Share

Part 8

Author: Manda Azzahra
last update Last Updated: 2022-07-05 15:06:22

"Eh, sudah, ya? Suamiku pasti sudah menunggu." Aku bergegas pergi tanpa berniat menjawab pertanyaannya.

Kuliah? 

Bahkan berangkat sekolah dulu pun aku sudah malas. Tak ada pelajaran yang aku sukai. Juga tak ada guru tampan atau kakak kelas yang membuatku bersemangat menuju ke sana. Yang kupikirkan hanyalah bagaimana caranya agar cepat pulang dan melintasi rumah kontrakan yang ditempati bang Haikal dan keluarganya.

"Ini saladnya, Bang." Aku meletakkan mangkuk kecil di atas meja. Dia hanya mengangguk.

"Abang lama menunggu, ya? Tadi aku berbicara sebentar dengan teman. Sudah lama tidak bertemu. Dulu dia itu__."

"Tidak apa-apa," selanya sebelum aku menyelesaikan ucapan. "Kau temui saja dulu teman-temanmu. Aku tunggu di sini." 

"Abang bosan, ya?"

"Kubilang tidak apa-apa. Ini pesta temanmu. Berbaurlah."

Aku tak menggubris ucapannya. Aku lebih memilih menemaninya meski tahu tak akan ada pembicaraan berarti di antara kami. Ingin sekali aku mengajaknya pulang. Kasihan karena kelihatannya dia tidak betah. 

Lagipula tak satu pun yang dia kenal. Hanya Dea dan juga beberapa teman wanitaku saja yang dulu sering main ke rumah. Selebihnya hanya para mahasiswa dan juga mahasiswi yang tidak sefrekuensi dengannya yang seorang karyawan.

Tak lama acara di mulai. Aku menarik tangan suamiku untuk berdiri dan mendekat. Usai memotong kue tart dan membaca doa, kurasa aku bisa mengajaknya pulang. Aku dan dia tentu saja tak perlu menikmati acara musik sebagai puncaknya hingga larut malam nanti.

Lagu selamat ulang tahun dinyanyikan. Ucapan doa juga sudah dilantunkan. Potongan demi potongan kue dia berikan pada beberapa orang, temasuk aku. Lalu semua kembali ke posisi dengan koloninya masing-masing.

"Kita pulang, ya, Bang." Lagi-lagi dia hanya mengangguk. 

Usai pamit pada Dea dan teman-teman yang lain, aku kembali menghampirinya. Aku meraih lengannya saat dia tengah berdiri mematung memandang sesuatu. Aku langsung menoleh ke arah pandangannya. Tiba-tiba saja jantung ini menjadi begitu sesak.

Seorang gadis tengah berdiri di sudut sana, melihat ke arah suamiku. Entah sudah berapa lama mereka saling berpandangan. Dan itu menghancurkan hati dan juga harga diriku.

Aku yang kini berdiri di sisi suamiku mendongak untuk melihat wajahnya. Raut wajah itu seperti sedang menyimpan sebuah kerinduan. Sorot matanya tak lekang menatap objek di depannya.

Hatiku hancur. Air mataku lolos begitu saja. Tak lama gadis itu mengalihkan pandangan karena seseorang mengajaknya bicara. Tawa riangnya dengan lawan bicaranya membuat raut wajah suamiku begitu menyedihkan. Seperti mengingat-ingat kejadian di masa lalu.

Aku sudah tak tahan lagi. Lalu berlari keluar meninggalkan laki-laki itu tanpa pamit. Entah dia menyadari atau tidak, bahwa baru saja aku tadi berada di sisinya, lalu meninggalkannya begitu saja.

Aku sampai di tempat parkir menuju mobil. Menangis di samping pintu sambil menarik-narik handelnya. Pikiranku kacau hingga tak lagi sadar bahwa kuncinya masih dipegang oleh suami jadi-jadian itu.

Aku menangis sesenggukan. Bahkan merengek sambil mengentakkan kaki saking kesalnya.

Kania. 

Kenapa gadis itu berada di sana? Menatap suamiku tanpa rasa bersalah. Harusnya dia tahu diri bahwa mereka kini tak lagi bersama. 

