Share

Bab 15 Ternyata

Penulis: Shakeel
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 09:34:48
Siang itu, Amel, Eni, Supri, dan Gilang sudah berada di tepi pantai. Sebagian dari teman-teman mereka juga berada di sana. Cuaca di sana sangat panas tapi terdapat pepohonan untuk berteduh dan menikmati ombak yang indah. Suara ombak membuat mereka tersenyum.

"Kalian mau es kelapa?" Gilang menawarkan es kepada mereka.

Supri mengangguk membuat Amel dan Eni juga mengangguk setuju, Gilang melangkah memesan empat es kelapa.

"Bu, es kelapa empat, minta tolong di antar ke sana, Bu," pinta Gilang sambil menunjuk ke arah tempat duduknya.

Tak butuh waktu lama, ibu penjual es itu mengantar es pesanan mereka.

"Mas, Mbak, ini esnya," ucap ibu-ibu penjual es.

"Terima kasih, Bu," Gilang menerima es itu dan memberikan kepada teman-temanya.

Mereka menikmati ombak dengan mengobrol santai dan menikmati es kelapa yang sudah mereka pesan.

"Kita foto dekat ombak sana yuk, sekalian berenang," ajak Eni.

"Aku di sini saja, panas banget," ucap Amel.

"Yaah, nggak ada yang mau berenang atau seked
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 27

    Keeseokan paginya, Amel berangkat lebih awal. Tapi tidak untuk bekerja, hari ini Amel memutuskan untuk izin bekerja. Dia belum siap untuk ketemu Ipul."Mah, aku jalan dulu ya. Aku hari ini izin, Mah, aku mau ke rumah Gilang. Kalau ada yang datang cari aku bilang aja aku sudah berangkat kerja, jangan bilang aku ke rumah Gilang ya, Mah. Pinta Amel kepada Bu Dina. "Kamu lagi ada masalah, Sayang?" Tanya Bu Dina lembut. "Nanti aku ceritain, Mah. Sekarang aku buru-buru, ingat ya, Mah, jangan bilang-bilang kalau ada yang cari aku," pamit Amel mencium tangan dan pipi Bu Dina. "Sarapan dulu, Mel," ucap Bu Dina. "Nanti aku beli aja, Mah, aku buru-buru," ucap Amel mencium tangan dan pipi Bu Dina.Bu Dina hanya menghela nafas panjang melihat Amel, tak berapa lama Pak Edi baru saja keluar dari kamar. "Ada apa, Mah? Kayanya tadi sudah ada suara Amel?" Tanya Pak Edi. "Amel baru saja berangkat, dia buru-buru," jawab Bu Dina. "Ya sudah biarlah, Mah. Mungkin Amel butuh waktu, Mah, kita sarapan b

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 26 Berakhir

    Yana sengaja menemui Amel, ada beberapa hal yang mau Yana bicarakan. Tapi karena Amel capek Amel mengajak Yana ke taman dekat rumahnya. Di sana, Yana membahas tentang Gilang. Yana sudah mendengar kondisi Gilang tapi Yana menduga Gilang hanya pura-pura supaya bisa dekat dengan Amel. Amel tidak percaya sama Yana, Amel marah sama perkataan Yana. "Kenapa kamu kaya gitu, Lang. Dokter sendiri yang bilang kondisi Gilang, bukan Gilang," bantah Amel tak suka dengan sikap Yana. "Itu siapa tahu kan, Mel. Jangan langsung percaya gitu aja," ucap Yana.Yana memang punya rencana untuk membuat Gilang hancur di mata Amel, dia mengarang cerita jika Gilang membohonginya. Akhirnya, Amel meninggalkan Yana sendiri, dia merasa kesal dengan sikap Yana, padahal Yana dan Gilang mereka sahabatan. Terdengar suara Yana terus memanggil Amel, tapi Amel tidak peduli dan terus berlari. Yana sebenarnya mengejarnya sampai rumah tapi Amel langsung menutup pintu rumahnya, Yana merasa tidak enak, karena orang tua Ame

