“Luo Yi, kaukah itu?”
Suara lembut namun penuh rasa tak percaya itu membuat langkah Luo Yi terhenti. Ia menoleh perlahan ke arah sumber suara.
Sekitar tujuh tombak dari tempatnya berdiri, tampak seorang gadis berdiri di dekat gerbang Klan Qiau. Jubah putih gading yang dikenakannya tampak berkilau samar diterpa cahaya matahari siang, dihiasi benang emas di bagian kerah dan lengan. Rambut hitamnya diikat rapi ke belakang dengan pita ungu muda.
Di saat gadis itu menatapnya, Luo Yi mengenali tatapan itu. Tatapan yang dulu ia lihat saat dirinya dipermalukan di hadapan banyak orang di Sekte Pedang Langit. Saat semua menatapnya dengan hina, hanya satu orang yang memandangnya dengan iba, tanpa kata, namun menyentuh. Kini, tatapan itu kembali menyapanya. Masih sama, tapi kali ini dibalut keterkejutan.
“Ya, ini aku, Nona Qiau,” jawab Luo Yi dengan suara tenang.
Qiau Yu terpaku. Tatapannya menyusuri wajah Luo Yi yang kini lebih dewasa, tubuhnya tegap, sorot matanya dalam dan menenangkan. “Apakah benar ini Luo Yi?” batinnya, tak percaya.
Langkahnya maju perlahan. Ada keraguan, tetapi juga ada rasa ingin memastikan.
Saat jarak mereka hanya tinggal beberapa langkah, Qiau Yu mendongak, menatap Luo Yi seraya berkata, “Apakah kau benar-benar Luo Yi?”
Senyum tipis terukir di wajah pemuda itu. “Benar. Aku Luo Yi.”
“Seingatku, dulu dia tidak setinggi ini,” batin Qiau Yu.
“Sudah tiga tahun aku tidak melihatmu, jadi aku sedikit terkejut melihat perubahanmu,” kata Qiau Yu, meski raut wajahnya masih menunjukkan ketidakpercayaan kalau pemuda di depannya adalah Luo Yi. Namun, walaupun fisik pemuda itu berubah drastis, tetapi wajahnya masih menunjukkan bahwa pemuda ini adalah Luo Yi yang dikenalnya dulu. “Ke mana saja kau selama tiga tahun tidak pernah terlihat?”
“Maaf, aku tidak bisa menceritakan padamu, karena aku telah berjanji pada seseorang untuk merahasiakan tempat itu. Jadi, mohon dimaklumi, ya.” Luo Yi menjawab dengan jujur. Meski Hua Lianyi memperingatkannya untuk merahasiakan tentang Hutan Lianhua, tetapi gurunya itu juga mengajarkan untuk tidak berbohong kepada siapapun. Jadi, ia memilih untuk menjawab pertanyaan Qiau Yu dengan jawaban seperti itu.
“Tenang sekali cara bicaranya. Seingatku, dulu sikap Luo Yi tidak setenang ini,” batin Qiau Yu. Ia jadi semakin penasaran dengan perubahan Luo Yi yang signifikan.
“Kalau begitu, aku pergi dulu.” Luo Yi berbalik dan melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumahnya, Klan Luo, tetapi suara Qiau Yu menghentikan langkahnya.
“Tunggu!”
Dengan tenang, Luo Yi menoleh, menatap Qiau Yu yang mendekatinya.
Gadis itu lalu bertanya, “Apakah kau ingin pulang ke rumahmu?”
Luo Yi menjawab dengan tenang. “Ya.”
Qiau Yu berkata, “Sepertinya ibumu tidak ada di rumah. Tadi pagi aku melihat ibumu mengambil misi di Balai Kota.”
Luo Yi bertanya dengan tenang. “Ibuku mengambil misi apa?”
“Aku tidak tahu. Aku hanya melihat dari luar saat sedang jalan-jalan keliling kota,” jawab Qiau Yu.
“Terima kasih atas informasinya, Nona Qiau. Aku akan menunggu ibuku di rumah.” Luo Yi berbalik, dan melanjutkan perjalanannya.
Qiau Yu tidak tahu harus berkata apa lagi untuk menahan Luo Yi. Sebenarnya ia ingin berbicara lebih lama lagi dengannya. Ia benar-benar sangat penasaran dengan perubahan pemuda itu yang sekarang terlihat lebih gagah, tenang, dan berwibawa.
***
Ketika langkah Luo Yi memasuki kawasan Klan Luo, banyak orang yang menatapnya. Tatapan yang sama seperti dulu, tatapan hina. Dan banyak juga yang berbisik-bisik membicarakannya. Namun, Luo Yi tidak seperti dulu. Sekarang, ia tampak berjalan dengan tenang meski diperlalukan seperti itu.
