🏵️🏵️🏵️
Aku dan Mas Haris, kini berada di rumah Bapak dan Ibu. Kedua orang tua tersebut menyambut kami dengan penuh semangat. Terpancar kebahagiaan di wajah mereka melihat kedatangan kami. Ibu langsung memelukku sangat erat. Beliau mengajak ke kamar mungil milikku dan Tiwi.
“Bagaimana perasaan kamu setelah menjadi istri Nak Haris?” tanya Ibu setelah kami duduk di tempat tidur.
“Alhamdulillah Tika bahagia, Buk.” Aku memberikan jawaban yang tidak mengecewakan Ibu.
“Ibu kepikiran kalau kamu tidak bisa menjadi istri dan menantu yang diharapkan keluarga barumu.”
“Ibu tenang aja karena Tika ikhlas menikah dengan Mas Haris.”
“Tapi awalnya, Ibu dan Bapak yang memintamu untuk menikah dengan Nak Haris. Ibu berpikir kalau kamu akan tertekan.”
“Ibu jangan pernah berpikiran seperti itu. Mas Haris baik sama Tika. Dia suami terbaik pilihan Bapak dan Ibu.”
“Alhamdulillah kalau kamu baik-baik saja. Sekarang Ibu merasa lega. Yuk, buatin minum untuk suamimu!” Aku melihat senyuman di bibir Ibu.
Aku segera ke dapur untuk menyuguhkan teh kepada Mas Haris. Akhirnya, aku kembali menginjakkan kaki di rumah mungil ini, tetapi penuh dengan kedamaian di dalamnya. Banyak kenangan tercipta yang tidak mungkin dapat terlupakan di istana milik keluargaku ini.
Setelah selesai menyiapkan teh untuk Mas Haris, aku kembali melangkah ke ruang tamu. Ternyata Ibu sudah duduk di samping Bapak. Aku menaruh minuman di meja, kemudian duduk di samping Mas Haris.
“Minum tehnya, Mas,” pintaku kepada Mas Haris.
“Terima kasih, Sayang.”
Bapak dan Ibu melihat ke arahku dengan tatapan yang tidak dapat aku mengerti. Apa mungkin mereka merasa aneh mendengar panggilan yang diberikan Mas Haris kepadaku? Laki-laki yang kini berstatus sebagai pendamping hidupku itu telah membuatku salah tingkah di depan orang tuaku.
“Tiwi ke mana, Buk?” Aku tidak melihat adikku semenjak kami tiba di rumah ini.
“Katanya lagi ada kerja kelompok di rumah temannya,” jawab Ibu.
“Ooo … pantas nggak kelihatan batang hidungnya.”
Mas Haris berbincang panjang lebar dengan orang tuaku. Sikap yang dia tunjukkan saat ini sungguh jauh berbeda dibandingkan dulu. Sekarang, dia benar-benar lebih dekat, akrab dengan Bapak dan Ibu. Tertawanya juga lebih lepas, terlihat apa adanya.
“Kita pamit, yuk, Sayang.” Mas Haris menyentuh tanganku.
“Ya, udah, terserah Mas aja.” Aku mengikuti kemauannya.
Akhirnya, aku dan Mas Haris berpamitan pulang. Aku memeluk kedua orang tuaku secara bergantian. Ingin rasanya tetap di rumah ini untuk bercerita dengan mereka, tetapi aku harus ingat status yang telah melekat pada diriku saat ini, istri dari Haris Arfan Permadi. Kami pun segera memasuki mobil.
“Kita ngopi dulu, yuk, Sayang.” Mas Haris membuka suara setelah mobil meluncur.
“Bukannya Mas baru minum teh?” tanyaku heran.
“Itu hanya kata kiasan aja, Sayang. Saya ingin menikmati kebersamaan denganmu.”
“Ooo … gitu. Ya, udah, saya mau.”
Mas Haris memarkirkan mobil di salah satu tempat makan dan minun di kota ini. Setelah turun dari kendaraan roda empat itu, dia merangkul pinggangku sambil berjalan. Banyak mata tertuju ke arah kami, tetapi aku tidak mengerti apa arti tatapan itu.
“Wow! Ada orang kaya baru, nih.” Tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing bagiku. Ternyata benar, dia Bella.
“Bella?” Mas Haris menatap ke arah adiknya.
