“Hallo Leana,”
Tubuh Aleana membeku. Didunia yang begitu luas kenapa Aleana kembali bertemu dengan pria ini lagi. Aleana pun berusaha menguatkan dirinya. Leana sudah mati yang kini berdiri adalah Aleana.
“Apa kabar? Kamu ... ”
Aleana awalnya hanya diam. Alea masih kaget namun Alea dengan cepat berusaha menguasai dirinya. “Perkenalkan nama saya Aleana, Bapak bisa memanggil saya Alea. Saya yang akan menggantikan Mbak Liliana untuk bekerja menjadi sekertaris Bapak,” jawab Aleana dengan nada sesopan mungkin.
Saka terkejut. Untuk apa Aleana memperkenalkan dirinya lagi? Apa Aleana lupa dengan dirinya? Pertanyaan itu kini bersarang dikepala Saka. Setelah bertahun-tahun mencari Aleana kini Saka menemukannya. Aleana yang dulu dipanggil Leana adalah wanita yang berhasil membuat Saka merasa bersalah hingga kini.
"Leana ... “
“Maaf, Pak. Nama saya Alea. Saya sudah belajar beberapa hal dengan Mbak Lili hari ini mungkin ada hal lain yang ingin bapak saya pelajari?” tanya Aleana dengan nada sopan.
Aleana bukannya tidak menyadari wajah bingung Saka. Aleana sadar karena Aleana melihat jelas ekspresi Saka tapi Aleana masa bodoh dengan hal itu. Aleana tidak ingin memiliki hubungan lain dengan Saka selain hubungan kerja. Aleana sadar dirinya kini membutuhkan uang dan Aleana tidak bodoh mengutamakan rasa sakit hatinya dibandingkan realita bahwa dirinya membutuhkan uang.
Saka menghela nafas kasar dan memijit pelipisnya. “Kamu pelajari semua pekerjaan Lili. Lili adalah sekertarisku tapi aku ingin kamu pelajari mengenai pekerjaan personal assistant juga. Aku harap kamu belajar dengan baik dan bisa menjadi personal assistant juga. Aku akan minta HRD review kembali gaji kamu karena tambahan pekerjaan ini. Ada yang ingin kamu tanyakan?”
Aleana menggelengkan kepalanya.
"Kamu boleh keluar. Pekerjaan Lili tadi kalau sudah berhasil diubah kamu laporin sama aku. Mulai hari ini kamu yang akan datang ke aku dan melaporkan segala sesuatu berkaitan dengan pekerjaanku.”
Saka memencet tombol interkom dan memanggil Lili. Lili masuk dan berdiri berdampingan dengan Alea.
“Lili, mulai hari ini ajari Leana ... maksud saya Alea akan melakukan semua pekerjaan kamu. Mulai besok Alea yang akan membacakan jadwal harian saya. Setiap laporan kesaya akan dilaporakan oleh Alea. Kamu bisa fokus dengan pekerjaan kamu yang masih belum selesai dan fokus dengan serah terima dengan Alea. Ajari Alea sebaik mungkin sehingga saya merasa Lili masih disini walau Alea yang datang kepada saya,”
Lili mengangguk dan setelah itu Aleana dan Lili keluar dari ruangan Saka. Saka menghela nafas panjang. Perjalanannya untuk meminta maaf pada Aleana tidaklah mudah melihat penolakan Aleana. Satu yang kini Saka sadari. Aleana tidak mau lagi dipanggil Leana padahal itu adalah panggilan Saka khusus untuk Aleana.
Saka mengambil remote dan mengaktifkan mode transparan untuk melihat ruangan sekertaris yang berada disebelah ruangannya. Posisi meja Saka yang menghadap ruangan sekretaris membuat Saka bisa melihat apa yang dilakukan sekretarisnya namun kalau dari ruang sekertaris hanya kaca buramlah yang nampak. Orang yang berada didalam ruang sekertaris tentu tidak bisa melihat ke dalam ruangan Saka.
