Share

Bab 5

Auteur: Christina
last update Dernière mise à jour: 2022-09-19 13:47:48

"Selamat pagi, Nindya. Mau berangkat kuliah, ya?" sapa Andy, pria itu secara kebetulan baru saja membuka pintu gerbang rumahnya, bertepatan dengan keluarnya Nindya.

"Ehh ... Calon suami Ninya, mau ke sekolah, Om? Atau mau ngojekin tante? Atau mau dua-duanya? Upss, maaf, keceplosan." Nindya menutup mulutnya sesaat, menggunakan tangan kanannya.

"Kamu ini, kebiasaan, deh ... Mau bareng ga? Sini, Om anter ke kampus sekalian," tawar Andy.

"Makasih, Om. Tapi enggak deh. Aku lagi mau nunggu teman, mau di jemput," jawab Nindya.

Yah, Semalam Nindya sengaja menghubungi teman 1 kampusnya, Dion, cowok yang sudah di kenalnya semasa SMA. Nindya ingin memulai permainannya antara dia, Andy dan Raya.

"Teman? Teman siapa? Cowok ya?" selidik Andy.

"Eh, kok Om Andy kayak curiga ya? Apa iya, dia ada perasaan padaku?" gumam Nindya dalam hati seraya mengulum senyumnya, ada segurat kebahagiaan saat cowok di hadapannya bersifat seakan-akan cemburu pada dirinya.

"Iya dong, Om, cowok. Raya tiap hari di antar jemput sama Om, aku juga maulah ya, di antar jemput sama cowok," jawab Nindya, ia terkekeh geli.

"Hati-hati, Nindya. Kamu belum cukup dewa—"

"Nin, maaf yah, kamu sudah nunggu lama ya?" Seorang pria dengan motor ninjanya, memotong ucapan Andy. Ia datang menjemput Nindya. Pria dengan kulit putih, senyum yang menawan berhenti tepat di hadapan Nindya.

"Tidak apa-apa, Dio. Aku lo, sudah merepotkan kamu, maaf ya," jawan Nindya.

"Ya udah, yuk kita berangkat," ajak Dio seraya melemparkan senyumnya, membuat 2 lesung pipit di pipi kiri dan kanannya jelas terbentuk.

"Oke." Nindya naik di jok belakang.

"Maaf ya, Om. Nindya pergi dulu, bye ...." Nindya melambaikan tangannya seiring laju motor yang mulai meninggalkan Andy.

"Nindya!" pekik Andy. Hatinya gerah melihat tingkah polah Nindya yang terlalu dekat dengan laki-laki.

"Bye ...." teriak Nindya lagi seraya menoleh ke belakang dan melambaikan lagi tangannya.

Sampai di kampus, Nindya dan Dio tak langsung menuju kelas. Mereka memilih duduk-duduk di kantin terlebih dahulu. Ada Wina dan Bella yang sudah lebih dulu di sana.

Nindya terkekeh geli mengingat kejadian tadi, ia senyum-senyum sendiri merasa jika Andy sudah mulai menaruh hati padanya.

"Kamu kayak orang gila, Nin? Kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Bella.

"Dia habis ngadalin calon suaminya," jawab Dio.

"Ehh, ngomong-ngomong, kalian kok barengan? Janjian ya?" Wina bicara seraya melirik keduanya.

"Aku yang jemput dia. Si Nindya lagi mau buat drama kehidupannya sendiri, ribet ah, sama cewek." Dio nampak sedikit kesal.

"Drama apaan?" Wina menautkan kedua alisnya, ia bingung dengan apa yang disampaikan oleh Dio.

"Drama antara aku dan Om Andyku sayang," jawab Nindya.

Dikejauhan nampak Raya tengah menatap Nindya gerah, ia kepanasan, lagi-lagi mendengar Nindya menyebut nama kekasihnya, Andy. Kebenciannya terhadap Nindya semakin menjadi-jadi, ditambah lagi sang mama yang ngotot ingin menikah dengan papanya Nindya.

"Eh, kamu bisa ga, berhenti ngusik calon suami orang? Murahan sekali jadi cewek. Harus ngejar-ngejar laki orang, ga tahu malu!" pekik Raya di hadapan Nindya.

"Yang ngejar cowo kamu siapa, Raya? Aku lagi diem aja nih, lagi duduk. Ngobrol sama teman-temanku. Malah kamu yang tiba-tiba datang langsung ngegas kayak kompor gas," jawab Nindya santai.

"Selalu aja, bisa jawab! Pokoknya aku tegaskan, jangan dekat-dekat Andy lagi!" Raya menuding Nindya, ia menunjuk-nunjuk tepat ke wajah gadis manis berkacamata itu.

"Gimana kita ga deket, Raya. Kan aku tetanggaan sama Om Andy, jelas dong, dekat." Masih berlagak santai, Nindya mencoba membuat panas lagi hati Raya.