Akhir-akhir ini dia bagai teror yang terus menerus berada di sekitar suamiku. Membuatku berpikir bahwa ini bukan hanya sebuah kebetulan. Mereka pasti selama ini sudah bersandiwara dan sengaja membuat janji bertemu.

Aku semakin sesenggukan hingga dadaku terasa begitu sesak. Aku berjongkok saking tak kuatnya menahan sakit. Kedua lututku lemas membayangkan jika selama ini aku telah dikhianati.

Dalam tangisan kulihat sepasang kaki melangkah dari arah depan. Sebentar saja sepatu sport itu sudah berbaris rapi di hadapanku.

"Kau sedang apa?"

                                 ~~~~

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Larose
meskipun Dwi tingkahnya spt tuan putri yg manja tp positifnya dia bisa jd istri yg baik bahkan bisa menyesuaikan diri dgn kehidupan Haikal yg sederhana,sbg seseorang yg jauh lbh dewasa sebaiknya Haikal bicara serius dgn Dwi biar dan menjelaskan biar gak selalu berfikiran negatif ttg dirinya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 83 (Ending)

    "Sudah kubilang itu bukan urusanmu. Kau semakin lancang, Bim. Aku tak mau punya teman sepertimu!" Kubuang muka, tanda tak terima dengan sikapnya."Aku mendengar pembicaraanmu saat di toko buku. Kenapa tak menurut saja? Suamimu bahkan ingin menjauh dengan kembali menyekolahkanmu." Ucapannya kini tak lagi kasar. Terkesan seperti memohon pengertian.Aku menelan ludah. Lalu beralih kembali menatap wajahnya. Begitukah cara dia mengungkapkan perasaannya? Sama sekali tak ada bedanya denganku. Egois dan selalu menggunakan berbagai cara."Kau mengikuti kami?" Aku langsung menebak.Dia sama sekali tidak menyangkal. Malah memandangku dengan sorot mata yang... mungkin meminta pengertian."Sikapmu sama sekali tidak mencerminkan mahasiswa terpelajar, Bim. Kau seperti....""Ya! Aku terlihat seperti orang gila, kan?!" Menggeram dia menebak ucapanku yang terhenti. "Aku sama sepertimu. Jatuh cinta pada orang yang salah."Mata itu kini

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 82

    Setelah menjalani proses yang memakan waktu cukup lama, akhirnya pengadilan memutuskan Kania bersalah. Dia dijatuhi hukuman dua tahun kurungan.Aku merasa lega, bukan hanya karena tindakan kekerasan yang dia lakukan terhadapku. Namun juga karena sikapnya yang selama ini terus menerus meneror batinku. Membuatku merasa tak layak dicintai oleh suamiku sendiri. Juga membuat bang Haikal selalu merasa rendah diri dan takut mencintai wanita sepertiku, meski telah sah menjadi isterinya.Masih kuingat dengan jelas wajah terakhir gadis itu sebelum petugas membawanya. Tak ada penyesalan terlihat di sana. Seolah apa yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang salah. Di sidang-sidang sebelumnya pun dia selalu mengumpat jika sedang berpapasan denganku. Mengatakan kalau dia belum kalah, dan akan merebut kembali miliknya yang telah aku curi.Matanya jelas masih begitu berharap agar bisa bertemu lagi dengan suamiku. Memang selama sidang berlangsung, hanya sekali mantan kekasihnya itu

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 81

    "Jangan pedulikan ucapan mereka, Bang." Aku mulai merayu saat mendatangi suamiku di kamarnya. Aku membantu melepaskan kemeja yang tadi dia pakai.Entahlah. Masih canggung rasanya bagi kami untuk bersatu dan menempati kamar yang sama. Hingga kami masih harus saling menghampiri jika ada yang ingin dibicarakan."Sudah kubilang aku tak apa-apa." Bang Haikal tersenyum sembari memakai kaos oblong tipis untuk tidur. Lalu seenaknya membuka kancing dan resleting celana panjang, lalu menurunkannya tanpa pemberitahuan."Ish, Abang!" Tubuhku refleks berbalik memunggunginya. Malu jika melihat sesuatu yang sebenarnya sudah pernah aku rasakan."Kau kenapa?" Dia berjalan dengan suara yang kian mendekat."Kenapa buka celana di hadapanku?" Aku merengek."Kau ini aneh. Seperti tidak pernah melihatnya saja." Bang Haikal berjalan mendekati pintu dan menggantung celana panjang tadi. Kini dia sudah terlihat memakai celana pendek di bawah lutut."Tapi

