Rintihan penuh hasrat dua insan memenuhi mobil bercat hitam di parkir area dekat kelab kala bibir mereka saling mencecap. Beruntung posisi kendaraan milik Johan tidak terkena sorotan CCTV sehingga tak perlu takut kalau ada orang yang memergoki kemesumannya. Atmosfer terasa sangat panas sampai-sampai dua manusia yang dikuasai oleh gairah itu berpeluh butiran keringat. Tangan Johan bergerilya menelusuk masuk ke dalam gaun pendek Sherly untuk mencari-cari pusat tubuhnya. Begitu juga dengan Sherly, tangannya sudah sangat lihai menggoda milik Johan.
"Kenapa enggak sewa kamar aja sih?" bisik Johan di depan bibir bengkak Sherly. "Lo tahu betapa gue pengen bermain sama lo." Jempol kanannya mengusap bibir itu lembut.
Sherly masih terengah-engah setelah cumbuan panas yang sungguh gila. Johan pintar juga, pikir gadis itu menilai kepiawaian Johan memanjakannya sampai pusat tubuhnya membutuhkan pelampiasan. Sekuat tenaga, dia mengumpulkan sisa-sisa kewarasan yang sempat menghilang entah ke mana, mendorong tubuh besar Johan dari atasnya. Sherly membenarkan posisi duduk sambil merapikan kembali gaun dan bra serta tatanan rambut yang benar-benar berantakan.
"Gue enggak bisa. Sampai di sini aja ya," tegas gadis itu meruntuhkan harapan Johan untuk mencapai puncak bersama Sherly. "Lo bisa main sendiri kan?"
Wajah Johan langsung panik, mana mungkin dia bisa main sendiri kalau ada lawan main yang bisa diajak bergelut sampai pagi. "Tapi, Sher--"
"Gue harus pergi," sela Sherly,"Thanks buat malam ini. Sisanya lo urus sendiri."
Gadis itu keluar dari mobil meninggalkan Johan beserta adik kecilnya yang masih menanti untuk dipuaskan. Tanpa menoleh sedikit pun, Sherly bergegas menuju mobilnya untuk pulang. Sudah cukup kencan buta hari ini dan seperti biasa, dia berhasil memancing dan mencampakkan lelaki begitu mudah. Lagi pula, tidak semua harus diberikan kepada para buaya dalam semalam bak pelacur murahan. Sherly suka permainan tarik-ulur kemudian mode lost contact untuk menyaring siapa yang perlu diajak kencan lagi siapa yang tidak. Di akhir penilaian, Johan masuk ke daftar lelaki yang tidak perlu diajak kopi darat karena terlalu agresif di awal pertemuan. Hal yang sangat tidak disukai Sherly, ketika mereka mengajaknya kencan yang berakhir di ranjang.
Sementara itu, Johan menggeram kesal seperti baru saja dicampakkan begitu tanpa menatap belas kasihan pada pusat tubuhnya yang mengacung butuh kepastian. Padahal tak dipungkiri kalau tubuh Sherly menginginkan hal sama walau mulut sombongnya berkata tidak. Sial, Johan baru tersadar akan pesan Sandra jika Sherly tidak suka lelaki yang langsung mengajaknya one night stand. Lantas kenapa dia meminta Johan berada di tempat sepi untuk bercumbu seperti tadi?
"Sherly itu ganas-ganas jinak. Dia memang bakal melakukan apa yang lo minta, tapi di tengah jalan." Sandra memperagakan tangannya seolah sedang memotong daging. "Lo bakal ditinggal pas lagi enak-enaknya."
"Maksudnya?" Johan mengernyit tak mengerti.
"Lo bakal tahu kalau ketemu dia."
"Ah, jadi ini ... dasar bajingan!" geram Johan memukul jok mobil.
###
"Pendapat umum atas eksepsi atau nota keberatan nomor register perkara CRN29/JKT.PSD02/2022 tanggal 12 Juli 2022 di pengadilan negeri Jakarta Selatan atas terdakwa Suwaji alias Bejo," Eric memulai pembacaan tanggapan eksepsi setelah hakim Setyo membuka persidangan.
Gara-gara surat dakwaan yang dibuat Eric cacat formil termasuk pekerjaan terdakwa yang merupakan wirausaha mi ayam. Alhasil Eric sempat mendapat teguran dari atasannya karena dianggap sangat tidak teliti. Salah satu kewajiban yang perlu dilakukan oleh semua jaksa adalah mereka harus menuliskan surat dakwaan sedetail mungkin sampai hitungan detik kronologi pun wajib dicatat. Satu kesalahan kecil saja bisa membuat persidangan makin molor dan membuang-buang waktu. Mau tak mau, Eric memutar otak, meniti satu-persatu apa yang telah dikerjakan minggu lalu saat menangani kasus curanmor ini.
