Share

Part 7

Author: Manda Azzahra
last update Last Updated: 2022-07-05 15:05:34

"Kenapa Abang jadi galak? Kalau tidak mau kan tidak harus marah-marah." Aku mulai menangis.

Hatiku terasa begitu sakit. Entah karena merasa dia terlalu kasar hanya karena masalah sepele seperti ini, ataukah saat dia kembali membawa-bawa nama Kania.

Obsesi katanya? Dia bilang aku iri? 

Ya. Aku memang iri. Gadis bernama Kania telah mencuri perhatian dan semua waktu yang dulu bang Haikal berikan untukku. Lebih memilih mengantar Kania yang berlawanan arah ketimbang menjemputku dari pulang les meski tempat tinggal kami berdekatan.

"Minta Eka atau Pak Ali menjemputmu, ya. Kasihan kalau Kania pulang sendirian."

Alasan ke sekian yang membuatku begitu membenci Kania.

*

Aku dan suamiku akhirnya memakai mobil ayah. Dia akhirnya mengalah setelah melihatku menangis, lalu meminta maaf karena terlalu kasar dan berjanji tidak akan mengungkit soal Kania lagi. 

Ya. Sebesar itu cara dia menghargai perasaanku. Tapi, jika perasaannya sendiri juga belum berubah untuk mencintaiku, aku bisa apa?

Kami sampai di tempat acara. Sebuah kafe yang dibooking dari sore hingga malam untuk merayakan ulang tahun Dea. Dea langsung menyambut kedatangan kami dengan begitu antusias. Dia temanku sejak SMP dan SMA hingga sekarang.

Dia juga salah satu orang yang tak percaya bahwa akhirnya aku akan menikah dengan pria dari masa kecilku. Mengingat begitu besarnya perbedaan aku dan Kania saat itu. Pria normal mana pun pasti akan lebih mengagumi sosok Kania ketimbang aku.

"Sadar, Dwi. Kania itu wanita super. Cantik, dewasa, pintar, pekerja keras, selalu ceria. Bang Haikal tidak akan mungkin menukarnya dengan gadis ingusan sepertimu. Sudah bodoh, cengeng, manja. Dan yang paling membuat mereka cocok adalah...." Dea sedikit merapatkan bibirnya ke telingaku. "Mereka sederajat. Tak ada lagi peluang untukmu." 

Bisikannya terdengar seperti ayat kursi pada orang yang kerasukan. Membuat kupingku panas dan hampir kejang-kejang.

Itulah kata-kata Dea yang sempat membuatku memblokir semua akses padanya selama tiga hari, hingga dia sampai harus meneror seluruh keluargaku agar aku memaafkannya.

Kini seperti menjilat ludah sendiri, dia begitu memuji betapa ideal dan romantisnya hubungan kami saat ini.

Aku dan suamiku duduk di kursi pojokan sambil menikmati hidangan. Wajah kecut itu hanya diam. Tak ada pembicaraan yang kami lakukan dari sepanjang jalan tadi. Tak sedikit pun tersirat di wajahnya menikmati suasana pesta. Seperti yang sudah-sudah, dia hanya ikut layaknya menjalankan sebuah kewajiban saja.

"Abang mau salad buah? Aku ambilkan, ya?" Aku mencari alasan untuk mengajaknya bicara. Dia hanya mengangguk, tak menolak.

Aku langsung bangkit dan menuju meja hidangan. Mengambil satu porsi salad buah, lalu ingin segera kembali. Tanpa sadar seseorang menepuk pundakku dari belakang.

"Dwi!" 

Aku langsung menoleh. Mataku menyipit meyakinkan diri bahwa aku tidak salah lihat.

"Bima?" Aku langsung mengenali pemuda itu.

"Kupikir kau sudah tidak ingat." Dia tersenyum ramah.

"Tentu saja aku masih ingat. Sedang apa kau di sini?"

