Share

Bab 4

Author: Ry-santi
last update Last Updated: 2025-07-07 15:17:00

Memulas bibir sensual dengan lip cream merah menyala lalu menyemprotkan parfum Chanel yang manis nan segar membuat penampilan Sherly lebih mirip pelakor siap merebut lelaki orang. Dia kembali merapikan tatanan rambut panjang yang sengaja dikeriting bagian tengah hingga ujung rambut agar terkesan bervolume. Sementara balutan mini dress satin hitam dengan spageti strap menonjolkan lekukan tubuh terutama dada yang bisa membuat para buaya lupa daratan. Sherly patut memberikan seratus jempol pada orang yang berhasil menciptakan push up bra tanpa harus membuatnya melakukan implan.

"Pantas saja si Eric enggak bisa move on dari gue," gumam Sherly menatap pantulan wajahnya dari cermin penuh percaya diri. "Cewek seksi badass gini, mana bisa dia cari lagi."

Usai menemui klien yang mengalami pelecehan seksual untuk mengumpulkan keterangan di acara persidangan nanti, Sherly langsung berganti jadwal untuk berjumpa dengan lelaki pengusaha batik yang dikenalkan oleh Sandra di Fable yang ada di lantai dua fairground SCBD. Baginya, gedung ini adalah surga dunia di mana Sherly tak perlu susah payah mengendarai mobil untuk ke kelab malam sebagai tempat melepas penat di tengah hiruk pikuk ibukota. Di gedung SCBD yang serba ada layaknya toserba, tak hanya berjejer perkantoran dan hotel, tapi ada juga kafe, kelab malam, kondominium, pusat perbelanjaan hingga rooftop. Betapa inginnya Sherly sungkem, memeluk, dan mencium siapa pun yang mencetus gagasan cemerlang atas dibangunnya kawasan bisnis Jakarta Selatan ini. 

Di atas ankle strap heels hitam, kaki jenjang Sherly keluar dari toilet dan mata lentik itu mencari-cari wajah lelaki berambut ikal dengan lesung pipi sesuai foto yang dikirim Sandra di ponselnya. Kemudian dia membuka aplikasi WhatssApp dan membaca kembali di mana posisi terakhir lelaki berusia 35 tahun yang menjadi teman kopi darat bernama Johan. Sherly berjalan dan menerobos kerumunan orang-orang yang sedang berjoget di antara dentuman musik deep house yang mengentakkan telinga juga lampu laser dan LED keunguan menyorot para tamu.

Sesaat kemudian, dia menangkap seorang lelaki bertubuh tegap melambaikan tangan yang memegang segelas koktail tengah duduk di depan counter bar. Seketika itu juga Sherly memindai lelaki bertampang manly yang mengenakan kemeja lengan pendek berwarna hitam untuk menonjolkan lekukan bisep yang membuat tangannya tak sabar menelusuri otot terlatih itu. Walau jaraknya beberapa meter, Sherly langsung memberi nilai 9.5 dari angka sepuluh pada garis rahang tegas yang ditumbuhi bewok tipis serata kulit sawo matang. Sekilas, dia akan berkata kalau Johan mirip dengan aktor kesayangan Sherly, Ario Bayu. 

Tapi, menilai sempurna hanya dari penampilan saja tidak cukup. Sering kali gaya mewah yang ditunjukkan para buaya berbanding terbalik dengan attitude mereka. Ada yang baru berjumpa langsung main sosor sampai mengajaknya menginap di hotel. Sherly bukannya berlagak sok suci walau dalam permainan cinta ini dikala dia adalah pawang buaya. Tapi untuk masalah ranjang, Sherly cukup pemilih. Hanya segelintir orang yang bisa menjadi teman tidurnya. Di sisi lain, Sherly juga tidak merelakan tubuhnya menjadi jajanan lelaki hidung belang yang tidak jelas status kesehatannya. Tapi, mendapati betapa hot penampilan Johan daripada yang ada di foto, membuat Sherly harus menimbang ucapannya sendiri. 

"Halo," sapa Sherly dengan nada lembut yang sungguh terdengar berbeda dibanding saat berada di peradilan.

"Hai, Sherly Rosalie ya?" lelaki imitasi Ario Bayu itu mengulurkan sebelah tangan. "Gue kira Dian Sastro kok cantiknya kebangetan."

