap meski kedua tangannya saling menggenggam erat di pangkuan.“Namanya Ardan Pratama, teman sefakultas waktu kuliah dulu. Orang tuanya asli Minang, tapi dia lahir dan besar di Karawang.”Juragan Manan terbatuk kecil. “Sepertinya Papa belum pernah dengar nama itu.”“Ya, karena dulu kami cuma sebatas kenal. Baru belakangan ini komunikasi lagi,” jawab Belinda pelan.Bahtiar mencondongkan tubuh. “Kerjanya apa?”“Dia mengelola usaha parfum isi ulang, Bang. Alhamdulillah lancar dan sudah punya dua cabang.”Sejenak, tak ada yang bersuara. Mereka sama sekali tidak mempermasalahkan latar belakang suku maupun status sosial. Hanya saja, kabar ini terlalu mendadak.Bu Ely bertanya, “Orangnya baik? Keluarganya gimana?”Belinda menarik napas panjang. Dia tahu bagian ini akan sulit. Setali tiga uang dengan dirinya, Ardan juga pernah punya masa lalu yang kelam.“Dia dulu semp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status