Share

6. Palying Victim

Author: Raisya_J
last update Huling Na-update: 2023-12-01 08:35:31

"Enak aja kamu nuduh aku, padahal kamu yang duluan!" Haura bersedekap dada menatap Lilis.

Lilis sekarang sedang bersandiwara menjadi seorang wanita lemah yang diganggu oleh mantan istri jahat.

"Enggak, aku mana mungkin mulai duluan, Yang!" ucap Lilis terisak.

Sedangkan Haura, dia memutar bola matanya malas melihat adegan yang sedang dilakukan oleh Lilis. Padahal wanita hamil itu sendiri yang memulai, tetapi dia malah menuduh dirinya.

'Dasar playing victim!" Haura mengumpat di dalam hati.

"Kamu bisa gak sih jangan cari masalah sama Lilis? Aku tahu kamu enggak suka karena aku lebih milih dia, tapi gak gini juga, Haura! Dia lagi hamil, jadi tolong jangan main kasar!" Niko menatap tajam kepada mantan istrinya.

"Huh! Emang, ya, kalian itu serasi banget, yang satu pintar, satunya lagi, bodoh! Jelas-jelas istrimu itu lagi akting, tapi percaya aja!" Haura berdecak kesal.

Ada perasaan panas di dalam hatinya, dirinya sekarang cemburu dengan Lilis yang mendapatkan perhatian mantan suaminya tersebut. Dengan sekuat tenaga Haura menahan untuk tidak menjatuhkan bulir bening yang sedari tadi ingin memaksa keluar.

"Lihat, Yang! Sekarang ngatain kamu bodoh," ucap Lilis memprovokasi Niko.

"Maksud kamu apa? Ngatain aku kayak gitu!" geram Niko.

Wajah lelaki itu memerah menahan amarah, dia sangat tidak suka sekali saat Haura mengatainya seperti itu.

"Ya, apa lagi? Kamu mau-maunya percaya sama dia, padahal dia berbohong. Kalau bukan bodoh, kalau apa?!" Haura tidak mau kalah, wanita itu menatap sengit Niko.

"Lilis gak mungkin bohong sama aku, jadi kamu jangan mengada-ada!" tegas Niko.

Niko masih bersikeras percaya kepada Lilis, dia merasa kalau wanita hamil tersebut tidak pernah berbohong kepada dirinya.

"Benarkah? Em, kita kan gak tahu isi kepala orang." Haura melirik sinis kepada Lilis yang berada di belakang Niko.

Lilis malah menatap ke arah Haura, seakan mencari tahu apa yang dipikirkan janda itu. Namun, dia malah menjadi menunduk, tidak berani lagi menatap atau pun bersuara.

"Apa yang dikatakan Haura benar, kalau Lilis lah yang berbohong di sini?" tanya Niko kepada salah satu karyawan.

"Benar, Pak!" sahut karyawan.

Tentu saja dia tidak mau membela Lilis, karena sekarang Haura lah yang menjadi bos di sini. Kalau dia membela Lilis, tentu saja dirinya akan kehilangan pekerjaan di toko tersebut.

"Kamu pulang!" Niko menatap tajam Lilis.

"T-tapi—" perkataan Lilis terpotong oleh bentakan dari Niko.

"Aku bilang pulang, ya, pulang!" bentak Niko.

Lilis gemetaran ketakutan, dia tidak pernah dibentak oleh Niko jadi sekarang wanita hamil itu sangat ketakutan. Dia menatap tajam kepada Haura, lalu melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah.

"Maaf untuk tadi, aku gak tahu kalau Lilis yang berbohong. Karena dia gak pernah bohong sama aku." Niko mengusap wajahnya kasar.

"Jadi maksud kamu, aku pernah berbohong sama kamu?" tanya Haura.

Haura merasa tersinggung dengan perkataan Niko, padahal selama menikah, dirinya tidak pernah berbohong satu kali pun kepada lelaki yang berada di depannya ini.

"Gak, bulan gitu maksudku. Sudahlah, kita gak usah bahas ini lagi, nanti kamu malah sakit hati karena aku salah ngomong," ucap Niko.

'Sakit hati?' gumam Haura di dalam hatinya.

Dia tersenyum tipis mendengar perkataan dari Niko, lelaki itu ternyata bisa memikirkan perasaannya sekarang. Namun, kenapa baru sekarang? Bukankah dengan berselingkuh dan memilih wanita lain itu lebih menyakitkan dari pada perkataannya?

"Aku kemari mau memberikan surat kepemilikan toko ini, jadi kamu gak usah khawatir kalau aku atau Lilis akan mengambil lagi." Niko menyerahkan map kepada Haura.

Haura mengambil map itu dengan berat hati, karena map ini menyadarkan kalau yang terjadi bukanlah mimpi belaka. Mulai sekarang dirinya akan hidup sendiri, tanpa ada Niko tempat biasanya berkeluh kesah atau pun bermanja seperti anak kecil.