Sherly membalas uluran tangan itu sambil tertawa anggun, menutup tampilan giginya dengan sebelah tangan serta mengerling nakal sebagai tanda kalau dia tertarik atas rayuan receh kenalannya. Dari jabatan tangan yang cukup kuat itu, Sherly bisa tahu kalau lelaki di samping kanannya ini tipikal orang yang ingin menunjukkan kekuasaan dan kekuatan mereka sebagai dominan. Oke, mari kita lihat sejauh mana si dominan akan menaklukkan hati, pikir Sherly. 

"Ayo duduk dulu, mau pesan apa?" tawar si buaya menarik kursi bar. Seketika mata bulat lelaki itu menyorot tepat ke arah potongan dress Sherly, menampakkan paha mulus yang menanti untuk dibelai. 

"Mojito aja deh, lagi enggak pengen mabuk," ucap Sherly yang langsung dibuatkan oleh bartender botak. "Tadi, nunggu lama ya? Sorry, gue kelarin kerjaan dulu tadi."

"Enggak kok, gue juga baru sampai sekitar lima belas menit lalu," jawab Johan. "Jadi, udah berapa lama lo temenan sama si Sandra?"

"Dia temen gue pas SMA, akhirnya ketemu lagi pas pindah ke kantor pusat," ujar Sherly menerima gelas koktail dari bartender. "Makasih. Kalau lo, Jo?"

"Dia langganan gue di toko batik, nyokapnya kan reseller di daerah Tangerang," jawab Johan. "Akhirnya dia nawarin gue buat kenalan sama lo. Tapi ... enggak ada yang bakal marah kan kalau kita ngobrol begini?"

Hampir saja Sherly menyemburkan minuman yang tengah diteguk kala mendengar perkataan Johan. Dia berpaling memandangi lelaki itu yang sedang memainkan bibir gelas miliknya dan pancaran matanya menyiratkan rasa penasaran. Laki-laki mana sih yang tidak ingin menjadi penghuni di hati Sherly? batin Johan. Cantik, cerdas, mandiri, dan pintar berargumen. Empat komponen itu yang selalu Sandara ikrarkan kepada Johan tentang Sherly sampai pada akhirnya dia menerima tawaran menarik untuk kencan buta. Jikalau Sherly masih jomlo, maka Johan akan berteriak di atas gedung SCBD dan mengatai kalau lelaki di luaran sana bodoh setengah mati mengabaikan daya pikat sang pengacara. 

Sherly menggeleng pelan kemudian berkata, "Klise lo kalau tanya gitu. Gue juga enggak bakal mau nemuin lo kalau udah ada gebetan, Jo."

Bibir Johan langsung mengembang walau dari sorot matanya masih mencari celah kebohongan Sherly. "Ya, habisnya ... siapa sih yang enggak bakal kepincut sama lo, Sher? Gue aja langsung kepincut kok," jujurnya. 

"Lo nembak gue?" sembur Sherly blak-blakan tahu ke mana arah pembicaraan ini. 

"Masih naksir doang, lo takut gue tembak?" goda Johan terkekeh. 

"Lo takut gue tolak?" balas Sherly yang lebih mengisyaratkan agar lelaki itu tak terburu-buru menyatakan cinta. "Cowok kalau lihat cewek bohai dikit langsung asal nembak ya, heran gue."

"Namanya juga usaha, Sher. Cewek kayak lo itu langka kalau masih jomlo." Johan menyesap minumannya lagi lalu berpaling ke arah lantai dansa di mana banyak muda-mudi asyik berjoget melepaskan lelah.

"Kayak lo udah laku aja, Jo."

"Gue mah santai aja. Ngapain buru-buru nikah kalau ujung-ujungnya jadi duda. Apalagi urus anak itu ribet. Jakarta sudah penuh, kasian calon anak gue. Mending dia di langit ke tujuh aja sama malaikat main sepuasnya tanpa harus lihat dunia," terang Johan membuat Sherly kagum dan membenarkan opini lelaki itu. 

Di dunia yang sudah penuh dengan manusia serakah, sering kali anak-anak tak berdosa menjadi korbannya. Apalagi di jaman sekarang di mana koneksi internet sangat mudah diakses sampai-sampai orang tua keteteran untuk memfilter hal-hal yang tak semestinya ditonton. Akibatnya, kasus pemerkosaan anak, pelecehan seksual, pembuangan bayi dan anak, sampai KDRT yang melibatkan anak-anak pun makin meningkat. Belum lagi kasus kawin muda yang ujungnya pisah karena tidak siap secara mental dan finansial, mereka hanya mengutamakan rasa cinta ketimbang logika bagaimana mengarungi bahtera rumah tangga. 