Sekilas Eric mencuri pandang ekspresi Sherly yang tampak serius dengan cara pandangnya seolah sedang mengejek sang jaksa. Tentu hal itu membuat hati Eric memanas dan bersumpah akan mengalahkan Sherly dalam persidangan maupun saat berdebat dalam kamar.
Sial, pikiran kotor Eric langsung menyergap lelaki perayu itu.
Tapi, jujur saja, siapa yang tidak akan terlena dengan pesona gadis yang suka memulas bibirnya dengan lipstik merah macam emak-emak penagih hutang? Jika Eric boleh menyelinap sedikit saja, dia ingin sekali berlama-lama berada di hati Sherly tuk mencari puing-puing kenangan mereka semasa kuliah. Sisa perasaan yang penuh hasrat dan gairah yang membuat dua sejoli itu pernah dimabuk kepayang oleh asmara.
Eric sudah menyelesaikan bacaan tanggapan eksepsi lalu mengisi rongga dadanya dengan pasokan oksigen yang ada di ruangan itu. Lagi-lagi matanya mengarah ke sang mantan yang menyatakan kalau dia tidak ada sanggahan lagi. Namun bibirnya tertarik ke atas seraya melirik ke arah Eric menimbulkan gelenyar aneh yang mengaduk-aduk perut.
Lagi-lagi sidang ditunda dengan agenda pembuktian dan saksi-saksi. Hakim Setyo dan dua hakim anggota sudah meninggalkan ruang sidang, begitu juga dengan tim jaksa penuntut umum yang mendahului Eric pergi. Sementara dia tergesa-gesa menyusul perempuan yang sudah membuat malam-malamnya tak tenang lagi. Batu besar yang mengganjal hati Eric atas perpisahan lima tahun lalu kini makin membesar dan menyiksa perlahan-lahan. Padahal sebagai jaksa, dia bisa saja melakukan penyelidikan atas sikap dingin Sherly padanya. Sayang, sebesar apa pun Eric mendekatinya lagi, Sherly tidak bisa dijamah seperti layaknya sesuatu yang dilindungi secara berlapis-lapis. Sulit baginya untuk mengurai isi pikiran Sherly tentang hubungan mereka.
"Sher!" panggil Eric menyusul langkah cepat Sherly yang keluar ruang sidang.
"Apa!" gadis itu menghentikan langkah kakinya. "Lama-lama setan di ruangan ini bakal hafal sama ambisi lo buat deketin gue."
Tak menimpali ucapan Sherly, pandangan Eric tertuju pada sesuatu yang ada di leher Sherly. Sesuatu yang berada pertengahan antara daun telinga kiri dan ceruk leher tertutup alas bedak sedikit terang. Seketika itu juga Eric membeliak menyibak uraian rambut Sherly ke belakang sambil berseru, "Habis dicupang sama siapa lo!"
"Bukan urusan lo!" gertak Sherly menepis tangan Eric dan menutupi lehernya dengan rambut. "Lo beneran enggak move on ya sampai kepo siapa yang habis kasih cupang ke gue, tuh berkas dakwaan lo lain kali kudu lengkap!" sindirnya lagi lalu bergegas meninggalkan Eric."Enggak move on bukan berarti gue masih suka sama lo kali!" balas Eric menggema ruang sidang. "Dasar dada triplek!"Jika bukan di gedung pengadilan, mungkin satu tendangan maut di pangkal paha Eric bisa membuatnya bungkam. Entah dari mana ejekan dada triplek yang disematkan mantan padahal bentuk tubuhnya saat ini sudah banyak berubah. Belum lagi pandangan orang-orang yang mendengar cibiran Eric langsung mengarah ke Sherly yang dibalas sorot tajam. Dia mendengus sambil membatin apakah perlu menaikkan kegiatan gym-nya yang semula seminggu sekali jadi dua kali? Perlukah dia menggunakan baju lebih ketat lagi agar bola mata Eric yang sipit itu bisa melihat betapa indah dirinya sampai digilai banyak pria."Dia aja yang buta," guma
Rintihan penuh hasrat dua insan memenuhi mobil bercat hitam di parkir area dekat kelab kala bibir mereka saling mencecap. Beruntung posisi kendaraan milik Johan tidak terkena sorotan CCTV sehingga tak perlu takut kalau ada orang yang memergoki kemesumannya. Atmosfer terasa sangat panas sampai-sampai dua manusia yang dikuasai oleh gairah itu berpeluh butiran keringat. Tangan Johan bergerilya menelusuk masuk ke dalam gaun pendek Sherly untuk mencari-cari pusat tubuhnya. Begitu juga dengan Sherly, tangannya sudah sangat lihai menggoda milik Johan."Kenapa enggak sewa kamar aja sih?" bisik Johan di depan bibir bengkak Sherly. "Lo tahu betapa gue pengen bermain sama lo." Jempol kanannya mengusap bibir itu lembut.Sherly masih terengah-engah setelah cumbuan panas yang sungguh gila. Johan pintar juga, pikir gadis itu menilai kepiawaian Johan memanjakannya sampai pusat tubuhnya membutuhkan pelampiasan. Sekuat tenaga, dia mengumpulkan sisa-sisa kewarasan yang sempat menghilang entah ke mana, m
