Share

3. BATAL JADI MAK COMBLANG

Di dalam kelas Sandra. Sandra terlihat duduk di kursinya dengan bibir manyun. Ririn yang sedang ngobrol dengan teman di bangku depan melirik sekilas. Ia yakin kalau barusan Sandra pasti bertemu dengan Atika di depan kelas tadi. Dari dalam kelas ia sempat melihat hal itu sejenak tanpa sengaja. Meski sesaat, tapi Ririn melihat Sandra dan Atika hanya saling berpandangan sebentar lalu Sandra yang lebih dahulu memalingkan wajah dan masuk ke dalam kelas.

            Karena melihat wajah Sandra yang kusut dan ditekuk, Ririn memilih terus ngobrol dengan teman yang di depan bangkunya. Guru bidang studi selanjutnya juga belum kelihatan apakah akan segera datang atau tidak. Padahal bel tanda istirahat usai sudah berbunyi sepuluh menit lalu.

            Suasana kelas berdengung layaknya suara sekelompok besar lebah sedang berkumpul. Ya, begitulah suasana kelas jika tak ada guru yang masuk tetapi murid-murid memilih tetap diam di kelas. Karena tak tahu harus mengerjakan apa dan belum ada tugas yang harus diselesaikan, maka para siswa dan siswi ada yang ngobrol dengan teman-teman sebangku atau yang bangkunya berdekatan. Ada yang menggambar, baca buku, ada pula yang hanya merebahkan kepalanya di atas meja dan memejamkan mata. Hmm, mungkin mengantuk.

            Sandra sendiri memilih berdiam diri. Ia tak ingin membahas apapun atau dengan siapa pun. Tadi di perpustakaan, ia sudah habis-habisan curhat pada Jerry yang merupakan kakak sepupunya. Curhat tentang Atika tentunya. Tentang semua sikap dan perilakunya yang sudah banyak berubah.

            “Kamu yakin karena gara-gara dia milih berjilbab?” Jerry menatap manik mata Sandra yang berkabut.

            Sandra berdecak. Ia kesal karena sudah menjelaskan panjang lebar tentang masalahnya tetapi kakak sepupunya itu malah meragukannya. Tidak paham atau memang pura-pura enggak paham, sih? Sudah capek ngomong sampai berbusa, masa Jerry hanya berkomentar singkat seperti itu? Apa enggak ada komentar lain yang sifatnya mendukung dugaannya?

            Buat Jerry, sebenarnya enggak aneh kalau Sandra curhat tentang sahabatnya. Sebab memang sejak kecil ia menjadi tempat curhat sepupunya yang cerewet itu. Sepupu yang bertumbuh bersamanya sejak kecil. Di lingkungan yang sama karena mereka tinggal berdekatan. Posisi rumah mereka saling berhadap-hadapan satu sama lain. Hanya terpisahkan oleh jalan selebar lima meter saja. Dekat sekali, kan?

            Sandra memang cerewet. Namun, sebenarnya ia orang yang perhatian dan sensitif. Sudah tidak aneh lagi bagi Jerry mendengar keluhan dari mulut gadis itu. Sudah puluhan orang teman atau bahkan sahabat Sandra yang diceritakan. Jadi sedikit banyak Jerry tahu karakter-karakter teman-teman Sandra dari cerita-cerita gadis itu tanpa perlu menemui mereka satu persatu.

            Jerry memilih percaya –lebih tepatnya pura-pura percaya— agar Sandra tidak ngambek dan merasa diabaikan. Sifat manja sepupunya itu kadang membuatnya kewalahan dengan dirinya yang tidak terbiasa bermanja-manja. Ya iyalah. Masa jadi cowok manja? Apa kata dunia nanti? Bisa-bisa kadar kemachoannya sebagai seorang cowok bisa menurun tajam. Mana bentuk fisiknya tinggi besar dengan kulit sawo matang dan rambut lurus. Alis tebal dan ada sedikit bulu-bulu kumis di atas bibirnya. Suaranya juga cukup berat, nge-bass kalau mamanya bilang. Cowok banget, kan? Pasti enggak cocok banget kalau bertingkah kemayu.

            Nah, yang anehnya biasanya ia tak terlalu ambil peduli dengan teman-teman adik sepupunya itu. Tidak sekalipun tertarik untuk melihat secara langsung sosok-sosoknya. Sebelum-sebelumnya selalu begitu. Tapi sejak adik sepupunya itu masuk SMA yang sama dengannya dan mengenalkan Atika kepadanya, entah kenapa Jerry ingin melihat secara langsung wujud sahabat sepupunya itu seperti apa. Seperti ada aura aneh yang memikatnya dan menariknya untuk melihat Atika face to face.

            Sebaliknya. Sandra merasa heran kenapa kakak sepupunya itu tiba-tiba begitu tertarik ingin mengenal Atika. Padahal biasanya ketika ia bercerita, begitu cerita selesai, ya sudah. Jerry hanya memberi saran sedikit jika diminta. Namun, kali ini berbeda. Jerry ingin dikenalkan langsung dengan Atika. Sepertinya dia penasaran dan tertarik.

            Sandra sih setuju-setuju saja. Ia tahu pasti kalau Jerry atau cowok lainnya di sekolah mereka pasti akan menyukai Atika yang memang cantik dan menarik. Wajah oval dengan ujung dagu yang sedikit terbelah, berkulit putih agak kemerahan, dengan kedua mata yang tidak terlalu besar namun selalu berbinar-binar. Alis yang lumayan tebal dan bentuknya rapi. Tak perlu dicukur supaya mendapatkan bentukan alis yang sekarang sedang digemari, agak tebal dan membulat di pangkalnya, meruncing di ujungnya lalu sedikit naik ke arah pelipis. Lengkung yang sempurna!