"Cewek gatel banget!" teriaknya.

"Terus mama kamu, gimana? Ga gatel? Ngejar-ngejar papaku?" Nindya mencibir.

Plaakkkkk!!!!!! sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Nindya, Raya merasa gadis itu sudah kurang ajar, berani menganggap rendah mamanya.

"Ya ampun, galak banget sih," ucap Nindya, ia mengelus-elus pipi kirinya.

"Jangan pernah samakan mamaku dengan dirimu ya!!" Jangan!!" Raya bergegas meninggalkan Nindya, tangannya sibuk memegang ponsel seperti hendak menghubungi seseorang. Baru aja dia membalikkan badanya tiba-tiba.

Bruuukkkkk!!! Kaki Ninya sengaja menghadang langkah Raya, membuat gadis itu jatuh tersungkur.

"Hahaha ... hahaha ... hahaha .... Kasian sekali, jatuh ya? Makanya, punya mata itu dipakai," pekik Nindya.

"Dasar, gadis ga punya akhlak!!" Raya bergegas bangun lalu pergi meninggalkan Nindya yang masih menertawakannya.

Kuliah Nindya belum mulai efektif. Awal-awal kuliah ia masih terbilang santai. Setelah mengikuti beberapa kuliah, Nindya memilih untuk bersantai dengan Dio, Wina dan Bella, ditambah lagi temat Dio, Bayu. Mereka berlima memilih cafe lanila sebagai tempat nongkrong asik.

"Dio, kamu kan bisa nyanyi, coba gih," ucap Wina.

"Nindya juga bisa, kalian nyanyi berdua aja," lanjut Bella.

"Cocok, brow, naik!" Bayu memberi kode agar keduanya naik ke atas panggung dan bernyanyi.

Dio dan Nindya saling melirik kemudian keduanya mengangguk. Mereka naik ke atas panggung hiburan di cafe, berdiskusi sesaat menentukan lagu kemudian meminta kru musik memainkan nada lagu yang akan dinyanyikan keduanya.

***

Lantunan merdu di atas panggung, di tambah keromantisan yang tercipta antara Dio dan Nindya, membuat seseorang di sudut cafe terdiam melihatnya.

Gemuruh tepuk tangan menyoraki keduanya, membuat Dio dan Nindya dengan sengaja memasang adegan so sweet, agar para remaja di sana semakin greget kepada mereka.

"Nyanyi lagi dong," teriak seorang pengunjung.

"Iya, lagi!" teriak yang lainnya.

Dio dan Nindya berpegangan tangan, kemudian membungkuk. "Terima kasih!" ucap keduanya bersamaan. Lalu menuruni panggung.

"Permisi, tadi kalian yang bernyanyi, bukan?" tanya pemilik cafe, ia menghampiri meja tempat berkumpul Nindya dan teman-temannya.

"Iya benar," jawab Nindya.

Bernegosiasi sekian lama, pemilik cafe meminta Nindya dan Dio untuk sering meluangkan waktu bernyanyi di cafenya. Tentu saja, mereka akan di berikan bayaran sesuai.

"Nindya!!"

Bersambung...

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
dian marlina
nindya lucu dan menarik
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 60

    Satu bulan kemudian ....Hiruk pikuk para tamu undangan memenuhi hotel tempat berlangsungnya pernikahan Andy dan Nindya, Keduanya tampak anggun dan cantik dengan menggunakan busana elegan buatan dari design ternama Ivan Guntur. Sementara itu, Wina, Bella dan Raya sibuk menyambut para tamu yang berdatangan secara terus menerus. Begitu juga dengan kedua orang tua dari mempelai.Sampai akhirnya moment melemparkan buket bunga pengantin pun tiba."Siap-siap ya, kira-kira siapa nih, yang bakalan nyusul setelah aku ...." teriak Nindya yang sudah bersiap hendak melemparkan bunga."Nin, lempar ke arahku!" teriak Wina."Ke arahku saja, Nin." Raya juga turut berteriak."1 ... 2 ... 3 ...." Nindya melempar bunganya dengan sangat kencang dan hap! Yang pertama meraih bunga adalah Bella. Gadis yang tak pernah diduga-duga.Setelah beberapa jam acara pernikahan dan resepsi yang sekaligus dilaksanakan dalam satu waktu itu Akhirnya selesai saat itu juga Nindya langsung dihajar untuk tinggal di rumah An