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 80

    Bima tampak masih sangat tenang meski semua orang menatapnya. Ingin sekali rasanya aku mencekik lehernya karena telah membuat suamiku kembali memikirkan hal yang bukan-bukan tentang aku dan dia.Bang Haikal pasti berpikir kalau Bima masih menaruh perhatian dan mencari cara agar bisa mendekatkan diri denganku. Tanpa dia tahu, kini aku dan Bima terlibat selisih paham karena kekurang ajaran mahasiswa psikologi itu.Jika malam ini sampai terjadi masalah lagi di antara kami karena Bima, aku bersumpah akan melempar kaca jendelanya hingga pecah. Aku lelah dengan semua masalah yang seperti tidak ada habisnya."Wah, Bima baik sekali. Kau dengar itu, Dwi?" Ibu tampak lebih mengagumi pemuda itu dari sebelumnya. "Harusnya kau juga bersemangat seperti Bima. Bukannya kalian seumuran? Kau bisa mengejar ketertinggalan jika belajar bersama Bima."Aku mendesis pelan. Ibu seolah-olah masih menaruh harapan agar aku juga memiliki antusias seperti Bima. Menjadi anak perempuan

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 79

    Aku rasa sikapku selama ini terlalu kasar menghadapinya. Dari caranya menatapku tadi, seperti ingin menyapa dan menanyakan kabarku. Namun hal itu urung dia lakukan, karena Kania langsung menarik tangannya, dan menyeretnya menjauh dari kami.Tak lama kulihat sebuah mobil Daihatsu Sigra berhenti menghampiri mereka. Lalu gadis yang masih menatapku dengan penuh kebencian itu menghilang bersama ibunya saat mobil itu melintasi dan meninggalkan tempat."Singgah ke rumah, ya, Dwi. Biar nanti Haikal suruh menjemputmu di rumah." Ibu merangkulku hendak menuju mobil.Aku melirik Bima sekilas."Iya, Bu. Bang Haikal pasti akan bergegas menjemput jika tahu aku tidak di rumah." Sengaja aku bicara berlebihan agar Bima tahu bahwa hubungan rumah tanggaku tak seperti yang dia pikirkan.Dia hanya menatapku tajam tanpa mengucap sepatah kata pun.*[Norak!] Sebuah pesan whatsapp masuk atas nama Bima.Mataku membesar saat membacanya. Aku yang duduk di bangku belakang mobil milik ayah langsung membalasnya.[K

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 78

    "Sudah mulai nakal kau rupanya, ya." Bang Haikal menyentil keningku dengan jemarinya. Membuat bibirku mengerucut dibuatnya."Makanya jangan menyuruhku yang bukan-bukan. Lebih baik aku mengurus sepuluh anak daripada memegang buku pelajaran," protesku.Dia tertawa kecil. "Kalau soal membantah, kau memang juaranya." Bang Haikal mengacak-acak rambutku.Aku tersenyum malu. Menganggap bahwa hal itu adalah suatu pujian, bukan lagi sebuah sindiran yang dia alamatkan untuk mengejekku seperti biasanya.*Siang ini aku menemani Dea ke toko buku. Tadi aku menghampirinya di kampus, lalu pergi bersama dengan Honda Brio merah-nya. Hal rutin yang sering kami lakukan saat bahan bacaan di rumah sudah habis.Dea terkikik geli saat aku menceritakan ide bang Haikal yang ingin kembali menyekolahkanku. Aku mencubit bahunya karena terus-terusan meledek, bahwa suamiku mungkin amnesia dan tak lagi mengenalku. Si bodoh yang ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa menikah dengan pria impiannya."Wanita yang baik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status