Melihat Luo Yi yang sangat berbeda dari tiga tahun lalu, salah seorang pria pria yang terlihat seperti berusia 25 tahunan, melompat dengan ilmu meringankan tubuh dan mendarat di hadapan Luo Yi.
Luo Yi menghentikan langkahnya, wajahnya tetap tenang, seolah tidak terganggu sedikit pun dengan pria yang menghadangnya. Namun, ia bisa menebak apa yang akan terjadi setelah ini.
“Apakah kau Luo Yi putra Pendekar Yin Yang yang cacat dantian itu?” tanya pria itu.
“Ya,” jawab Luo Yi singkat namun tenang, membuat semua orang di sekitarnya menatap dengan sorot mata yang menyiratkan rasa penasaran terhadap dirinya.
Luo Lian, pria yang menghadang jalan Luo Yi itu memperhatikan pemuda itu, matanya menyusuri tubuh Luo Yi dari bawah sampai atas, lalu berkata, “Kau terlihat sangat berbeda dari yang dulu. Selama tiga tahun ini, sepertinya kau telah berlatih keras di suatu tempat. Tapi perlu kau tahu, seorang kultivator dengan dantian cacat sepertimu tidak akan pernah bisa menjadi kuat. Aku tidak peduli meski kau putra Pendekar Yin Yang. Yang jelas, kultivator sampah sepertimu tak layak tinggal di klan kami!”
Luo Yi tetap tenang, seolah tak tersulut emosi sedikit pun, membuat Luo Lian dan orang di sekitarnya menjadi semakin penasaran dengan sikap-nya. “Orang yang kuat bukanlah mereka yang memiliki kesaktian, bukan mereka yang memiliki dantian, dan bukan pula mereka yang memiliki ranah tinggi dalam berkultivasi. Akan tetapi, orang yang kuat adalah mereka yang bisa tetap tenang dan sabar dalam situasi apa pun,” kata Luo Yi dengan tenang, dan kata-kata yang baru saja diucapkannya itu adalah kata-kata yang pernah diajarkan Hua Lianyi padanya.
Melihat Luo Yi mencereramahinya dengan sangat tenang seperti itu, Luo Lian merasa seperti sedang diremehkan. Tanpa Ragu, ia segera mengeluarkan Pedang Chitiyan dari cincin penyimpanannya, lalu mengacungkan pedang itu pada Luo Yi seraya berkata, “Buktikan jika ucapanmu itu memang benar!”
Dengan cekatan, Luo Yin segera memutar tubuhnya seraya menyiapkan bola energi Qi di tangan kanannya. Namun, begitu melihat orang yang tadi berjalan di belakangnya, ia menurunkan tangannya. Bola energi Qi yang ia siapkan untuk menyerang meredup. Matanya berkaca-kaca melihat sosok pemuda di depannya. “Kau ... kau Luo Yi, kan?”Dari jarak beberapa tombak tempat Luo Yin dan Luo Qin berada, Luo Yi tersenyum tipis, wajahnya terlihat sangat tenang. Pemuda itu mengangguk pelan seraya menjawab, “Ya, Ibu. Ini aku.”Luo Yin beranjak berdiri, air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Wanita itu berlari ke arah Luo Yi lalu memeluknya. Ia tidak tahu harus terkejut atau bahagia. Tubuh mungil yang dulu ia peluk, kini telah berubah menjadi tubuh pemuda dewasa yang kekar dan hangat. Bahunya yang dulu sempit kini lebih lebar, dan tinggi badannya bahkan melebihi dirinya. Luo Yin menangis haru dalam pelukan putranya.Di sisi lain, Luo Qin melebarkan matanya, seol
Luo Lian melesat ke arah Luo Yi bagaikan kilat yang menyambar. DUAR!Ledakan dahsyat yang memekakkan telinga mengguncang udara. Air Danau Wuyao terpental, membuncah ke segala arah akibat ledakkan energi Qi yang luar biasa dari serangan Luo Lian.Air danau yang terpental itu mengguyur daratan di sekitar danau, membanjiri tanah dan membuat beberapa pohon tumbang akibat hantaman arus deras yang datang secara tiba-tiba.Di tengah danau yang kini terlihat lebih surut, kabut putih mengepul tebal. Saat angin sore bertiup pelan, kabut itu perlahan tersibak, menampakkan sosok Luo Lian yang berdiri tegak di atas permukaan air. Wajahnya pucat dan nafasnya terengah-engah.Ia baru saja menggunakan Jurus Tebasan Taring Bulan, sebuah jurus yang membuat tubuhnya bergerak secepat kilat dan menebas bagaikan taring bulan yang dijatuhkan.Rambutnya yang memutih kini kembali menghitam seperti sedia kala. Aura ganasnya perlahan meredup, dan tingkat k