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 59

    "Kenapa semua diam? Benar? Jadi, Om Andy bersedia menikahi Raya walau yang ada di perutnya itu bukan anak, Om?"5 menit kemudian ...."Happy birthday to you ... happy birthday to you ... happy birthday, happy birthday, happy birthday Nindya ...."Kedua orang tua Andy masuk seraya membawa kue ulang tahun yang sudah dihiasi dengan lilin untuk Nindya. Semua ikut bernyanyi termasuk Raya dan Andy."Selamat ulang tahun calon mantu mama yang paling cantik," ucap Mama Andy setelah ia berada tepat di hadapan Nindya."Selamat ulang tahun ya, Sayang. Sebentar lagi kamu jadi menantu papa," lanjut papa Andy.Posisi Nindya masih dalam keadaan bingung. Ia lalu menoleh ke arah orang tuanya kemudian menatap Andy juga Raya secara bergantian. Mereka semua sudah mulai mendekat ke arah Nindya seraya bertepuk tangan."Selamat ulang tahun!" ucap Andy seraya berjongkok di hadapan Nindya. Ia lalu membuka kotak kecil yang ia pegang."Ini apa-apaan?" tanya Nindya masih bingung."Prank!!" teriak Raya dengan pen

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 58

    Isak tangis mengiringi kepergian Dio. Seperti permintaan terakhirnya, ia dimakamkan di pemakaman setempat. Nindya merasa menyesal. Beberapa waktu ia memang ada di sisi Dio. Namun, Nindya sama sekali tak memahami akan keadaannya.Gadis itu masih tertunduk lemah, bahkan matanya terlihat bengkak karena terlalu banyaknya menangis. Andy yang setia menemani, tak henti-henti berusaha menenangkan hati Nindya."Kita pulang ya? Biarkan Dio beristirahat dengan tenang. Berhentilah menangis, agar ia tidak merasa bersalah telah pergi meninggalkan kita semua."Nindya tidak menjawab apa pun. Namun, gadis itu berusaha menghapuskan air matanya lalu berdiri membalikkan badannya menoleh kearah Andy yang berada di belakangnya."Kita pulang ya?" ajak Andy sekali lagi."Iya, Om," jawab Nindya lirih."Om, sebentar ya, aku pengen pipis. Mau ke toilet dulu." Nindya bergegas menuju ke toilet umum yang tidak jauh dari pemakaman. Andy menunggu di luar pintu seraya memainkan ponselnya."Aku sudah selesai, Om," uca

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 57

    "Minum dulu, Om. Om, kok bisa pingsan sih?" tanya Nindya seraya memberikan air putih kepada Andy.Pria itu sudah duduk di salah satu kursi cafe ditemani oleh Nindya. Wajahnya bersemu merah menahan malu, bahkan banyak pasang mata yang memandang ke arahnya.Andy meneguk air putih yang diberikan oleh Nindya. Pria itu menghela napas sesaat, kemudian menghembuskannya perlahan."Berapa lama aku pingsan?" tanya Andy menatap Nindya.Nindya berpikir sejenak, ia menyentuh keningnya beberapa kali, menggunakan jari telunjuk kanannya. "Kayaknya 15 menit, Om. Om, kenapa pingsan? Belum makan ya? Emangnya tadi di rumahku, Om nggak minta makan? Nggak ditawari makan sama mama papaku?""Nindya kamu paham nggak? Aku itu grogi, apa lagi nyanyi di depan umum. Ditonton banyak orang, aku syok, makanya pingsan.""Dihhh ... Om Andy, berlebihan deh. Gitu aja kok pingsan? Om kan udah biasa tampil di depan umum, contohnya mengajar! Ya kan?""Itu beda, Nindya. Udah ayo, kita pergi dari sini. Coba tuh kamu lihat,

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 56

    Memulai hari yang baru.Pagi ini Nindya masih mengurung diri di dalam kamar. Sementara Wina dan Bella sudah pamit pulang. Gadis itu sudah melewatkan sarapannya, ia tak menyentuh sedikit pun apa yang diantar oleh asisten rumah tangga di rumahnya. Hatinya masih terluka, ia tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi. Semua seperti mimpi, mimpi buruk baginya.Di ruang tamu, keluarga Nindya tengah berlangsung pembicaraan serius antara Rendy, Kiara dan Andy. sementara Raya sudah pergi sejak tadi."Ada apa, An? Kok tumben kamu pagi-pagi begini sudah ke sini?" tanya Rendy kepada Andy."Aku ingin berbicara serius.""Tentang apa?" tanya Rendy lagi."Jadi begini ... sebenarnya sudah beberapa lama, aku menyadari perasaan aku. Aku menyadari kalau sebenarnya aku sudah jatuh cinta kepada Nindya. Semua sudah sempat aku utarakan, tapi Nindya menolakku dengan alasan ia sudah memiliki Dio dan akan segera bertunangan.""Lalu?" Kali ini Kiara yang bertanya."Aku ingin minta izin ke Om dan Tante, untuk ke

