Alat-alat di tubuh Mia sudah mulai dilepas, namun tubuhnya masih terlalu lemah. Mia baru saja mendapatkan kesadarannya setelah koma satu bulan. Dia belum banyak berbicara ataupun bergerak, anggota tubuhnya harus mulai membiasakan diri karena terlalu lama tidak beraktivitas.
Mia tidak sendirian di ruangan perawatannya, Adrian duduk di sampingnya. Terlihat kecemasan di wajah pria itu.
Tapi Mia tidak memperdulikannya dia membenci pria itu. Bahkan hanya menolak kehadirannya saja Mia tidak bisa.
"Aku tahu kau sangat sedih, Mia. Tapi jangan larut dalam kesedihan, Fia tidak akan suka."
Setelah semalaman hujan deras, pagi ini matahari tampak bersinar cerah. Genangan air terlihat di sepanjang jalan. Kondisi Mia sudah mulai membaik, dia masih memakai kursi roda dan kabar baiknya lagi dia sudah diizinkan pulang. Adrian yang menjemput Mia di Rumah Sakit dan mengantarnya pulang ke tempat kost. Sebenarnya Mia tidak menginginkan pria itu berada didekatnya. Sejak malam nista itu, Mia sudah membencinya. Tapi, Adrian tidak pernah menyerah. Setiap mendapat penolakan dia semakin gencar mendekati Mia. "Selamat datang ke rumah, Mia!" Adrian mendorong kursi roda Mia ke dalam rumah. Sudah la
Mia benar-benar tidak mengerti. Kehadiran pria itu di rumahnya dan beberapa orang yang datang bersamanya. Mia mengenal mereka semua. Kedatangan Gray dan keluarganya mengingatkan dirinya pada memori masa lalu. Seorang wanita paruh baya yang merupakan Ibunya Gray menghampiri Mia, "Kau sudah melalui banyak penderitaan, kehilangan orang tua dan adikmu. Itu pasti sangat berat untukmu. Gray, putraku juga sepertimu dia sudah dikecewakan mantan istrinya. Aku seorang Ibu yang menginginkan kebahagiaan putranya. Izinkan kami menebusnya." "Maaf, saya tidak mengerti maksud Tante?" "Kedatangan kami kesini untuk memintamu jadi menantu Keluarga Adelard istri dari Gray, putra keduaku. Apakah kau bersedia?" ucap pria paruh baya tersebut menyela, William Adelard.
Salah satu acara paling penting dalam prosesi pernikahan adalah resepsi pernikahan. Kedua pengantin pria dan wanita terlihat tampan dan cantik. Pakaian dan riasan yang indah membuat kedua pengantin terlihat bahagia, mereka adalah Raja dan Ratunya. Kehadiran kedua keluarga mempelai dan para tamu undangan menyemarakkan pesta, mereka mendoakan sang pengantin agar selalu bahagia. Alunan lagu cinta menggema di dalam ruangan. Deretan aneka hidangan tersaji di meja. Makanan yang disiapkan restoran kelas atas, RAD tampak menggugah selera makan. Mia membawa minuman di nampan, mengantarnya untuk para tamu. Suasana yang ramai membuatnya harus ekstra berhati-hati dalam melangkahkan kaki. Seorang gadis dengan gaunnya yang sexy tidak sengaja menabrak Mia.
Jari-jari tangan perempuan itu dengan lincah menari diatas talenan, mengiris bumbu dan sayuran. Asap mengepul di udara dari makanan yang tersaji di meja. Mia tersenyum menatap hasil masakannya yang terlihat lezat."Selamat pagi calon istriku!" sapaan dari Gray yang baru datang membuat Mia langsung menoleh ke arahnya."Selamat pagi, Gray!" tetes air dari rambut basah Gray menjadi pemandangan menarik untuk Mia, sepertinya pria itu baru saja mandi, "Apa tidurmu nyenyak?" ucap Mia sambil meletakkan dua cangkir kopi di meja.Gray menyeruput kopi yang disajikan Mia, "Lumayan nyenyak tapi tidak ada guling di kamarmu itu membuatku gelisah."Mia menatap bingung pria itu, "Jadi maksudnya tidak nyenyak?"
Seperti hari biasanya Mia kembali ke rutinitas, bekerja menjadi Waitress di Restoran AD. Cindy memperhatikan Mia dengan takjub, hari pertama masuk Mia sudah menunjukkan kerja keras yang luar biasa sekarang dia melihat Mia yang seperti itu bahkan lebih dari kemarin. Mia mengerjakan pekerjaan dengan cekatan, tanpa bicara dan terus fokus. Gray yang memakai seragam Waiter hanya diam memperhatikan Mia. Gray paham saat ini Mia sedang menghindarinya. Mulai pagi ini, Gray telah mencoba menghubungi Mia tapi tidak ada jawaban. Di restoran pria itu juga mendekati Mia, tapi Mia langsung menghindarinya bahkan sebelum Gray mengucapkan sepatah kata pun. Mia terlalu banyak menggunakan tenaganya, saat jam istirahat dia pergi ke Refreshing Room. Ketika Gray mema
Perlahan Mia membuka kedua matanya, sinar matahari pagi menyusup dari jendela kaca yang sedikit terbuka. Mia melihat sekitarnya, ruangan yang didominasi warna putih dan sangat tenang. Dia pasti sekarang ada di Rumah Sakit. Tepat saat itu pandangan matanya bertemu dengan Gray yang juga sedang menatapnya. Pria itu duduk di sofa, aura yang terpancar tidak membuatnya merasa nyaman. "Gray, apa yang terjadi? Apa aku tadi pingsan?" Gray berdiri dan mendekati perempuan itu, "Hanya kelelahan, mulai sekarang jangan bekerja terlalu keras." "Itu karena aku sedang bersemangat!" "Jaga baik-baik kesehatanmu, karena kau tidak sendirian lagi. Apa kau tidak tahu, k
Di kediaman Keluarga Adelard, Gray dan keluarganya sedang duduk di ruang tamu. Semua anggota keluarga berkumpul karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh Gray. "Ada apa Gray? Kau mengumpulkan semua anggota keluarga disini." Ibu Gray, Gretta terlihat cemas. "Aku tahu ini akan mengejutkan untuk kalian, tapi aku sudah memikirkannya dengan baik …." Gray menatap satu persatu anggota keluarganya, "Aku ingin menikah dengan Mia secepatnya! Mia sedang mengandung anakku!" Siapa yang tidak terkejut mendengar ucapan Gray malam itu. Seperti kilatan petir yang suaranya menggetarkan jantung. Gretta memegang dada kirinya dan William, sang Ayah terlihat lemas. "Kau sudah membuat kedua orang tuamu kecewa! Bukan seperti i
Seperti wanita hamil pada umumnya yang mengalami morning sickness, Mia juga mengalaminya. Entah sudah berapa kali Mia memuntahkan makanan pagi tadi sekarang tubuhnya sangat lemas dan kepalanya juga pusing. "Apa orang hamil selalu seperti ini?!" Mia memegangi perutnya, perutnya seperti diaduk. Mia kembali memuntahkan isi lambungnya dan kali ini hanya air karena pagi ini dia tidak makan banyak. Mia yang merasa lemas berbaring ditempat tidurnya, dia tidak ingin melakukan apapun. Ketika Mia mulai terlelap suara ketukan pintu membuatnya terkesiap. Dengan gerakan malas Mia bangun dari tempat tidurnya yang nyaman untuk membuka pintu. Seseorang yang berdiri di depan pintu membuat Mia menatap