Luo Lian mengeluarkan sebuah pil berwarna merah gelap seperti darah kental dari cincin penyimpanannya. Itu adalah pil yang ia dapatkan dari hadiah menang dalam pertandingan di Kompetisi Kerajaan Zhi tahun lalu. Pil itu diracik oleh alkemis tingkat tinggi yang menggunakan bahan dari darah Kultivator Ranah Ksatria. Dengan kata lain, Kerajaan Zhi dipimpin oleh seorang Raja bernama Raja Zhi Yuan, yang juga termasuk Kultivator Ranah Ksatria. Jadi, pil itu dibuat dengan darah raja itu sendiri untuk dijadikan hadiah pada kompetisi tahunan di kerajaannya.Efek dari pil ini akan membuat ranah kultivator yang mengonsumsinya meningkat ke Ranah Ksatria, tetapi itu hanya berlaku untuk sementara.Luo Lian segera menelan Pil Darah Ksatria itu. Seketika itu juga, lonjakan energi yang mengerikan memancar ganas dari tubuhnya, membuat air danau di bawahnya membelah seperti dihantam gada raksasa.Rambut Luo Lian yang semula hitam memutih, otot-ototnya memb
“Maaf, Paman. Aku datang karena ingin pulang ke kampung halamanku, bukan untuk berkelahi,” kata Luo Yi seraya berjalan dengan tenang, melewati Luo Lian. Luo Yi memanggilnya dengan sebutan paman karena Luo Lian sebenarnya sudah berusia empat puluhan tahun. Luo Lian tampak seperti usia dua puluh lima tahun karena tingkat kultivasinya telah mencapai Ranah Lanjutan Tahap Sembilan. Dalam dunia persilatan, semakin tinggi ranah seorang kultivator, maka penuaan pada tubuhnya akan semakin melambat. Dan jika seorang kultivator telah mencapai ranah tertinggi, maka penuaan pada tubuhnya benar-benar akan berhenti, bahkan akan menjadi muda lagi seperti berusia dua puluhan tahun. Inilah alasan kenapa kebanyakan kultivator memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai ranah tertinggi. Melihat Luo Yi yang dengan tenangnya melewatinya, wajah Luo Lian memerah. Pria itu merasa seolah tantangannya tak layak untuk ditanggapi, membua
“Luo Yi, kaukah itu?”Suara lembut namun penuh rasa tak percaya itu membuat langkah Luo Yi terhenti. Ia menoleh perlahan ke arah sumber suara.Sekitar tujuh tombak dari tempatnya berdiri, tampak seorang gadis berdiri di dekat gerbang Klan Qiau. Jubah putih gading yang dikenakannya tampak berkilau samar diterpa cahaya matahari siang, dihiasi benang emas di bagian kerah dan lengan. Rambut hitamnya diikat rapi ke belakang dengan pita ungu muda.Di saat gadis itu menatapnya, Luo Yi mengenali tatapan itu. Tatapan yang dulu ia lihat saat dirinya dipermalukan di hadapan banyak orang di Sekte Pedang Langit. Saat semua menatapnya dengan hina, hanya satu orang yang memandangnya dengan iba, tanpa kata, namun menyentuh. Kini, tatapan itu kembali menyapanya. Masih sama, tapi kali ini dibalut keterkejutan.“Ya, ini aku, Nona Qiau,” jawab Luo Yi dengan suara tenang.Qiau Yu terpaku. Tatapannya menyusuri wajah Luo Yi yang kini lebih dewasa, tubuhnya tegap, sorot matanya dalam dan menenangkan. “Apakah
Luo Yi menghela nafas. “Ternyata Anda Guru, saya pikir orang lain,” katanya seraya menatap Hua Lianyi yang muncul dari pintu masuk tangga spiral.“Aku hanya sedang menguji ketenanganmu,” kata Hua Lianyi dengan tenang. “Tetaplah tenang dalam kondisi apa pun, Yi'er.”“Saya benar-benar tidak menduga kalau Guru akan menguji ketenangan saya lagi.” Luo Yi menatap seruling di tangannya. “Saya rasa, Guru melakukan sesuatu pada seruling ini.”Hua Lianyi tersenyum tipis. “Kau menyadarinya.”“Saya merasa Guru memiliki banyak cara untuk menguji ketenangan saya.” Luo beranjak berdiri, pandangan matanya masih tertuju pada sang guru yang berdiri di hadapannya. “Mulai sekarang, saya akan berusaha untuk selalu dalam keadaan tenang. Apa pun kejutan yang akan Guru berikan untuk menguji ketenangan saya, saya siap menghadapinya dengan ketenangan!”***Tiga tahun telah berlalu. Di bawah bimbingan Hua Lianyi, Luo Yi tumbuh menjadi sosok yang sangat berbeda. Tidak ada lagi kegugupan atau amarah remaja dalam