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 55

    "Dio!!" teriak NindyaGadis itu hampir saja tak sadarkan diri melihat pria yang ia cintai tengah tergeletak bersimbah darah. Nindya histeris, ia berteriak kencang sembari menangis. Beberapa orang berusaha menenangkannya.Tak lama kemudian mobil ambulan datang. Dio segera dilarikan ke rumah sakit. Pria itu masih bernapas. Nindya menyusul dengan menggunakan sepeda motornya, ia mencoba tenang dan percaya jika pria yang ia cintai dalam keadaan baik-baik saja.Tidak butuh waktu lama, ambulan sudah tiba di rumah sakit disusul dengan Nindya yang mengikuti dari belakang. Dio segera dimasukkan ke ruang UGD, sementara Nindya menunggu di luar. Gadis itu berusaha menghubungi keluarga Dio."Apa yang terjadi, Nin?" tanya Gio yang baru saja tiba di rumah sakit bersama kedua orang tuanya."Maafkan aku, Gio. Semua salahku," jawab Nindya seraya terisak."Ada apa sebenarnya?" tanya Syla."Om, Tante, Gio. Sebelumnya aku minta maaf. Aku rasa Dio salah paham ...." Nindya pun menceritakan semua yang terjad

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 54

    "Menikahlah denganku!"Nindya terdiam. Ia masih belum percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari bibir Andy. "Om Andy bilang apa?" tanya Nindya kemudian."Menikahlah denganku, Nindya!" Andy mengulang ucapannya."Om Andy bercanda ya? Kok tiba-tiba gini sih?""Aku nggak bercanda, Nindya. Sebelumnya aku minta maaf, mungkin selama ini aku sudah mengecewakan kamu, mungkin karena aku belum menyadari perasaanku, tapi saat aku dengar kamu akan bertunangan, kok rasanya hatiku sakit banget. Rasanya aku tidak terima jika kamu akan dimiliki oleh orang lain. Semalam suntuk aku memikirkan itu semua dan aku sadar kalau sebenarnya aku mencintaimu.""Maaf, Om. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi permintaan Om. Lagipula Om juga sudah tahu jelas kalau aku akan segera bertunangan dengan Dio.""Kamu yakin kalau kamu mencintai Dio? Aku merasa sebenarnya perasaanmu masih ada sama aku.""Sekali lagi aku minta maaf, Om. Untuk perasaanku saat ini sepenuhnya aku mencintai Dio. Om hanyalah masa laluku dan a

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 53

    "Dio!" pekik Nindya.Gadis itu segera berjongkok kemudian meletakkan kepala Dio di atas tumpuan kedua kakinya, sedangkan yang lain seketika berdiri lalu menghampiri mereka."Dio ... bangun, Sayang! Bangun!" Syla berusaha membangunkan putranya yang sudah tidak sadarkan diri."Kita bawa ke rumah sakit," ucap Robert yang kemudian membopong putranya dibantu oleh Rendy dan Gio.Semua ikut serta ke rumah sakit, walau pada kenyataannya Rendy, Kiara juga Nindya sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri Dio.Kondisi Dio cukup lemah. Ia mendapat penanganan secara cepat setelah tiba di rumah sakit. Robert dan Syla tampak mondar-mandir karena panik, mengkhawatirkan keadaan Dio, begitu pula dengan Gio. Pria itu bahkan masih merasa menyesal karena hampir saja pernah merebut Nindya dari Dio.Nindya dan kedua orang tuanya ingin sekali bertanya, menanyakan apa sebenarnya yang terjadi pada diri Dio. Namun, mereka mencoba menahannya setelah melihat kondisi keluarga Dio yang sedang ti

  • Jadi Suamiku Ya, Om?   Bab 52

    Malam hari, seperti yang dijanjikan oleh Dio. Pria itu benar-benar datang bersama dengan kedua orang tuanya, Robert dan Syla, Gio juga turut serta ikut bersama mereka."Silahkan masuk." Asisten rumah tangga di rumah Nindya mempersilahkan tamu tuannya untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Sementara Rendy dan Kiara baru saja ke luar dari kamarnya setelah bersiap."Maaf ... sudah membuat kalian menunggu begitu lama," ucap Rendy kepada tamunya seraya tersenyum, lalu ia duduk di hadapan mereka bersama istrinya."Sebentar ya, saya panggilkan Nindya dulu," ucap Kiara yang kembali berdiri setelah menyadari anaknya tidak ada di sana."Iya ... silakan," jawab Robert, Ayah Dio.Perbincangan-perbincangan kecil terjadi. Gio yang pada awalnya tidak merestui hubungan saudara kembarnya dengan Nindya mulai mengiklaskan semuanya. Ia sadar jika Dio lebih membutuhkan Nindya dibandingkan dirinya."Halo ... Om, Tante," ucap Nindya kemudian mencium punggung tangan kedua orang tua Dio dan Gio.Gadis itu kini

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status