Saka menyugar rambutnya dengan kasar. Melihat Aleana kini berada didekatnya membuat Saka sadar bahwa kini Saka mempunyai banyak waktu untuk mendapatkan maaf Aleana dan Saka berharap Aleana segera memaafkan dirinya karena yang lebih penting dari pada itu Saka sudah menyadari sejak lama kalau gadis remaja dengan mata berwarna biru itu berhasil mencuri hatinya sejak lama.
Aleana melangkah menuju ruangan Saka untuk melaporkan mengenai jadwal baru Saka. Aleana memaparkan jadwal Saka dan Saka pun memperhatikan Aleana yang sedang membaca jadwalnya dari ipad yang Aleana pegang. Saka memandangi Aleana yang kini semakin cantik. Aleana tumbuh menjadi wanita yang cantik tanpa kaca mata miliknya dulu. Saka terus memandangi Aleana hingga tanpa sadar Aleana sudah selesai membacakan jadwalnya dan memanggil-manggil dirinya.
“Pak … Pak … Pak Saka!”
Saka terkesiap mendengar penuturan Aleana membuat Aleana meringis dan terbersit rasa bersalah karena sudah berteriak memanggil atasannya sendiri.
“Maaf. Aku tidak fokus. Istirahat nanti datang ke sini. Jangan banyak bertanya lakukan saja ucapanku,” ucap Saka sambil menatap tajam Aleana yang sudah membuka mulutnya.
Aleana pun menutup kembali mulutnya dan menatap Saka datar. Aleana tidak suka dipanggil dengan nama Leana. “Baik, Pak. Nama panggilan saya Alea. Bapak bisa panggil saya Alea. Permisi, Pak.” ucap Aleana dengan anda tegas saat mengucapkan namanya.
Saka pun hanya bisa menatap Aleana yang sudah berbalik dan pergi meninggalkan ruangannya. Aleana sungguh tidak ingin mendengar orang memanggilnya dengan nama Leana.
Aleana berjalan menuju ruang kerjanya. Aleana pun kembali fokus pada pekerjaannya hingga mendekati jam sepuluh Lili mengingatkan Aleana untuk masuk kedalam ruangan Saka. Aleana pun menarik nafas dalam-dalam dan bergerak menuju ruangan Saka.
Saka meeting bersama para pemegang saham di ruang meeting di lantai sepuluh hingga makan siang tiba. Selesai meeting, Saka pun memasuki ruang kerja miliknya dan memencet interkom yang tersambung ke meja kerja Aleana.
“Leana ... “
“Saya dengan Aleana Pak. Ada yang bisa saya bantu?”
Saka menghela nafas. “Kemari, Lea.”
Saka pun mematikan interkom dan menghela nafas pendek. Saka terbiasa memanggil Aleana dengan panggilan Leana. Saka harus berusaha keras merubah panggilannya.
Aleana pun mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan kerja atasannya itu. Aleana mendekati Saka perlahan. Sementara Saka sedari tadi sudah menatap wanita yang masuk kedalam ruangannya itu lekat-lekat.
“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”
“Aku sudah pesan makan untuk kita. Kamu temani aku makan, ya.”
Aleana terkejut. “Maaf Pak tapi saya sudah janji dengan Pak Kevin untuk makan bersama dikantin,” tolak Alea dengan halus.
“Batalkan janji kalian. Kamu makan disini bersamaku,” ucap Saka dengan nada tegas.
“Tapi Pak ... “
“Kamu mungkin lupa karena kita sudah lama tidak bertemu. Kamu paling tau Leana kalau aku tidak suka ditolak,” ucap Saka dengan nada memperingatkan.
Aleana menghela nafas panjang. Alea sadar posisinya saat ini. Aleana cukup bisa menempatkan diri. Aleana tidak mungkin melawan ketika berada dikantor apalagi ini jam kerja. Saka atasannya kini.
