"Untuk anggota yang piket saya harap bisa bertanggung jawab penuh sampai besok pagi. Sementara untuk yang lain, silahkan pulang dan beristirahat, jaga kesehatan, dan jangan lupa seperti biasa besok pagi kita akan tetap melaksanakan apel pagi bersama di jam biasa, diteruskan dengan pelaksanaan operasi cipkon di sektor wilayah. Delapan enam?""Siap, delapan enam, Komandan!" Jawaban yang solid terdengar dari seluruh anggota yang ada, menanggapi titah yang diberikan oleh Tria, sebelum mengakhiri kegiatan patroli di malam itu.Jika kondisi kamtibmas sedang adem ayem begini, semua pihak pastinya merasa lebih lega karena tidak perlu bekerja ekstra, meskipun harus tetap siaga dengan kondisi apapun.Pelaksanaan operasi cipkon yang merupakan kepanjangan dari operasi cipta kondisi itu sendiri memang sudah menjadi kegiatan rutin yang wajib di tingkatkan oleh pihak kepolisian, dan biasanya dilaksanakan setiap akhir pekan dengan melibatkan personil dari berbagai fungsi.Namun mengingat moment perga
Usai berbincang dengan Mpok Hindun hingga nyaris menjelang Isya, mendadak Senja seolah mendapatkan sebuah pencerahan, yang membuatnya menyesal mengapa tidak terpikir olehnya sama sekali dalam kurun waktu dua hari terakhir ini.Untuk itulah setelah Mpok Hindun pamit pulang, Senja buru-buru menunaikan sholat Isya kemudian dengan langkah pasti dia menuju ke warung terdekat dari rumahnya, yang menjadi tempat dirinya berbelanja kebutuhan sehari-hari."Beragam amat belanjaannya, Nja? Mau bikin kue ya?" tanya pemilik warung dengan nada suara yang ramah, begitu menyaksikan belanjaan Senja yang meliputi beberapa butir telur, tepung terigu, gula pasir, pengembang kue, pasta pandan dan masih ada beberapa jenis barang lainnya yang identik dengan bahan-bahan untuk membuat kue "Iya, Bu." jawab Senja, singkat."Emang rencananya mau bikin kue apa, Nja?" ujar ibu itu lagi, yang kini sudah mengambil ancang-ancang untuk menjumlah berbagai barang belanjaan Senja yang teronggok diatas meja kasir."Bolu pa
Bertepatan dengan Tria yang sukses memarkirkan mobilnya di seberang jalan, tepat didepan gang sempit yang biasanya menjadi akses masuk ke rumah Senja, secara bersamaan pula sosok yang hendak ia jemput itu terlihat berjalan keluar dari mulut gang.Sangat jelas terlihat bagaimana Senja cukup kerepotan dengan keberadaan tiga buah dus kue berbentuk persegi yang saling bertumpuk dalam genggamannya, ditambah lagi dia harus mengepit tas kecil yang tersampir di bahu kanan.Mendapati pemandangan tersebut sontak Tria melompat turun dari mobil secepat kilat, langsung berlari kecil menyongsong sosok Senja yang ternyata juga langsung notice akan keberadaan Tria dengan outfit khasnya yakni seragam dinas."Bisa-bisanya diborong sekali angkut. Kenapa gak ngomong kalo bawaannya sebanyak ini sih, Nja?" ujar Tria sambil buru-buru mengambil alih tiga buah dus kue yang saling bertumpuk itu sekaligus."Banyak gimana? Cuma tiga dus kue kok ..."Tria terlihat menggelengkan kepalanya mendapati jawaban ngeyel
Saat Tria dan Senja tiba di rumah dinas milik Tria yang berada di kawasan Mako, tepat didepan selasar kantor sudah terlihat banyak anggota polisi yang berkumpul menunggu apel pagi yang akan dimulai tak lama lagi.Sebagian besar dari mereka terlihat berseragam dinas seperti halnya Tria, namun ada beberapa diantaranya memakai kemeja putih lengan panjang dipadu celana hitam berbahan kain."Yang satunya biar aku aja yang bawa." ujar Senja yang buru-buru turun dari mobil begitu menyadari pergerakan Tria yang begitu mesin mobil dimatikan terlihat tergesa-gesa turun dan langsung membuka pintu mobil belakang."Oke, kalo gitu abang bawa dua sekalian ..." jawab Tria sembari menyodorkan satu buah kotak kue ke tangan Senja yang buru-buru menyambut pemberian Tria.Detik berikutnya, dengan gesit Tria terlihat sudah menumpuk dua buah kotak kue yang tersisa dan tanpa banyak bicara langsung mengangkat dan membawanya masuk kedalam rumah dinas yang terlihat lenggang.Melihat hal tersebut alhasil secara r