Memulas bibir sensual dengan lip cream merah menyala lalu menyemprotkan parfum Chanel yang manis nan segar membuat penampilan Sherly lebih mirip pelakor siap merebut lelaki orang. Dia kembali merapikan tatanan rambut panjang yang sengaja dikeriting bagian tengah hingga ujung rambut agar terkesan bervolume. Sementara balutan mini dress satin hitam dengan spageti strap menonjolkan lekukan tubuh terutama dada yang bisa membuat para buaya lupa daratan. Sherly patut memberikan seratus jempol pada orang yang berhasil menciptakan push up bra tanpa harus membuatnya melakukan implan."Pantas saja si Eric enggak bisa move on dari gue," gumam Sherly menatap pantulan wajahnya dari cermin penuh percaya diri. "Cewek seksi badass gini, mana bisa dia cari lagi."Usai menemui klien yang mengalami pelecehan seksual untuk mengumpulkan keterangan di acara persidangan nanti, Sherly langsung berganti jadwal untuk berjumpa dengan lelaki pengusaha batik yang dikenalkan oleh Sandra di Fable yang ada di lantai
"Najong!" pekik Sandra melalui sambungan telepon usai teman satu kantornya itu memanggil sebutan sayang. "Geli gue!""Apalagi gue," tandas Sherly masuk ke dalam mobil Honda Brio putih dan menekan loudspeaker ."Gue ogah punya cewek mak lampir kayak lo," sembur Sandra."Gue juga males punya cewek jorok mata duitan kayak lo," balas Sherly meraih botol mineral dari drink holder, meneguk cepat melintasi kerongkongan yang terasa kering setelah percakapan tak pentingnya dengan Eric. Beruntung panggilan dari Sandra bisa mengakhiri dan seakan Tuhan tahu kalau Sherly enggan berlama-lama melakukan kontak dengan lelaki sok ganteng itu. "Tapi, gue sayang sama lo, Nek.""Gue juga, Mak," kata Sandra cekikikan. "Gue sampe lupa mau nelepon lo buat apa. Udah ah, gue tunggu di kantor!"Sambungan telepon terputus, Sherly menghela napas panjang dan mengembuskan melalui mulut mengeluarkan segala kerisauan yang menggerombol dalam dada. Mengelus lengan yang tertutupi blazer cream berpotongan tiga perempat y
Kenapa di sini suasananya terasa pengap dan panas? batin Sherly mengibaskan tangan. Dia paham kalau udara di Jakarta selalu terasa membakar kulit, tapi sekarang di ruang sidang ini rasanya Sherly masuk ke dalam sebuah mesin pemanggang.Padahal ada empat mesin pendingin yang menyala untuk meredam emosi yang mungkin bisa terjadi selama proses peradilan atau bisa jadi gejolak perasaan yang mulai mendesak.Entah mencari kejelasan atau memulai kembali apa yang dulu pernah terjadi. Sherly tak mau terlalu percaya diri hanya karena Eric kemarin menanyainya tentang kejadian lima tahun lalu.Lihat saja sekarang, sang mantan yang menatap nyalang seakan ingin sekali mencaploknya hidup-hidup. Sherly membalas sorot mata sipit itu tanpa rasa takut sementara telinganya mendengar hakim Setyo tengah membuka persidangan."Apakah penasihat hukum sudah siap dengan pembacaan eksepsi?" tanya hakim Setyo."Iya, Yang Mulia," jawab Sherly lalu membuka dokumen eksepsi yang yang sudah disiapkan. "Nota keberatan
Bajingan!Umpatan kasar ini harusnya bisa menyembur tepat mengenai sosok itu. Sayang, semua hanya tertahan di rongga dada menyisakan sebuah gumpalan sebesar bola tenis. Beruntung dia tak sampai perlu bantuan oksigen atau bantuan pijat jantung kala iris mata lentiknya menatap lurus ke arah lelaki yang mengenakan toga hitam menunggu hakim membuka persidangan. Jangan tanya bagaimana desiran darahnya mengalir sekarang, justru tidak ada kejut listrik yang mampu mendebarkan dada melihat wajah berbingkai rahang tegas di sana tak banyak berubah. Alih-alih meniti mahakarya Sang Pencipta, pulasan gincu merah Sherly mencibir, memaksa alam bawah sadarnya untuk tetap fokus.Kliennya seorang lelaki berusia empat puluh tahunan meminta hak pendampingan hukum. Ini pertama kali dia mendampingi kalangan pencuri yang tergabung dalam jaringan curanmor. Sejujurnya, kehidupan menjadi seorang penasihat hukum tak jarang berbanding terbalik dengan hati nurani. Sering kali mereka dituntut untuk membela mereka y