"Eh, lo enggak mau ke sana?" tunjuk Johan ke arah orang-orang yang menari-nari tak jauh dari mereka. 

Gadis bergincu merah itu mengangguk dan beranjak dari kursi bar lalu menuju lantai dasar. Tubuh rampingnya bergoyang mengikuti entakkan musik dan sorot lampu LED yang bergerak-gerak bersamaan dengan efek gun smoke yang muncul menambah fantastis area dansa. Johan mengimbangi gerakan Sherly sambil sesekali meninggikan suara untuk mengimbangi musik kalau dia senang bertemu sang pengacara. Berulang kali lelaki hitam manis itu meluncurkan serangan rayuan agar bisa meluluhkan hati Sherly. 

Sherly hanya tertawa lalu lekukan pinggangnya dilingkari tangan kanan Johan sampai tidak ada jarak lagi di antara keduanya. Bau mulut berasal dari minuman beralkohol yang ditenggak Johan tercium di hidung lancip Sherly. Dia tidak mempermasalahkan hal itu saat aroma maskulin yang cukup kuat juga terendus menggoda sanubarinya. Johan menunduk sembari tangan satunya menyelinap ke area tengkuk Sherly dan turun perlahan menyusuri tulang punggung yang menjadi titik sensitif kaum hawa. Otomatis sang pengacara itu mendongak dan tanpa sadar kedua matanya ikut terpejam menikmati belaian pengusaha batik tampan ini. Johan tersenyum tipis makin merapatkan badannya ke arah gadis itu.

Layaknya mendapat undangan, kedua tangan Sherly melingkari leher Johan seraya memiringkan kepala dan berbisik, "Lo mau di sini apa di tempat lain?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jaksa Gagal Move On   Bab 6

    "Bukan urusan lo!" gertak Sherly menepis tangan Eric dan menutupi lehernya dengan rambut. "Lo beneran enggak move on ya sampai kepo siapa yang habis kasih cupang ke gue, tuh berkas dakwaan lo lain kali kudu lengkap!" sindirnya lagi lalu bergegas meninggalkan Eric."Enggak move on bukan berarti gue masih suka sama lo kali!" balas Eric menggema ruang sidang. "Dasar dada triplek!"Jika bukan di gedung pengadilan, mungkin satu tendangan maut di pangkal paha Eric bisa membuatnya bungkam. Entah dari mana ejekan dada triplek yang disematkan mantan padahal bentuk tubuhnya saat ini sudah banyak berubah. Belum lagi pandangan orang-orang yang mendengar cibiran Eric langsung mengarah ke Sherly yang dibalas sorot tajam. Dia mendengus sambil membatin apakah perlu menaikkan kegiatan gym-nya yang semula seminggu sekali jadi dua kali? Perlukah dia menggunakan baju lebih ketat lagi agar bola mata Eric yang sipit itu bisa melihat betapa indah dirinya sampai digilai banyak pria."Dia aja yang buta," guma

  • Jaksa Gagal Move On   Bab 5

    Rintihan penuh hasrat dua insan memenuhi mobil bercat hitam di parkir area dekat kelab kala bibir mereka saling mencecap. Beruntung posisi kendaraan milik Johan tidak terkena sorotan CCTV sehingga tak perlu takut kalau ada orang yang memergoki kemesumannya. Atmosfer terasa sangat panas sampai-sampai dua manusia yang dikuasai oleh gairah itu berpeluh butiran keringat. Tangan Johan bergerilya menelusuk masuk ke dalam gaun pendek Sherly untuk mencari-cari pusat tubuhnya. Begitu juga dengan Sherly, tangannya sudah sangat lihai menggoda milik Johan."Kenapa enggak sewa kamar aja sih?" bisik Johan di depan bibir bengkak Sherly. "Lo tahu betapa gue pengen bermain sama lo." Jempol kanannya mengusap bibir itu lembut.Sherly masih terengah-engah setelah cumbuan panas yang sungguh gila. Johan pintar juga, pikir gadis itu menilai kepiawaian Johan memanjakannya sampai pusat tubuhnya membutuhkan pelampiasan. Sekuat tenaga, dia mengumpulkan sisa-sisa kewarasan yang sempat menghilang entah ke mana, m