“Perhatian-perhatian! Ada pemberitahuan penting, nih! Kalian tahu nggak kalau gadis ini bersedia menikah dengan laki-laki yang jauh lebih tua darinya, itu semua demi harta. Dia ingin agar kemiskinannya segera berakhir.” Aku tidak percaya dengan apa yang Bella katakan tentangku di depan orang banyak.
Mas Haris langsung mendaratkan tamparan di pipi kiri Bella. Aku sangat terkejut menyaksikan tindakannya. Sebesar itu pembelaannya untukku hingga tega menyakiti adiknya sendiri. Ini benar-benar sulit dipahami.
“Keterlaluan kamu, Bella!” Mas Haris menghardik Bella.
“Kakak tega menamparku demi wanita itu?” Bella menunjuk ke arahku.
“Tutup mulutmu! Dia istri Kakak yang seharusnya kamu hormati.”
“Itu tidak akan mungkin, Kak! Aku membencinya!” Bella pun berlari keluar dari tempat itu sambil memegang pipi kirinya.
Aku tidak mengerti kenapa Bella membenciku. Dia selalu berusaha untuk menyakitiku. Sungguh, perasaan ini sangat sedih karena tidak dapat akur dengannya. Padahal niat hati ingin bisa dekat dengan adik ipar sendiri, saling cerita, tertawa bersama, dan menjalin keakraban. Kenapa dia membenciku?
==========
Apa alasan Bella membenci Tika?
🏵️🏵️🏵️Waktu telah menunjukkan pukul 17.25 WIB, Mas Haris akhirnya tiba di rumah. Aku pun menyambutnya dengan perasaan gembira. Aku segera meraih tangannya, kemudian menciumnya. Kami melangkah menuju kamar lalu aku memintanya membersihkan badan agar terasa segar.Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian yang telah aku siapkan, aku dan Mas Haris pun memilih duduk di sofa dekat jendela kamar. Dia menatapku lalu aku menyandarkan kepala ke bahunya. Sekarang, aku merasa makin mencintainya.Aku bahagia karena ternyata Mas Haris tidak pernah memiliki hubungan terlarang dengan wanita masa lalunya. Bella dengan tega telah merencanakan kejahatan yang tidak pernah aku pikirkan sama sekali. Dia menganggapku telah menggagalkan dirinya bersatu dengan laki-laki yang dia suka.Aku masih berpikir, siapa laki-laki yang Bella maksud? Aku tidak tahu siapa salah satu dari pemuda yang dulu menyatakan cinta kepadaku. Namun, apa yang Bella lakukan benar-benar keterlaluan.“Yakin, nggak, kalau Mas melak
🏵️🏵️🏵️Aku tidak percaya kalau Kak Indra masih berani menghubungiku setelah tidak bertemu beberapa bulan lamanya. Dia tetap saja memberikan perhatiannya walaupun sudah mengetahui statusku.Aku bingung harus bagaimana menghadapi Mas Haris kalau dia membaca isi pesan dari Kak Indra. Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman di antara kami setelah kejadian berat yang baru menimpa rumah tangga kami.“Siapa, Sayang?” tanya Mas Haris. Keadaan kami saat ini, masih berbalut selimut.“Kak Indra, Mas.” Wajahnya langsung menunjukkan perubahan.“Laki-laki yang pernah peluk kamu di kampus?” tanya Mas Haris dengan wajah serius.“Bukan peluk, Mas. Nggak sengaja pegang tangan saya.” Aku mengatakan yang sebenarnya.“Kenyataannya di foto seperti berpelukan.”“Mas masih tetap nggak percaya sama saya. Udahlah, terserah Mas aja. Mas hanya lihat foto seperti itu, tapi udah marah banget dulu. Gimana dengan Mas dan wanita itu? Mas kembali mengingatkan saya tentang kejadian pahit itu. Padahal saya udah mulai m
