Share

83

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-08-28 00:04:27

Dengan perasaan lega, Sofia turun dari mobil. Malam ini ia bahkan sengaja tidak membawa ponsel, agar Bima tak bisa menghubunginya.

Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Dalam hati, ia sudah menyiapkan diri—kalau nanti harus bertengkar dengan Bima, biarlah.

Toh, mereka bukan pasangan suami-istri sungguhan. Setidaknya, bukan dalam arti yang sebenarnya. Ingat, apapun alasannya dikontrak pernikahan mereka tertulis jelas untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing.

Itu sudah cukup jelas!

Dan malam ini, untuk sekali saja, Sofia ingin merasa bebas… tanpa belenggu dinginnya rumah besar itu.

Sofia melangkah masuk dengan satu tekad—ia ingin merayakan ulang tahun Lala. Setidaknya ada seseorang yang peduli, karena keluarganya sendiri sama sekali tidak.

Bahkan mungkin, mereka tak pantas lagi disebut keluarga.

Erin, ibu kandung Lala, justru sibuk dengan urusan lain. Bukannya memberi kasih sayang, ia hanya pandai mencari kesalahan orang lain, seolah itu satu-satun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Gwen Putri
siap Kaka thor
goodnovel comment avatar
Ipak Munthe
nanti malam ya Kak....
goodnovel comment avatar
Gwen Putri
lnjt Kaka thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   117

    Sofia merasa tubuhnya mulai berkhianat. Rasa panas menjalar dari dadanya hingga ke ujung jemari, membuatnya gelisah tanpa alasan. Nafasnya tersengal, jantungnya berpacu lebih cepat, sementara pikirannya berteriak menolak. Semakin ia berusaha melawan, semakin tubuhnya terasa asing—seakan bukan lagi miliknya sendiri. "Sssstttt!!!" Sofia berdesis, tubuhnya makin tak karuan. "Tolong turunkan aku," pintanya putus asa. Ia berlari kembali masuk ke kamar mandi, langkahnya terseok karena tenaga hampir habis. Dengan panik, ia mengguyur tubuhnya di bawah air dingin. "Ahhh!!!" teriakannya pecah, tak sanggup menahan rasa yang melanda. Bahkan kepalanya sampai dibenturkan ke dinding, berharap sensasi itu segera hilang. "Sofia, apa yang kau lakukan?" tanya Bima panik, buru-buru mematikan air. "Nyalakan lagi! Aku mohon… aku bisa mati!!!" teriaknya kalut. Bima bingung, matanya menangkap lebam-lebam di wajah Sofia yang membuat hatinya semakin hancur. "Nyalakan airnya!" Sofia terjatuh lemas

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   116

    Aran memarkirkan mobil di depan sebuah rumah bergaya minimalis, sesuai alamat yang sudah mereka lacak. “Kau yakin?” tanya Bima, suaranya berat penuh tekanan. “Selama ini Anda tidak pernah kecewa dengan pekerjaanku, Bos. Aku yakin begitu juga kali ini,” jawab Aran mantap. Bima mengangguk singkat lalu turun dari mobil. Matanya langsung menyapu halaman rumah—ada beberapa mobil terparkir rapi. Ia melangkah cepat masuk ke dalam, Aran setia mengikutinya dari belakang. Begitu memasuki ruang tamu, beberapa pria yang duduk di sofa sontak menoleh. Mereka menatap Bima penuh tanya, sebagian ragu, sebagian lagi seperti mengenali sosoknya. Bima yang sering muncul di berita sebagai pewaris keluarga konglomerat tentu bukan sosok yang mudah ditemui orang biasa. “Ini rumah Aldi?” tanya Bima dingin, tatapannya bergantian menyapu mereka satu per satu. “Benar… tapi dia baru saja pergi buru-buru,” jawab salah satu dari mereka hati-hati. Bima menoleh sekilas ke Aran. Pandangan keduanya bertemu

