Share

Bab 5. Pernikahan

Penulis: YULIAKAYA
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-11 17:07:26

Emma sama sekali tidak mengerti tentang jalan hidupnya, yang masih membingungkan baginya bahwa semuanya berubah dalam waktu kurang dari sepuluh hari. Dia juga tidak menyangka bahwa Topan akan memenuhi semua perkataannya untuk mengubah hidupnya secara drastis dalam sekejap. 

Gaun pengantin yang dia kenakan terlihat indah, riasan wajahnya juga cantik, Emma terlihat sangat menawan. Penata rias menciptakan momen yang tak terlupakan untuk Emma. 

Topan tidak berkedip saat melihat Emma di tempat pernikahan. Hanya kakeknya dan ayah Emma yang hadir dalam pernikahan yang tersembunyi itu. Beberapa orang lainnya adalah pengawal dan asistennya.

"Selamat atas pernikahanmu," bisik Alex. "Kakek harap Kakek akan segera memiliki cicit." 

"Aku juga, Kakek. Semoga rencana ini berjalan lancar. Harus," sahut Topan, "aku sudah memikirkan rencana lain, tapi Erica tidak masuk dalam daftar berikutnya. Dia sulit diatur. Kita membutuhkan wanita seperti Emma. Dia sempurna untuk rencana ini." 

Namun, Topan lupa akan risiko yang harus dia ambil karena melewatkan beberapa hal penting. Seharusnya dia memikirkan untuk mencari kandidat lain jika rencananya untuk Emma tidak berhasil.

Alex mengangguk. "Bagus. Erica tidak boleh tahu tentang pernikahan ini. Katakan padanya untuk menjaga sikap saat bertemu Emma."

"Aku akan memberitahunya, itulah sebabnya aku melindungi Emma saat mereka bertemu secara kebetulan hari itu di kantor. Dia tidak sopan pada Emma dan Erica pasti akan menyakitinya setelah ini."

"Pastikan semuanya sudah siap tanpa ada kekurangan," perintah Alex dengan tegas dan kalem.

"Baik, Kakek. Aku akan segera kembali." Topan meninggalkan kakeknya untuk menemui pengantinnya. 

Emma bersama ayahnya sedang menyesap anggur merah. Pernikahan rahasia itu berlangsung di rumah Topan di Berlin. Emma mempelajari ruangan yang besar itu, terlihat sederhana dalam desain dan interiornya, tetapi meninggalkan kesan mewah dan elegan.

Topan memanggil Emma untuk berbicara. Mereka berdiri di depan pelaminan--sebuah pelaminan mini yang sengaja dirancang atas permintaan Topan untuk meninggalkan kenangan indah bagi Emma.

Tiba-tiba Topan teringat saat dia mencium bibir Emma untuk pertama kalinya setelah pendeta mengatakan sah. Rasanya manis dan segar, seperti yang pernah Topan lakukan pada wanita yang dia sukai saat masih remaja. Meskipun terasa aneh, tetapi mereka berhasil melakukan adegan tersebut. 

Topan berulang kali mencoba untuk menepis perasaan aneh yang menghinggapinya sejak pertama kali melihat Emma muncul dari belakang. Matanya tidak bisa berhenti menatap istrinya itu.

"Kuharap kamu menyukainya." Topan meneguk anggurnya dengan lahap. "Mudah-mudahan kamu juga menikmatinya, meskipun hanya untuk kita sekeluarga."

Namun, Emma juga tidak bahagia atau menikmati pernikahannya. 

"Ya, terima kasih. Kuharap begitu." Hanya itu Emma jawab–dengan lembut, lalu suaranya menghilang. Emma merasa tidak nyaman sejak ciuman di altar itu terjadi. 

Topan berbalik untuk menatapnya. "Berharap?" Itu bukan jawaban yang ingin Topan dengar.

"Apa yang bisa kukatakan? Kamu sudah menyiapkan segalanya, termasuk mempercepat perceraianku. Itu tidak termasuk dalam perjanjian. Itulah satu-satunya hal yang perlu kuingat sepanjang hidupku." 