  • Jaksa Gagal Move On   Bab 4

    Memulas bibir sensual dengan lip cream merah menyala lalu menyemprotkan parfum Chanel yang manis nan segar membuat penampilan Sherly lebih mirip pelakor siap merebut lelaki orang. Dia kembali merapikan tatanan rambut panjang yang sengaja dikeriting bagian tengah hingga ujung rambut agar terkesan bervolume. Sementara balutan mini dress satin hitam dengan spageti strap menonjolkan lekukan tubuh terutama dada yang bisa membuat para buaya lupa daratan. Sherly patut memberikan seratus jempol pada orang yang berhasil menciptakan push up bra tanpa harus membuatnya melakukan implan."Pantas saja si Eric enggak bisa move on dari gue," gumam Sherly menatap pantulan wajahnya dari cermin penuh percaya diri. "Cewek seksi badass gini, mana bisa dia cari lagi."Usai menemui klien yang mengalami pelecehan seksual untuk mengumpulkan keterangan di acara persidangan nanti, Sherly langsung berganti jadwal untuk berjumpa dengan lelaki pengusaha batik yang dikenalkan oleh Sandra di Fable yang ada di lantai

  • Jaksa Gagal Move On   Bab 3

    "Najong!" pekik Sandra melalui sambungan telepon usai teman satu kantornya itu memanggil sebutan sayang. "Geli gue!""Apalagi gue," tandas Sherly masuk ke dalam mobil Honda Brio putih dan menekan loudspeaker ."Gue ogah punya cewek mak lampir kayak lo," sembur Sandra."Gue juga males punya cewek jorok mata duitan kayak lo," balas Sherly meraih botol mineral dari drink holder, meneguk cepat melintasi kerongkongan yang terasa kering setelah percakapan tak pentingnya dengan Eric. Beruntung panggilan dari Sandra bisa mengakhiri dan seakan Tuhan tahu kalau Sherly enggan berlama-lama melakukan kontak dengan lelaki sok ganteng itu. "Tapi, gue sayang sama lo, Nek.""Gue juga, Mak," kata Sandra cekikikan. "Gue sampe lupa mau nelepon lo buat apa. Udah ah, gue tunggu di kantor!"Sambungan telepon terputus, Sherly menghela napas panjang dan mengembuskan melalui mulut mengeluarkan segala kerisauan yang menggerombol dalam dada. Mengelus lengan yang tertutupi blazer cream berpotongan tiga perempat y

  • Jaksa Gagal Move On   Bab 2

    Kenapa di sini suasananya terasa pengap dan panas? batin Sherly mengibaskan tangan. Dia paham kalau udara di Jakarta selalu terasa membakar kulit, tapi sekarang di ruang sidang ini rasanya Sherly masuk ke dalam sebuah mesin pemanggang.Padahal ada empat mesin pendingin yang menyala untuk meredam emosi yang mungkin bisa terjadi selama proses peradilan atau bisa jadi gejolak perasaan yang mulai mendesak.Entah mencari kejelasan atau memulai kembali apa yang dulu pernah terjadi. Sherly tak mau terlalu percaya diri hanya karena Eric kemarin menanyainya tentang kejadian lima tahun lalu.Lihat saja sekarang, sang mantan yang menatap nyalang seakan ingin sekali mencaploknya hidup-hidup. Sherly membalas sorot mata sipit itu tanpa rasa takut sementara telinganya mendengar hakim Setyo tengah membuka persidangan."Apakah penasihat hukum sudah siap dengan pembacaan eksepsi?" tanya hakim Setyo."Iya, Yang Mulia," jawab Sherly lalu membuka dokumen eksepsi yang yang sudah disiapkan. "Nota keberatan

  • Jaksa Gagal Move On   Bab 1

    Bajingan!Umpatan kasar ini harusnya bisa menyembur tepat mengenai sosok itu. Sayang, semua hanya tertahan di rongga dada menyisakan sebuah gumpalan sebesar bola tenis. Beruntung dia tak sampai perlu bantuan oksigen atau bantuan pijat jantung kala iris mata lentiknya menatap lurus ke arah lelaki yang mengenakan toga hitam menunggu hakim membuka persidangan. Jangan tanya bagaimana desiran darahnya mengalir sekarang, justru tidak ada kejut listrik yang mampu mendebarkan dada melihat wajah berbingkai rahang tegas di sana tak banyak berubah. Alih-alih meniti mahakarya Sang Pencipta, pulasan gincu merah Sherly mencibir, memaksa alam bawah sadarnya untuk tetap fokus.Kliennya seorang lelaki berusia empat puluh tahunan meminta hak pendampingan hukum. Ini pertama kali dia mendampingi kalangan pencuri yang tergabung dalam jaringan curanmor. Sejujurnya, kehidupan menjadi seorang penasihat hukum tak jarang berbanding terbalik dengan hati nurani. Sering kali mereka dituntut untuk membela mereka y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status