"Menghadiri pesta."

"Ya. Maksudku, kau...."

"Aku kembali. Setelah lulus SMA kami kembali tinggal di sini."

"Oh, begitu." Aku mengagguk tanda mengerti.

"Kau bersama siapa?" tanyanya lagi.

"Aku bersama suami. Dia ada di sana." Aku menunjuk ke arah bang Haikal yang masih bersandar di sofa pojok, masih dengan wajah datar seperti sudah bosan berada di sana.

"Suami?" Matanya menyipit. "Kau... tidak kuliah?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Indomie Jerukperas
tipe2 anak manja yg apa apa harus dituruti dan tak tau diri, kasian Haikal
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 83 (Ending)

    "Sudah kubilang itu bukan urusanmu. Kau semakin lancang, Bim. Aku tak mau punya teman sepertimu!" Kubuang muka, tanda tak terima dengan sikapnya."Aku mendengar pembicaraanmu saat di toko buku. Kenapa tak menurut saja? Suamimu bahkan ingin menjauh dengan kembali menyekolahkanmu." Ucapannya kini tak lagi kasar. Terkesan seperti memohon pengertian.Aku menelan ludah. Lalu beralih kembali menatap wajahnya. Begitukah cara dia mengungkapkan perasaannya? Sama sekali tak ada bedanya denganku. Egois dan selalu menggunakan berbagai cara."Kau mengikuti kami?" Aku langsung menebak.Dia sama sekali tidak menyangkal. Malah memandangku dengan sorot mata yang... mungkin meminta pengertian."Sikapmu sama sekali tidak mencerminkan mahasiswa terpelajar, Bim. Kau seperti....""Ya! Aku terlihat seperti orang gila, kan?!" Menggeram dia menebak ucapanku yang terhenti. "Aku sama sepertimu. Jatuh cinta pada orang yang salah."Mata itu kini

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 82

    Setelah menjalani proses yang memakan waktu cukup lama, akhirnya pengadilan memutuskan Kania bersalah. Dia dijatuhi hukuman dua tahun kurungan.Aku merasa lega, bukan hanya karena tindakan kekerasan yang dia lakukan terhadapku. Namun juga karena sikapnya yang selama ini terus menerus meneror batinku. Membuatku merasa tak layak dicintai oleh suamiku sendiri. Juga membuat bang Haikal selalu merasa rendah diri dan takut mencintai wanita sepertiku, meski telah sah menjadi isterinya.Masih kuingat dengan jelas wajah terakhir gadis itu sebelum petugas membawanya. Tak ada penyesalan terlihat di sana. Seolah apa yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang salah. Di sidang-sidang sebelumnya pun dia selalu mengumpat jika sedang berpapasan denganku. Mengatakan kalau dia belum kalah, dan akan merebut kembali miliknya yang telah aku curi.Matanya jelas masih begitu berharap agar bisa bertemu lagi dengan suamiku. Memang selama sidang berlangsung, hanya sekali mantan kekasihnya itu

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 81

    "Jangan pedulikan ucapan mereka, Bang." Aku mulai merayu saat mendatangi suamiku di kamarnya. Aku membantu melepaskan kemeja yang tadi dia pakai.Entahlah. Masih canggung rasanya bagi kami untuk bersatu dan menempati kamar yang sama. Hingga kami masih harus saling menghampiri jika ada yang ingin dibicarakan."Sudah kubilang aku tak apa-apa." Bang Haikal tersenyum sembari memakai kaos oblong tipis untuk tidur. Lalu seenaknya membuka kancing dan resleting celana panjang, lalu menurunkannya tanpa pemberitahuan."Ish, Abang!" Tubuhku refleks berbalik memunggunginya. Malu jika melihat sesuatu yang sebenarnya sudah pernah aku rasakan."Kau kenapa?" Dia berjalan dengan suara yang kian mendekat."Kenapa buka celana di hadapanku?" Aku merengek."Kau ini aneh. Seperti tidak pernah melihatnya saja." Bang Haikal berjalan mendekati pintu dan menggantung celana panjang tadi. Kini dia sudah terlihat memakai celana pendek di bawah lutut."Tapi