Topan mengangguk sambil meminum anggurnya. "Aku tidak ingin masa lalumu membawa masalah bagi kita di kemudian hari, yang akan menggagalkan program kehamilanmu." 

"Aku akan mencoba yang terbaik." 

Emma mengerti untuk memberikan yang terbaik dari dirinya. Tidak ada makan siang gratis itu benar adanya. Tidak ada orang yang akan memberikan uangnya secara cuma-cuma, kecuali seseorang yang akan memberikan umpan balik kepada mereka. 

"Kamu harus, karena ini adalah bisnis." Karena Emma tidak memberikan komentar apapun, Topan menganggap sikap diam Emma sebagai sebuah penerimaan. Selain itu, Topan merasa tidak ingin menghentikan pembicaraannya dengan wanita itu. "Mau menari denganku?" 

Emma menatapnya sejenak sebelum menyambut tangan Topan untuk membawanya ke lantai dansa. 

Dari kursi rodanya, Alex menyaksikan romantisme cucunya berdansa dengan anggun bersama istri barunya. Dia tersenyum melihat mereka. Keinginannya untuk memiliki ahli waris akan segera terwujud melalui Emma. 

"Ini yang Anda cari, Tuan." Asisten pribadi Alex menyodorkan sebuah kertas, lalu berbisik yang membuat Alex mengernyitkan dahinya.

Alex membaca kertas itu dengan seksama lalu mengalihkan pandangannya kepada ayah Emma. "Apa kau yakin?" 

"Yakin, Pak. Dia orang yang menolong Topan waktu itu. Saya akan memintanya untuk datang jika Anda ingin berbicara dengannya." 

"Sulit dipercaya, tapi memang dunia ini kecil. Tak ada yang mustahil. Aku akan bicara dengannya lain kali. Bagaimana dengan Erica?" Alex terkekeh. 

"Dia baik-baik saja. Saya memberinya pekerjaan tambahan supaya dia tidak punya waktu untuk memikirkan Topan, apalagi mencarinya."

Alex mengangguk. "Kita beruntung bisa menemukan Emma, karena Erica akan membahayakan kita. Saya tidak siap menghadapi dampak yang sangat besar karena dia." 

Sang asisten memperhatikan pengantin pria dan wanita yang berdansa dengan iringan musik klasik. Seperti Alex, dia hanya mendoakan yang terbaik untuk mereka. Kemudian, dia mendorong kursi roda sesuai keinginan Alex ke kamar Alex. 

"Kirimkan informan untuk memata-matainya. Kalau anak buahmu menemukan tindakan yang membahayakan kita, bunuh dia. Dan juga Erica. Aku tidak suka ada orang bermuka dua di sekitarku."

Belum sempat asistennya menjawab, dua ketukan terdengar dari pintu. Seorang pelayan tanpa ekspresi bergegas menghampiri Alex. 

"Keluarga Bronson ingin bertemu dengan Tuan. Mereka baru saja tiba." 

Alex kehilangan kata-kata, karena dia tiba-tiba bingung harus menyambut besan. Bagaimana dia menjelaskan kepada mereka jika dia menyambut mereka di rumahnya, sementara ada pernikahan yang sedang berlangsung? 

"Apa yang harus saya katakan pada mereka, Tuan?" tanya pembantunya.

Alex mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan sebelum memutuskan keluar. Mereka pasti akan sangat marah jika mengetahui putri mereka terluka. 

Di ruang pernikahan, kedua mempelai berfoto sebagai kenang-kenangan. Topan mengenakan tuksedo hitam dan berdiri di samping Emma tanpa tersenyum sedikitpun. Dia sengaja memilih pakaian tersebut agar serasi dengan gaun Emma. 

Selama pemotretan, keduanya tidak berusaha mencairkan suasana. Alih-alih mengikuti arahan fotografer, mereka menunjukkan bagaimana menjadi elegan dengan cara yang tanpa ekspresi. 