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 25 Tidak di sangka

    Pak Edi dan Bu Dina sudah siap untuk menjenguk Gilang. "Mel, ayo berangkat kalau sudah siap," teriak Mama Dina memanggil Amel. Sore itu, mereka sudah merencanakan untuk menjenguk Gilang. "Ayo, Mah, Amel siap," ucap Amel yang sudah rapih. Sesampainya di rumah sakit, Amel yang sudah tahu ruang rawat Gilang langsung menuju ke sana. "Assallammualaikum," ucap Amel sekeluarga. "Waailaikumsalam," jawab semua yang berada di ruangan, ternyata di sana sudah ada Pak Zio, Ipul, dan Supri. Terlihat Gilang juga dalam keadaan tidak tidur tapi dia hanya diam saja. Supri sudah menceritakan keadaan Gilang ke Pak Zio dan Ipul, bahkan kabar kondisi Gilang yang lupa ingatan sudah semua tahu. Mereka semua hanya bisa mendo'akan yang terbaik untuk Gilang. "Om, Nte, ini orang tua, Mel, mau lihat keadaan Gilang," ucap Amel memperkenalkan orang tuanya. Orang tua Gilang menyambung dengan bahagia, bahkan Bu Wati dan Bu Dina terlihat berpelukan. "Apa rasa bersalah Amel begitu dalam, sampai orang tuany

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 24 Sebuah Keputusan

    Di kantin rumah sakit, Amel dan Supri sedang menunggu pesanan mereka tiba. Mereka memesan minuman, makanannya mereka bungkus karena ingin makan bersama di ruang rawat Bu Wati. "Mel, kenapa dari tadi bengong terus?" tanya Supri membuyarkan lamunan Amel."Aku merasa bersalah, Pri. Andai Gilang nggak aku ajak ketemu, pasti sekarang dia masih sehat," ucap Amel mulai meneteskan air mata kembali. Supri hanya bisa menghela nafas panjang, dia paham apa yang Amel rasakan. "Kamu nggak boleh sedih dan terus merasa bersalah gini, Mel. Jika Gilang tahu, dia pasti sedih, aku yakin Gilang nggak akan nyalahin kamu," Supri memberikan semangat kepada Amel. "Maaf, Mas, Mbak, pesanannya sudah siap," tiba-tiba pelayanan memberikan pesanan mereka."Terima kasih, Mbak. Ayo, Mel kita ke ruang Tante lagi," ajak Supri lalu Amel mengikutinya. ***Pak Resa sudah selesai mengurus administrasi ruang rawat Gilang, dan Gilang juga sudah dipindahkan di ruang rawat. Saat itu Gilang sudah sadar, dia terlihat suda

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 23 Lupa ingatan

    Bu Wati memandang Amel masih dengan wajah sedih."Mel, Dokter Rian bilang, Gilang, Gilang cidera di kepala dan kemunginan untuk sementara waktu Gilang lupa ingatan, jelas Bu Wati lemas. Amel yang mendengar itu tak bisa menahan air matanya. Dia langsung memeluk Bu Wati, Amel merasakan badan Bu Wati lemas dan akhirnya Bu Wati pingsan di pelukan Amel. "Nte, Tante," teriak Amel.Mereka semua yang di sana kaget dengan teriakan Amel. "Aku panggil suster," ucap Eni cepat berlari mencari bantuan.Tak lama suster datang membawa ranjang pasien yang di dorong. Bu Wati mendapat perawatan. "Mbak," panggil suster yang keluar dari ruangan perawat Gilang. "Iya, Sus," jawab Eni, Eni saat itu berjalan paling belakang. "Pasien sudah sadar, boleh kalau mau di lihat," jelas Suster. "Iya, Sus, terima kasih. Saya kabari orang tuanya, tadi ibunya pingsan, Sus," jawab Amel menjelaskan. Suster itu mengangguk dan masuk lagi ke dalam.Di depan ruang perawatan Bu Wati. Amel duduk dan masih menangis, di sa

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 22 Kenyataan pahit

    Supri yang mendapat kabar dari Amel segera menuju rumah sakit sejahtera. Dia ingin membuktikan sendiri apakah benar semuanya atau hanya mimpi. "Sus, tadi apa ada pasien kecelakaan dari jalan anggrek yang di bawa ke sini?" tanya Supri kepada suster jaga setibanya di rumah sakit."Iya, Mas, benar, pasien masih di UGD," jelas Suster.Supri mengangguk mengucap terima kasih, dia melangkah menuju ruang UGD. Dari kejauhan sudah terlihat Om Resa dan Tante Wati berada di sana. Supri bersalaman dengan mereka dan menanyakan bagaimana kejadiaanny, dia juga bercerita dia mendapat kabar dari Amel. Pak Resa menceritakan seperti yang polisi ceritakan. "Tadi aku juga lewat jalan anggrek, Om. Aku juga dengar seperti itu, aku sempat melihat motor Gilang, beberapa kali aku hubungi Gilang tapi tidak ada jawaban. Aku berharap ini mimpi," jelas Supri dengan nada sedih. Saat mereka mengobrol, Amel dan Eni tiba di sana. Mereka bersalaman dengan orang tua Gilang. Bu Wati menatap Amel seakan marah padanya.