🏵️🏵️🏵️Setelah mendengar penjelasan orang tua dan mertuaku, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke rumah Mas Haris. Aku ingin membuktikan kalau cinta yang telah tercipta antara kami tidak akan tergoyahkan oleh wanita masa lalunya.Aku istri Mas Haris dan sudah sepantasnya berada di pihaknya. Aku tahu kalau apa yang terjadi saat ini sangat menorehkan luka yang mendalam. Namun, aku harus mencoba bersikap lebih dewasa untuk menyikapi masalah yang dia hadapi.Aku harus yakin kalau cinta Mas Haris sangat tulus. Itu terbukti dari usianya yang tidak muda lagi saat menikah denganku. Dia terjebak dengan hubungan masa lalu dan susah untuk berpaling. Namun, setelah bertemu denganku, dia mampu untuk kembali membuka hati.Kedua mertuaku akhirnya berpamitan kepada Bapak dan Ibu untuk pulang. Sementara aku dan Mas Haris memilih berbenah dan berkemas agar segera kembali ke rumahnya. Aku tidak boleh egois karena anak dalam kandunganku membutuhkan kasih sayang ayahnya.“Tika pamit, ya, Pak, Buk.” A
🏵️🏵️🏵️Waktu menunjukkan pukul 08.35 WIB, Mas Haris belum berangkat ke kantor. Dia bahkan tidak bersiap-siap untuk melakukan kegiatan rutinitasnya setiap hari. Dia tampak sedih, tetapi aku berusaha untuk tidak mengasihaninya.Perbuatan yang Mas Haris lakukan terlalu menyakitkan dan menyiksa batin. Aku sangat ragu untuk kembali bersatu dengannya. Namun, bagaimana dengan anakku? Apa yang akan terjadi jika aku harus mengurus sang buah hati kami sendirian? Membayangkannya saja hati ini merasa takut.Apa aku harus mengalah demi anak yang ada dalam kandunganku? Dia tidak bersalah, ayahnya yang harus disalahkan dalam hal ini. Seandainya perbuatan tidak pantas itu tidak terjadi, saat ini hubunganku dengan Mas Haris pasti akan tetap baik-baik saja.Akan tetapi, kenyataan yang terjadi saat ini tidak seindah harapan. Mas Haris telah menodai pernikahan suci kami dengan sebuah pengkhianatan. Kemesraan yang terjalin selama ini, hilang bagaikan ditelan bumi. Cinta dan perhatian yang dia berikan se
🏵️🏵️🏵️Inilah kenyataan yang harus kuhadapi sekarang. Calon ayah dari anakku telah melakukan hubungan terlarang bersama wanita masa lalunya. Membayangkan perbuatan mereka saja, dada ini terasa sangat sesak dan ingin berteriak.Betapa berat cobaan yang harus kuhadapi saat ini. Bagaimana mungkin aku masih bisa bersikap biasa kepada suami yang telah menciptakan dosa besar dalam rumah tangga kami? Kebahagiaan yang terjalin selama ini, dengan sekejap saja langsung berubah menjadi derita yang sangat menyakitkan.Aku sangat percaya kepada Mas Haris, tetapi untuk sekarang kepercayaan itu telah hancur bersamaan dengan terlukanya hati ini. Dia yang aku dambakan dan kagumi, ternyata mampu menorehkan penderitaan sesakit ini. Cinta yang telah tumbuh di hatiku perlahan berubah menjadi kecewa.Aku rela menyerahkan jiwa dan raga ini kepada Mas Haris, walaupun usiaku masih sangat dini untuk menyandang status sebagai istri, bahkan sekarang sedang mengandung anaknya. Betapa malunya anak dalam kandunga
🏵️🏵️🏵️Aku menangis melihat foto yang dikirim ke ponsel Mas Haris. Laki-laki yang telah berhasil membuatku jatuh cinta, sangat tega berbaring di ranjang yang sama dengan wanita masa lalunya. Hati ini masih berharap kalau apa yang kulihat itu adalah mimpi.Saat aku sedang mengandung benih Mas Haris, dia dengan tega memberikan cambukan yang sangat menyiksa batin. Aku tidak kuasa dan tidak sanggup lagi untuk tetap bertahan di rumah ini. Lebih baik aku pulang ke rumah orang tuaku untuk menumpahkan kekecewaan mendalam ini.“Saya lebih baik pergi dari rumah ini. Tidak ada lagi yang dapat saya pertahankan, semuanya sudah hancur.” Aku mengambil koper lalu mengemasi barang-barangku.“Sayang, tolong dengarkan penjelasan saya. Saya akan jelasin semuanya. Saya tidak tahu apa yang saya lakukan malam itu.” Ungkapan Mas Haris membuatku makin percaya kalau dia telah melakukan sesuatu dengan Eva. Membayangkannya saja aku merasa jijik.“Mas tega berkhianat di belakang saya. Inikah balasan dari pengor