Saat foto terakhir diambil, asisten Topan bergegas menghampirinya dan berbisik, "Ada telepon dari rumah sakit. Istri Bapak mengalami kemajuan dari komanya."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JERATAN KONTRAK PEWARIS   Bab 70. Tamat.

    Mereka turun di restoran mahal. Topan memesan menu-menu barat yang belum pernah Emma rasakan. Sambil menunggu pelayan mengantarkan makanan, Topan lanjut berbincang. Memperkenalkan banyak hal pada Emma tentang kehidupan orang-orang kaya, kebiasaan mereka dan lainnya."Aku sering melihatnya di tv. Kalian suka membuang-buang uang untuk barang-barang tidak penting. Sandal untuk ke WC saja harganya tiga juta Rupiah." Topan tidak terima dikatakan buang-buang uang hanya untuk sandal WC. Itu bukan buang-buang uang melainkan kualitas hidup dan prestige. "Emma, karena kamu bicara denganku maka aku masih mengerti. Tapi kalau kamu bicara dengan orang lain seperti tadi kamu akan ditertawakan. Tidak tahu apa-apa tentagn kehidupan orang kaya, kenapa membeli produk mahal hanya untuk dipakai di kamar mandi, kenapa beli tas mahal sampai satu milyar untuk satu tas."Topan mendekatkan dirinya lagi pada Emma. Dia ingin Emma memahami tentang gaya hidup dan cara pandang orang kaya dalam memaknai sesuatu b

  • JERATAN KONTRAK PEWARIS   Bab 69. Orang ganteng

    "Kamu pernah ke sini?" Topan bertanya ketika mobil menginjak rem di Kota Tua. "Belum pernah, hanya sering mendengarnya. Katanya Kota Tua tempat wisata yang banyak nilai sejarah," kata Emma, terpana memandang pemandangan Kota Tua yang menakjubkan. Dengan menggendong Kia, Topan menggandeng tangan Emma masuk ke Kota Tua. Dia terlhat sangat keren dan menjadi pusat perhatian pengunjung di sana. Topan menggunakan kaca mata gelap, memakai pakaian kasual yang sederhana tetapi terlihat mahal.Emma awalnya tidak peduli dengan perhatian para perempuan di sana. Namun, dia menjadi risih pada akhirnya karena mereka turut meliriknya.Aroma parfum Topan juga sangat menggoda. Dia sangat wangi dan membuat perempuan semakin tidak bisa berpaling darinya. Emma tahu risiko menjadi istri orang ganteng dan kaya. Namun, apa mereka tidak bisa menjaga matanya sebentar saja?Entah apa yang membuat Emma mengeratkan jarinya di genggaman Topan, tetapi hatinya tidak suka melihat yang matanya lihat.Topan membawa

  • JERATAN KONTRAK PEWARIS   Bab 68. Permintaan terakhir

    "Kamu tahu apa yang paling diinginkan seseorang yang mencinta?" Emma menoleh ketika pertanyaan Topan terdengar menggelikan di telinganya. Entah kenapa Topan terdengar seperti seorang pujangga kali ini."Aku tidak tahu. Aku tidak mengharapkan mencintai lagi karena itu menyakitkan," sahut Emma membuat Topan tertegun. "Aku hanya ingin bebas dan tenang, bahagia bersama Kia dan mewujudkan cita-citaku." Topan mendadak merasa kecil hati karena tidak dilibatkan dalam hidup Emma. Dia lalu bertanya, "Apa kamu tidak ingin bahagia bersamaku?" Emma menoleh padanya. Hati Emma berdesir dan dia merasa melambung ke awan. Emma merasa gugup dan kikuk, salah tingkah karena emosinya seketika berubah. "Apa aku salah kalau berkata 'mungkin' karena tidak mau terburu-buru?" "Kalau aku tidak mau menerima kata mungkin, bagaimana?" Topan malah membuat Emma terjun ke dasar jurang, tidak memiliki jalan keluar untuk naik lagi ke tebing. Kenapa dia suka sekali membingungkan Emma? Apa itu hobinya, membuat orang

  • JERATAN KONTRAK PEWARIS   Bab 67. Kematian Alex.