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   115

    Sofia masih berusaha menenangkan diri setelah gagal memuntahkan cairan yang dipaksa masuk ke tenggorokannya. Nafasnya berat, tubuhnya gelisah, dan ada sensasi aneh yang semakin sulit dia kendalikan. 'Apa yang sebenarnya diminumkan padaku?' pikirnya panik. Ketika pintu kamar terbuka, harapannya sempat muncul—mungkin ada pertolongan. Namun segera runtuh begitu seorang pria asing masuk dengan senyum puas. “Hay, cantik…” suaranya rendah, penuh nafsu. “Aslinya jauh lebih cantik daripada fotomu.” Sofia menegang, jantungnya seperti mau pecah. Ia buru-buru turun dari ranjang, berjalan mundur sampai punggungnya menempel ke dinding. “Tuan, aku mohon… jangan,” suaranya bergetar, penuh ketakutan. Pria itu malah tertawa pelan, melepaskan kancing kemejanya satu per satu tanpa ragu. “Jangan? Lucu sekali… gadis semanis ini malah merajuk. Ayo kemari.” Sofia menggeleng cepat. Air liurnya terasa pahit saat ia menelannya. Tubuhnya semakin tak karuan—panas, gemetar, dan anehnya seolah tak

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   114

    “Sudah, Bos,” lapor salah satu anak buahnya. Aldi menyeringai puas. Semua benda yang bisa dipakai Sofia untuk melawan sudah disingkirkan dari kamar. Kali ini, tidak ada lagi kesempatan baginya untuk melukai siapa pun. Dengan hati-hati, Aldi menuangkan bubuk obat perangsang ke dalam segelas air mineral. Ia mengaduk hingga larut, lalu melangkah masuk ke kamar bersama beberapa anak buahnya. Sofia yang duduk di tepi ranjang langsung tersentak dan berlari ke arah pintu. Namun, tubuhnya dengan cepat ditangkap dan dibekap oleh dua pria kekar. “Lepaskan aku!” teriaknya, berjuang sekuat tenaga. Aldi mendekat dengan senyum licik. Tangannya mencengkeram rahang Sofia, memaksanya meneguk cairan itu meski ia berusaha menolak. “Bagus,” bisiknya puas, melihat Sofia akhirnya menelan minuman tersebut. Tubuh Sofia didorong kasar ke ranjang hingga terhempas. Nafasnya terengah, matanya berkaca-kaca. “Kali ini kau tidak akan bisa lolos,” ujar Aldi dengan nada penuh kemenangan. “Keangkuhanmu

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   113

    *** Aran menekan bel, tak lama pintu apartemen pun terbuka. Lusi muncul di ambang pintu. Ia sempat terkejut melihat Aran berdiri di sana, bingung apa yang membuat pria itu datang ke tempatnya. Namun, keterkejutannya berubah saat pandangannya melewati bahu Aran. Di sana berdiri Bima. “Mas… Bima?” ucap Lusi dengan suara tercekat, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Untuk sesaat tubuhnya kaku, namun senyum perlahan merekah di bibirnya. Matanya berbinar penuh rasa kagum dan bahagia, seakan mimpi lamanya kini benar-benar hadir di depan mata. “Masuk, Mas… masuk,” ucap Lusi antusias, matanya tak lepas dari sosok Bima. Aran melangkah lebih dulu ke dalam, lalu Bima menyusul. Begitu pintu ditutup, Lusi masih tersenyum bahagia, langkahnya ringan saat mendekati Bima. “Mas Bima, mau Lusi bikinin minum apa? Atau makan? Lusi bisa masak kok—” “Sofia!” potong Bima tajam. Suara itu langsung menghentikan langkah dan kata-kata Lusi. Degh! Jantungnya berdegup keras, tubuh

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   112

    Lala masuk ke rumah dengan tubuh penuh lebam, pakaian kotor, dan wajah yang tampak sangat kelelahan. “Lala, kamu dari mana?” tanya Oma terkejut melihat cucunya dalam kondisi begitu mengenaskan. Namun, Lala tidak menjawab. Tatapan matanya langsung tertuju pada Erin—tajam, penuh kebencian. Sementara Erin hanya menatapnya sinis, bahkan memutar bola mata dengan jenuh. Dari lantai atas, Bima berjalan menuruni anak tangga. Beberapa langkah lagi ia akan menginjak lantai dasar ketika suara Lala menghentikan langkahnya. “Sofia… dibawa Mama,” ucap Lala tegas. Sekejap, suasana ruang tamu membeku. Semua orang terdiam, bahkan Bima. Ia berhenti di anak tangga terakhir, menoleh ke arah Lala dengan tatapan penuh tanya. Sebelum Lala sempat melanjutkan, Erin lebih dulu menyela dengan nada ketus. “Kamu ngomong apa, hah? Baru pulang entah dari mana, langsung ngomong ngaco. Kalau cuma mau bikin onar, mending pergi sekalian!” “Diam!” bentak Bima, suaranya tegas memotong ucapan Erin. Pandanga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status