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 80

    Bima tampak masih sangat tenang meski semua orang menatapnya. Ingin sekali rasanya aku mencekik lehernya karena telah membuat suamiku kembali memikirkan hal yang bukan-bukan tentang aku dan dia.Bang Haikal pasti berpikir kalau Bima masih menaruh perhatian dan mencari cara agar bisa mendekatkan diri denganku. Tanpa dia tahu, kini aku dan Bima terlibat selisih paham karena kekurang ajaran mahasiswa psikologi itu.Jika malam ini sampai terjadi masalah lagi di antara kami karena Bima, aku bersumpah akan melempar kaca jendelanya hingga pecah. Aku lelah dengan semua masalah yang seperti tidak ada habisnya."Wah, Bima baik sekali. Kau dengar itu, Dwi?" Ibu tampak lebih mengagumi pemuda itu dari sebelumnya. "Harusnya kau juga bersemangat seperti Bima. Bukannya kalian seumuran? Kau bisa mengejar ketertinggalan jika belajar bersama Bima."Aku mendesis pelan. Ibu seolah-olah masih menaruh harapan agar aku juga memiliki antusias seperti Bima. Menjadi anak perempuan

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 79

    Aku rasa sikapku selama ini terlalu kasar menghadapinya. Dari caranya menatapku tadi, seperti ingin menyapa dan menanyakan kabarku. Namun hal itu urung dia lakukan, karena Kania langsung menarik tangannya, dan menyeretnya menjauh dari kami.Tak lama kulihat sebuah mobil Daihatsu Sigra berhenti menghampiri mereka. Lalu gadis yang masih menatapku dengan penuh kebencian itu menghilang bersama ibunya saat mobil itu melintasi dan meninggalkan tempat."Singgah ke rumah, ya, Dwi. Biar nanti Haikal suruh menjemputmu di rumah." Ibu merangkulku hendak menuju mobil.Aku melirik Bima sekilas."Iya, Bu. Bang Haikal pasti akan bergegas menjemput jika tahu aku tidak di rumah." Sengaja aku bicara berlebihan agar Bima tahu bahwa hubungan rumah tanggaku tak seperti yang dia pikirkan.Dia hanya menatapku tajam tanpa mengucap sepatah kata pun.*[Norak!] Sebuah pesan whatsapp masuk atas nama Bima.Mataku membesar saat membacanya. Aku yang duduk di bangku belakang mobil milik ayah langsung membalasnya.[K

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 78

    "Sudah mulai nakal kau rupanya, ya." Bang Haikal menyentil keningku dengan jemarinya. Membuat bibirku mengerucut dibuatnya."Makanya jangan menyuruhku yang bukan-bukan. Lebih baik aku mengurus sepuluh anak daripada memegang buku pelajaran," protesku.Dia tertawa kecil. "Kalau soal membantah, kau memang juaranya." Bang Haikal mengacak-acak rambutku.Aku tersenyum malu. Menganggap bahwa hal itu adalah suatu pujian, bukan lagi sebuah sindiran yang dia alamatkan untuk mengejekku seperti biasanya.*Siang ini aku menemani Dea ke toko buku. Tadi aku menghampirinya di kampus, lalu pergi bersama dengan Honda Brio merah-nya. Hal rutin yang sering kami lakukan saat bahan bacaan di rumah sudah habis.Dea terkikik geli saat aku menceritakan ide bang Haikal yang ingin kembali menyekolahkanku. Aku mencubit bahunya karena terus-terusan meledek, bahwa suamiku mungkin amnesia dan tak lagi mengenalku. Si bodoh yang ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa menikah dengan pria impiannya."Wanita yang baik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status