    Laura mengulur waktu untuk menjawab pertanyaan Topan agar mantan suaminya itu terpancing amarah dan keceplosan mengatakan kebenaran tentang Erica."Saat dia disekap, aku juga ada di sana 'kan? Apa kamu lupa itu,Topan? Jadi sudah pasti aku tahu apa yang terjadi padanya.""Apa yang terjadi padanya?" serang Topan mulai mengikuti alur permainan Laura."Kamu suruh dia keluar menemui seseorang."Topan sempat menegang saat Laura mengatakan tentang perjanjiannya dengan Erica pada hari itu. Ekspresi itu sempat tertangkap oleh Laura meski sekilas. Perempuan itu tersenyum miring dan sinis melihat Topan masuk dalam permainannya. "Kamu dengar sendiri apa yang kukatakan padanya, lalu dia tewas bunuh diri meninggalkan surat permintaan maaf. Siapa yang menduga dia akan berakhir seperti itu? Mengenaskan. Aku tidak menyangka nekat yang dia miliki bisa sejauh itu."Laura memerhatikan Topan dengan ekspresi tajam. Mimik muka Topan ketika berbicara tampak sangat serius dan meyakinkan. Gerakan tubuhnya da

  • JERATAN KONTRAK PEWARIS   Bab 66. Pembunuh Erica

    Topan terdiam kaku di depan ranjang Alex dengan perasaan sakit entah bagaimana mengatakannya. Dia menangis diam, tetapi tangannya menggenggam erat dan geram ketika memegang ujung besi ranjang tersebut. Setelah dokter mengatakan yang terjadi dan penyebab terjadinya penyakit tersebut, Topan sontak dihantui rasa takut. Dia bahkan melupakan Emma dan Kia yang menunggunya di luar. Dia ditemani Dagna menemui Alex. Topan tidak mempunyai kata-kata untuk dikatakan. Namun, di kepalanya bergelayut banyak hal yang membuat sesak dan penat. Satu-satunya orang yang dia miliki, temannya bermain, dan tempatnya berkeluh kesah, Alex akan menjadi mimpi buruk bagi Topan jika pria tua itu pergi. "Kita hanya bisa berdoa buat kakekmu," ujar Dagna mengusap punggung Topan untuk menenangkannya. "Maafkan Bibi karena lalai menjaga kakekmu."Dagna mengatakannya dengan suara dan bibir bergetar. Matanya belum berhenti meneteskan air matas sejak Topan mengajaknya masuk ke kamar Alex. "Kakek tidak boleh mati. Tid

  • JERATAN KONTRAK PEWARIS   Bab 65. Penyakit Alex.

    "Tidak perlu, aku tahu kamu mengambil kesempatan." Emma memalingkan muka. Entah apa yang membuatnya kikuk dan pipinya merona.Emma juga tidak bisa menjabarkan bagaimana jantungnya berdetak tidak karuan dan sekujut tubuhnya mulai terasa gemetar."Kenapa kamu bilang begitu? Aku punya hak untuk melakukan itu. Kita suami istri. Jadi, apanya yang salah?"Emma tidak menggubris komentar Topan, melainkan beranjak menuju ke kasur, mengambil posisi di sebelah Kia. Topan juga melakukan hal serupa. Sebelumnya, dia mengirim pesan pada Jeremy untuk mengabarinya bila pesawat sudah tiba di bandara.Topan membelai pipi Kia. Dia merasa penat dan beban di bahu luruh ketika jarinya yang kasar dan besar menyentuh kulit Kia yang halus. Lelahnya pun menjadi hilang melihat Kia tidur lelap dengan polosnya."Ceritakan padaku, bagaimana masa kecilmu? Aku ingat kita tidak pernah membahas topik ini sebelumnya," kata Topan memandang Emma."Aku suka bermain layangan. Dulu aku sering bermain di lapangan dekat rumah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status