"Jangan menangis." Niko mengusap air mata Haura yang jatuh.

Haura menepis tangan Niko, dia tidak mau membuat perasaannya menjadi sakit karena perlakuan manis dari lelaki tersebut.

"Sebenarnya aku masih berharap kita bersama, tapi Lilis tidak mau menjadi istri kedua, jadi aku gak ada pilihan lain selain menceraikan kamu," gumam Niko.

Haura menatap lelaki tersebut. "Maksud kamu, mau poligami?"

"Iya, karena aku masih mencintaimu dan juga Lilis. Aku gak bisa milih salah satu dari kalian." Niko menunduk, dia tidak mampu menatap Haura.

Mustahil seseorang tidak memiliki perasaan kepada pasangan yang pernah bersama dalam waktu yang lama. Sama halnya dengan Niko, dia sangat mencintai Haura yang bersedia hidup dengannya disaat susah.

"Ck, kamu kira aku mau dimadu?!" tanya Haura kesal.

Dia baru tahu kalau Niko adalah lelaki yang egois, terlalu mementingkan dirinya sendiri sampai tidak memikirkan perasaan yang dia rasakan.

Wanita mana yang mau dimadu, sedangkan Lilis yang merebut suami orang saja tidak mau dimadu, apalagi dirinya? Ingin sekali Haura meneriaki mantan suaminya sekarang juga, tetapi dirinya sadar hal tersebut hanya akan membuat lelah sekaligus malu dilihat banyak orang.

"Aku yakin kamu akan mengerti aku, karena kamu tahukan kalau aku sangat menginginkan anak? Aku nikah sama kamu beberapa tahun, tapi kamu gak pernah hamil. Sama Lilis beberapa bulan melakukannya malah hamil!" ucap Niko.

Niko tetap tidak mau semua kesalahan dilemparkan kepada dirinya, jadi dia mencari pembenaran untuk apa yang dirinya lakukan sekarang.

Haura merasa kesal dengan tingkah Niko, kepalanya sampai berdenyut nyeri karena sedari tadi menahan emosi.

"Jadi apa kamu mau nikah lagi sama aku, Haura? Aku janji bakalan adil sama kamu, tapi hubungan kita gak boleh ketahuan sama Lilis." mohon Niko tidak tahu malu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   119- Kepergian Haura - TAMAT

    Mau tidak mau Haura keluar dari sana, " maaf ya maaf." wanita itu keluar dengan menangkupkan kedua tangannya.Lalu Haura berlari kecil menuju di mana tempat Elisa berada.Saat sampai di sana Elisa menatap aura dengan tatapan terkejut, membuat wanita itu menjadi risih dan menundukkan kepalanya."Enggak cocok, ya, Ma?" Haura bertanya dengan kepala menunduk, merasa gelisah karena takut tidak sesuai apa yang Elisa inginkan.Elisa tersenyum memandang Haura, " cantik kok menantu mama," pujinya."Emang bener? Tapi kenapa rasanya risih," tanya Haura sambil memperhatikan pakaian yang dipakai."Enggak cantik kok, masa sih mama bohong sama kamu?" Elisa mendekati Haura.Setelah setelah meyakinkan Haura kalau wanita itu cocok mengenakan pakaian berwarna merah muda tersebut, mereka pun memilih pergi ke salon bersama untuk melakukan perawatan.Selama hampir seharian penuh kedua wanita tersebut baru memilih pulang. Mereka memilih membeli makanan matang, lantaran merasa lelah bahagia di luar rumah."A

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   118. Pergi bersama mertua

    Rangga dan Elisa terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Dean, dengan cepat mengubah ekspresi wajah mereka kembali seperti biasa."Enggak masalah, semuanya bakalan baik-baik saja. Mama sama Papa bakal dukung apapun keputusan kalian." Elisa menggenggam jemari Haura dengan erat, memberikan kekuatan kepada sang menantu.Karena dia tahu betul perasaan Haura sekarang, sama seperti dirinya yang dulu mengetahui kalau kehamilannya sangat berisiko. Lantaran kandungan lemah, mungkin memang berbeda dengan kasus Haura. Namun tetap saja dirinya mengerti apa yang sekarang menantunya itu rasakan."Makasih, Mama dan Papa selalu dukung kami berdua." Haura membalas menggenggam erat jemari Elisa. " kalau begitu, gimana kalau kita pulang saja? Soalnya kan belum memasak buat makan pagi ini. Apalagi Papa sama Dean mau pergi bekerja," sambung Haura mengajak mereka semua untuk pulang."Mumpung udah di sini, gimana kalau kita makan di luar saja?" Elisa memandangi satu persatu ketiga orang yang berada di sam