            Kemudian hidungnya yang mungil meski tak bisa dibilang pesek. Memang tak sebangir para artis korea, sih. Yang penting asli alias orisinal dengan tulang hidung yang kokoh. Terakhir, bibir merah yang penuh dan berbentuk sempurna. Kalau jadi model iklan lipstik kayaknya cocok juga, hahaha!

            Hhh. Sandra tanpa sadar tersenyum-senyum sendiri diam-diam, lalu sedetik kemudian menghela napas dan murung kembali. Sebenarnya saat mengingat Atika, selalu ada perasaan nyaman yang hadir menghangatkan hatinya. Kadang tanpa sadar ia tersenyum sendiri mengingat sahabatnya yang satu itu. Tiada hari tanpa cerita mengasyikkan dengan Atika.

            Sejak ia berhasil mengenalkan Atika dan Jerry secara langsung, rupanya kakak sepupunya itu langsung jatuh hati padanya. Jerry lalu memintanya untuk menjadi “mak comblang” agar ia bisa memacari Atika. Mereka memang akhirnya berkenalan secara langsung di sekolah setelah dua bulan menjalani hari-hari sebagai siswa kelas satu SMA, sedangkan Jerry saat itu sudah duduk di kelas dua SMA.

            Tapi sayangnya Jerry tidak memiliki keberanian untuk “menembak” langsung Atika. Ia hanya berani mengagumi gadis itu dari kejauhan. Sudah sering Sandra mengajaknya ikut serta jika ia dan Atika memiliki acara jalan berdua, entah ke toko buku atau sekadar jajan bakso. Tapi Jerry selalu menolak dan menolak.

            “Belum waktunya, San. Aku mau cari waktu yang tepat.” Begitu selalu alasannya tiap kali Sandra mengajaknya selangkah lebih berani untuk mendekati Atika.

            “Cepetan! Ntar dia disamber cowok lain baru tau rasa, lho! Kan kalau cowok itu harusnya berfilosofi ‘siapa cepat, dia dapat’. Bagaimana sih kamu, ah! Payah, Kakak!” ledek Sandra setengah menggerutu.

            Waktu pembicaraan itu terjadi, Sandra sedang bersantai di ruang keluarga sambil menonton konten musik youtube di laptopnya. Jerry tiba-tiba datang menghampiri sambil melemparkan kunci motor ke atas meja dan membantingkan pantatnya ke atas sofa lalu merebahkan punggungnya ke sandaran sofa dan memejamkan kedua matanya.

            Sandra yang sedang menikmati waktu santainya melirik dan melotot tanda tak suka. Apalagi sikap Jerry yang main lempar sana sini seperti barusan. Kalau nanti kunci motornya hilang, baru tahu rasa, lho! Runtuknya dalam hati. Enggak ada jaminan barang-barang di rumah ini bakalan tetap aman di posisi sementaranya kalau tidak diletakkan pada tempat yang seharusnya.

            Lalu mulailah kakak sepupunya itu curhat kalau dia ingin bisa semakin dekat dengan Atika. Sandra menyuruhnya untuk segera menembak sahabatnya itu. Tapi Jerry malah mendadak berubah pikiran. Hadeeh! Maunya apa sih ini cowok? Keluh Sandra dalam hati.

            “Cowok kok enggak ada nyali!” ledek Sandra lagi tanpa basa-basi.

            “Lha, ada kamu apa fungsinya, dong?” Jerry malah balik meledeknya dengan ekspresi tenang.

            “Apa maksudnya?” Kedua mata sipit Sandra membelalak.

            “Ya, kamu kan sahabatnya. Ya, jagain dia. Mata-matain dia. Kalau ada cowok yang naksir dia, ya cegahlah sama kamu.” Jerry enak saja bicara begitu dengan santainya tanpa ada beban.

            Sandra memutar kedua bola matanya dan menghela napas kasar. “Kamu pikir aku baby sitter-nya Atika? Yang 24 jam ngawasin dia? Kayak aku enggak punya kehidupan aja, ih!” cibir Sandra.

            “Ya, aku kan udah minta tolong sama kamu. Bantuin dong kakak sepupumu yang gantengnya luar biasa ini biar enggak jomblo terus. Udah kelas dua SMA masih jomblo? Apa kata dunia? Menyedihkan, bukan?” Jerry memasang tampang memelas dan posisi kedua tangannya terbuka seperti orang yang sedang berdoa.

            Sandra terkikik geli mendengarnya. Ia kasihan sekaligus ingin tertawa melihat Jerry yang biasanya serius dan cuek berakting seperti jones alias jomblo ngenes sedunia. Hahaha!

            “Malah ketawa bukannya kasihan atau kasih dukungan, gitu?” Jerry gantian mencibir sambil berusaha merebut keripik yang sedang dimakan Sandra.

            “Eits!” Sandra menghindar dan berkelit, meski tak ayal keripik yang dipegangnya malah jatuh berhamburan ke lantai.

            Jerry yang melihat itu tertawa terbahak-bahak lalu mengambil langkah seribu. Sandra menjerit kesal dan meneriakkan namanya. Menyuruhnya kembali dan mengganti keripiknya yang baru sedikit termakan.

            “Keripikku! Gantiin, Jerry!” pekik Sandra kesal sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya ke lantai.

To be continued

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status