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 21 Bersalah

    Hujan yang turun sangat deras, juga membuat Eni dan Supri makan bakso bersama. Eni memang sengaja mengajak Supri bertemu, Eni menceritakan semua kejadian tadi. Supri yang mendengar itu tampak geram. "Aku akan terus awasi Santi, dia nggak boleh sakitin Amel," Supri membatin dalam hati. Setelah hujan mulai reda, di saat Gilang sudah antar Amel pulang, Supri juga mengantar Eni pulang. "Jalannya tumben macet ya, En. Biasanya nggak kan ya," tanya Supri merasa heran karena jalanan itu macet dan sangat ramai. "Entah, Pri. Apa karena baru reda jadi orang-orang baru keluar," jawab Eni juga yang merasa heran. "Pak, kok macet gini ada apa?" tanya Supri ke bapak tua di tepi jalan."Di depan ada kecelakaan, Mas. Truk nambrak motor, orangnya katanya mental jauh, tapi sudah di bawa ambulance tadi," jelas bapak itu. "Astaqfirullah," ucap Supri dan Eni hampir bersamaaan."Terima kasih, Pak," ucap Supri. Bapak itu tersenyum mengangguk dan mengingatkan Supri untuk hati-hati karena jalanan licin.

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 20 Hujan kebahagiaan

    "Apa mungkin saat kejadian dulu sama Gilang, Santi juga yang menghubungi Ipul buat datang, dia juga yang kirim foto pas aku sama Gilang makan di kantin. Dia pasti sudah susun rencana, aku harus hati-hati," batin Amel sambil memikirkan apa rencana Santi selanjutnya. "Tapi aku puas kali ini bisa buat Santi ditegur Ipul," lanjut Amel sambil tersenyum."Mel, ketawa sendiri," ucap Eni mengagetkan Amel. Amel menoleh ke belakang, Eni sudah berdiri di sana. Amel menceritakan semua kejadian tadi, Eni pun ikut tertawa mendengar semuanya. "Tapi, Mel, kayanya setelah ini Santi malah akan buat rencana yang lebih heboh. Dia nggak mungkin berhenti walaupun sudah di tegur," ucap Eni penuh penekanan. "Kamu benar, En, aku harus kasih tahu Ipul supaya dia nggak mudah percaya," jawab Amel. Eni pun mengajak Amel melanjutkan kerjaannya dan nanti ceritanya setelah selesai kerja. ***Santi terlihat kesal dengan ucapan Ipul, dia tidak menyangka Ipul semarah itu. "Aku harus benar-benar cari cara supaya m

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 19 Rencana

    Santi menghubungi Yana, dia meminta Yana bekerjasama dengannya. Yana setuju, kali ini rencananya harus benar-benar matang dan berhasil. "Kali ini harus berhasil, San. Jangan sampai gagal lagi," pinta Yana di sambungan telepon. "Oke, kita pastikan semua berjalan sesuai rencana," ucap Santi penuh keyakinan. Usai menghubungi Yana, Santi langsung menghubungi Ipul, tapi nihil, beberapa kali dia menghubungi tapi tidak ada jawaban. Kali ini Santi memberanikan diri datang langsung menemui Ipul. ***"Aku ke rumahmu, Kak. Aku bawain masakanku mau?" tanya Amel di ujung telepon saat mendengar kabar Ipul sakit.Amel bersikap manis, dia ingin mencoba memperbaiki hubungannya dengan Ipul. "Terima kasih, Mel. Kamu mau ke sini aja aku sudah senang, nggak usah bawa apa-apa," jawab Ipul. Ipul merasa Amel jadi lebih manis, dia tidak akan mengulangi kesempatan kedua ini. Sambungan telepon dimatikan, Amel membuat bubur dan akan menuju rumah Ipul. Tidak butuh waktu lama, sekitar satu jam Amel sudah b

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status