“Baik, Pak. Saya akan batalkan janji saya dengan Pak Kevin,” jawab Aleana dengan nada formal.
“Lea, bisakah kita berbicara lebih santai ketika jam makan siang?” ucap Saka mencoba peruntungannya untuk berbicara dengan Aleana lebih santai seperti dulu.
“Maaf, Pak. Saya rasa ini sudah cukup santai,” jawab Aleana sekenanya.
Saka menghela nafas. Aleana benar-benar keras kepala. Saka sungguh harus bersabar menghadapi Aleana dan harus lebih bersabar untuk mendapatkan maaf Aleana atas kebodohannya dulu.
Pintu ruang kerja Saka pun diketuk membuat Saka dan Aleana spontan menoleh ke arah pintu. Aleana pun spontan membulatkan matanya melihat pemandangan didepannya.
Jason mulai menyelidiki Aleana sesuai permintaan Saka. Saka sendiri mulai berusaha memenuhi permohonan Aleana selama dirinya menunggu hasil penyelidikan Jason. Saka merasa ada hal lain yang sudah terjadi dan membuat Aleana begitu berubah. Saka memulai harinya seperti biasa. Saka datang ke kantor dan mendapati Aleana sudah berada di meja kerjanya berkutat dengan komputer dihadapannya bersama dengan Lili. Saka menghela nafas kecil dan berusaha fokus dengan pilihannya untuk berusaha memenuhi permohonan Aleana untuk bersikap profesional.Pintu ruang kerja Saka diketuk. Saka yang sedang memakan sarapannya pun hanya tetap fokus dengan roti sarapannya. Dari ujung matanya, Saka bisa melihat bahwa pintu terbuka dan Aleana masuk ke dalam ruang kerjanya. Aleana berjalan mendekati meja kerja Saka."Selamat Pagi, Pak. Saya kesini mau menyampaikan jadwal Bapak hari ini," ucap Aleana yang baru masuk dan berdiri di hadapan Saka.Saka hanya mengangguk sambil memakan roti sarapannya dan mendengarkan j
Pagi ini Saka kembali ke Jakarta bersama Aleana begitu Aleana diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Sementara itu Raka dan Kevin tetap tinggal di singapura untuk melanjutan urusan bisnis mereka. Aleana awalnya menolak untuk pulang terlebih dahulu karena dirinya merasa tidak enak pada Raka dan Kevin namun Raka meyakinkan Aleana membuat Aleana terbungkam. Aleana pada akhirnya pulang ke Jakarta bersama dengan Saka. FLASHBACK ON. Raka duduk bersebelahan dengan Kevin dan di sebrang mereka ada Saka yang duduk bersebelahan dengan Aleana. Mereka sedang berkumpul di kamar Raka karena Raka ingin menyampaikan sesuatu pada Saka dan Aleana. "Kamu dan Saka pulang saja ke Jakarta. Saya dan Kevin akan tetap di sini menyelesaikan apa yang ada disini..." ucap Raka pada Aleana kemudian Raka menoleh pada Saka, "Dan lo, Kak. Gue minta lo fokus urus kantor aja." "Tapi, Pak ... " "Tidak ada tapi, Aleana. Lebih baik kamu istirahat dan pulihkan diri kamu terlebih dahulu. Kalau saya tetap mempert
"Apa panic attack yang kamu alami karena ... aku?" tanya Saka dengan nada takut.Aleana yang sedang memejamkan matanya berusaha untuk tidur pun membuka kedua matanya dan menatap langit-langit kamar rawat inapnya. "Kalau saya bilang, iya. Apa Bapak bisa bersikap profesional dan jangan lagi membahas mengenai masa lalu?" tanya balik Aleana dengan nada dingin.Saka mengusap wajahnya dengan gerakkan kasar kemudian menyugar rambutnya dengan kedua tangannya dengan gerakan frustrasi. "Demi Tuhan, Aleana. Aku ingin kita kembali bersama. Aku bener-bener cinta sama kamu. Aku mau memperbaiki semuanya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku sadar sudah jadi pria berengsek di masa lalu jadi biarkan aku memperbaiki semuanya," ucap Saka dengan nada memohon dan frustrasi di saat yang bersamaan.Aleana menyungingkan senyum sinis. "Tidak ada yang bisa anda perbaiki. Kaca yang hancur tidak bisa anda satukan kembali. Semua sudah hancur di masa lalu.""Jadi benar, aku yang mengakibatkan kamu mengalami pani