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   117. Hasil pemeriksaan

    Elisa sangat merasa bersalah melihat Haura yang terlihat sangat senang dia takut kalau semisalkan yang menanti itu tidak hamil sehingga dia mulai memikirkan kata yang tepat untuk mengatakan kepada Haura dengan pelan-pelan." Haura, coba kita periksa dulu ke rumah sakit. Biar tahu Hasilnya kayak gimana," Ucap Elisa dengan gelisah.Haura yang melihat Elisa gelisah membuat dia menganggukkan kepala. " Baiklah, Ma!""Kalau begitu memang bangun Papa dulu ya Sambil siap-siap kamu juga jangan lupa bangunin Dean supaya kita segera berangkat," ucap Elisa lalu pamit pergi ke kamar.Haura mengerti selalu segera menuju ke kamar untuk membangunkan sang suami, dia mengelus perutnya yang masih rata. Sambil terus berharap kalau di dalam perutnya itu ada bayi mungil yang bergerak-gerak di sana.Dengan penuh semangat Haura memilih membangunkan sang suami terlebih dahulu, dia mengguncangkan tubuh Dean perlahan." Dean, ayo bangun!" Haura mengguncangkan lagi tubuh dan secara perlahan." Ada apa, Haura? "

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   116. Apa iya hamil?

    Tumpukan piring dan perkakas dapur yang kotor akibat Dean memasak di sana, belum lagi kompor terkena banyak noda. Sehingga membuat Haura jadi merasa terbakar, lantaran menahan amarah di dalam dada.Namun dirinya terpaksa menahan itu, lantaran ada kedua mertua sedang berada di sini, tidak ingin menunjukkan pertengkaran kepada Elisa dan Rangga. Haura pun memilih untuk menghembuskan napas secara perlahan, beeharap perasaan marah di dalam dada hilang."Dean, kamu seharusnya enggak usah masak. Bangunin aku aja kalau lapar," ucap Haura dengan menahan perasaan marah di dalam dada."Kamu kan lagi sakit, masa aku suruh masak?" Dean menatap bingung kepada Haura, merasa heran kepada wanita itu."Iya, benar kata Dean. Masa kamu lagi sakit disuruh masak, seharusnya Dean beli aja di luar," ucap Elisa menimpali.Elisa juga merasa sesak sekali dengan tumpukan yang berada di wastafel, ingin sekali dirinya memarahi sang anak. Namun karena Dean berniat baik, jadi untuk kali ini dia menahan perasaan kesa

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   115. Masakan tidak layak dimakan

    Elisa langsung mendekati Dean untuk melihat apa yang terjadi, ternyata nasi yang dimasak lelaki tersebut menjadi bubur membuat dia menjadi tertawa dengan keras."Astaga, kok masak nasi aja malah jadi bubur?" Elisa tertawa dengan keras sambil memegangi perutnya yang terasa sakit."Hust, Ma! Haura lagi tidur di dalam kamar, nanti malah bangun," tegur Dean meminta kepada sang ibu untuk diam."Habisi, masak nasi aja sampai jadi bubur. Terus percaya diri banget masak, padahal ke dapur aja jarang," ejek Elisa yang tidak dapat menahan dirinya."Mau gimana lagi? Aku pengen masakin sesuatu buat Haura yang lagi sakit." Dean menundukkan kepalanya, merasa gagal ingin membuat sang istri terkesan."Kalau udah tahu enggak bisa masak, ya beli aja! Uang banyak kok, masa enggak mampu beli makanan matang," gerutu Elisa kesal, bisa-bisanya ingin memberikan makan menantunya dengan masakan tidak layak dimakan."Kalau beli makanan matang, buat apa aku capek-capek masak kayak gini? Tuh aku masakin dijamin en

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   114. Jadi lembek

    Haura menganggukkan kepalanya, memang tubuhnya terasa tidak baik-baik saja sejak tadi malam."Sebaiknya kamu minum teh hangat dulu, makan walau sedikit agar minum obat dan cepat istirahat. Biar aku buatkan teh hangatnya dulu, kamu duduk aja di sana." Dean membuatkan segelas teh hangat untuk Haura.Sedangkan Haura terduduk lemas karena habis muntah tadi, rasanya dia kehilangan tenaga untuk sekedar berdiri atau melakukan apa pun. Beberapa menit kemudian, Dean datang membawakan segelas teh hangat untuk sang istri."Minum dulu, lalu setelahnya makan, ya!" perintah Dean terlihat sangat khawatir."Aku enggak nafsu buat makan," tolak Haura dengan wajah pucat."Sedikit aja, biar bisa minum obatnya. Pokoknya setelah aku beli obat di apotik, kamu harus udah kelar makan!" Dean bergegas mengambil kunci mobilnya, lalu pergi keluar.Memang karena rumah masih baru sehari ditinggali, wajar saja tidak memiliki kotak obat seperti di rumah Elisa. Sayur dan ikan saja dibelikan sang mertua, jadi bagaimana

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status