"Ini sudah masuk kategori penganiayaan berat. Jadi, jika kasus ini diteruskan, maka suami ibu bisa kena pasal ...""Saya tidak berniat meneruskan.""Apaa ...?""Bebaskan saja suami saya, agar saya juga bisa segera pulang ke rumah. Pekerjaan di rumah sudah menumpuk, lagian sekarang saya juga sedang tidak enak badan ..."Hening."Bapak tidak dengar apa yang saya katakan?"Beno, pria muda yang berada dalam keadaan duduk itu terlihat semakin bimbang, mendapati kebulatan tekad Senja, wanita dihadapannya, yang baru saja mengeja keinginannya dengan nada yang lirih namun penuh ketegasan didalamnya."Mohon dipahami keinginan saya, Pak.""Tapi, Ibu Senja ...""Apapun yang terjadi, saya akan tetap pada pendirian saya untuk tidak mempermasalahkan apapun yang menimpa saya saat ini. Saya tidak mau mengumbar aib rumah tangga, dan atas nama para tetangga yang sudah melaporkan semua keributan ini, saya juga minta maaf. Saya tau semua yang terjadi telah banyak menyusahkan pak polisi, tapi saya juga san
Menanggapi penjelasan yang cukup panjang lebar tersebut, Tria menatap Senja dalam-dalam.Sepintas nada suara Senja bahkan terkesan sedikit kesal atas laporan para tetangga, padahal dengan begitu banyak bagian wajahnya yang membiru itulah yang pastinya telah menguatkan tekad para tetangga untuk berinisiatif melaporkan kejadian penganiayaan suaminya kepada pihak yang berwajib.Tria sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran wanita dihadapannya.Padahal sudah jelas-jelas semua yang dilakukan para tetangga merupakan bentuk kepedulian mereka. Sayangnya, orang yang dikhawatirkan justru tidak bisa melihat niat baik orang lain terhadap dirinya, bahkan terkesan tidak tau cara menyayangi dirinya sendiri."Lagian, laporan atas suami saya juga sudah dicabut, Pak."Nada suara datar milik Senja seolah membuyarkan berbagai pemikiran Tria yang berkecamuk didalam benak, di saat sepasang mata elangnya terus terpatri pada seraut wajah mungil yang terbingkai hijab dengan begitu apik.Wanita itu bahkan
Ketiga orang tamu itu diantaranya adalah sepasang suami-istri lanjut usia yang pada beberapa bulan yang lalu telah diselamatkan oleh Andita dari insiden kebakaran pasar.Keduanya tak hanya datang berdua, melainkan dengan seorang pria paruh baya lainnya yang berpenampilan necis.Belakangan baru diketahui bahwa ternyata pria itu adalah seorang pengacara yang sengaja didatangkan sepasang suami-istri tersebut, dalam rangka kepengurusan seluruh berkas transaksi hibah atas kepemilikan sebidang tanah beserta bangunan lapak kecil mereka yang berlokasi di pasar tradisional yang baru saja selesai di renovasi kepada Satya.Sepasang suami istri itu telah memutuskan untuk hijrah dari kota kecil mereka dan pindah bersama anak-anak mereka yang telah sukses di kota besar.Keduanya pun memutuskan untuk menyerahkan kepemilikan kios mereka kepada Satya, sebagai bentuk ucapan terima kasih sekaligus ungkapan rasa penyesalan tak terhingga atas kehilangan Andita untuk selama-lamanya, yang telah rela bertaru
Tidak selevel.Iya, tentu saja.Pada kenyataannya Pelangi Senja hanyalah seorang gadis biasa lulusan SMA.Sehari-harinya aktifitas Senja hanya berjualan sandal di sebuah lapak kecil yang ada di pasar tradisional.Rasanya wajar jika kedua orang tua Yusuf Akhyar yang terkenal memiliki sikap angkuh, arogan dan tinggi hati itu tidak bisa begitu saja menerima sosok Senja, yang dimata mereka bukanlah siapa-siapa.Tapi lagi-lagi karena semua itu merupakan keinginan Yusuf sang anak semata wayang, maka kedua orang tua Yusuf pun tak kuasa berlama-lama menentang.Singkat cerita, mengingat keberadaan Senja sendiri yang merupakan anak yatim piatu, juga sebatang kara tanpa sanak saudara, maka sebuah lamaran resmi pun akhirnya dilakukan oleh keluarga besar Akhyar, untuk seorang Pelangi Senja yang kala itu hanya diwakili oleh keluarga Ustadz Ibrahim dan beberapa orang tetangga terdekat.Tanpa berlama-lama kemudian Senja pun berhasil dipersunting, oleh seorang Yusuf Akhyar.Saat itu Senja merasa sanga