"Pasien baik-baik saja untuk saat ini. Pasien memang mengalami demam dan berdasarkan cerita Bapak mungkin pasien memiliki riwayat sesak nafas. Namun untuk lebih pastinya saya harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan bertanya langsung pada pasien karena saya perlu mengetahui riwayat kesehatan pasien agar diagnosa saya lebih akurat," ucap sang dokter jaga ruang IGD itu pada Saka.Saka mengangguk menanggapi ucapan sang dokter. Saka merasa sedikit lega setelah tadi dirinya dengan panik membawa Aleana ke bagian gawat darurat. Untungnya Aleana dengan cepat mendapat penanganan medis sehingga kini kondisi Aleana jauh lebih baik. Yang Saka tau Aleana dulu tidak memiliki penyakit asma atau sesak nafas namun seiring berjalannya waktu semua bisa berubah.Aleana terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat, punggung tangannya terpasang infus dan Aleana tertidur. Sungguh pemandangan yang membuat dada Saka terasa sesak. Saka duduk di samping tempat tidur Aleana menunggu Aleana yang masih
"Kev! Panggil dokter!"Kevin pun langsung menghubungi pihak hotel dan meminta bantuan mendatangkan seorang dokter ke kamar Aleana lalu kemudian Kevin dengan sigap langsung menghubungi Raka atasannya untuk memberikan kabar.Saka sendiri kini sudah membungkus tubuh Aleana dengan handuk dan mengangkat Aleana keluar dari kamar mandi. Saka dengan cepat mengangkat Aleana ke atas tempat tidur membuat tempat tidur Aleana basah karena Aleana masih mengenakan bajunya. Saka dengan sigap mematikan AC kamar Aleana sementara Kevin melakukan apa yang Saka perintahkan.Sepeninggal Kevin, Saka pun dengan segera mengambil baju Aleana dari dalam koper dan menggantikan baju Aleana. Saka tidak tega membuat Aleana menunggu orang lain untuk datang dan terus menggunakan baju basahnya. Saka akhirnya dengan segera menggantikan pakaian Aleana dan membawa pakaian basah Aleana ke kamar mandi dan menaruhnya dalam kantung laundry bag yang sudah disediakan pihak hotel.Walau membutuhkan usaha untuk menggantikan paka
ALEANA's DREAM ON.Sore hari dua orang anak manusia berada disebuah kamar dalam sebuah apartemen milik anak laki-laki itu. Keduanya terlibah sebuah pergulatan panas yang sama-sama baru mereka kenali. Pergulatan panas diantara kedua anak manusia itu seharusnya belum mereka lakukan diusia mereka yang masih sangat muda namun karena pergaulan mereka akhirnya keduanya terjerumus dalam sesuatu yang seharusnya belum waktunya mereka kenali. Keduannya sudah sama-sama polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi anggota tubuh mereka. Seragam putih abu-abu mereka teronggok dilantai dengan posisi bertebaran dilantai. Keduanya pun larut dalam kegiatan yang mereka lakukan dengan dalil suka sama suka."Aku berjanji ini tidak akan sakit sayang. Kita sama-sama pemula. Aku juga pertama kali melakukan ini. Aku mencintai kamu Leana. My Leanaaa," ucap si anak laki-laki sambil melakukan segala upaya untuk membuat anak perempuan yang berada dibawah kungkungan tubuhnya semakin rileks dan menerima setiap