Share

5. Istri?!

Dean yang sejak tadi terdiam, kemudian lelaki itu malah tertawa terbahak-bahak seakan perkataan yang keluar dari mulu Haura sangatlah lucu.

"Apa yang lucu?" Haura mengerucutkan bibirnya.

Wanita itu sekarang merasa kesal dengan lelaki yang berada di depannya sekarang ini. Bukannya menjawab, Dean malah tertawa.

"Enggak papa! Aku hanya merasa lucu aja sama kamu." Dean memegangi perutnya yang terasa sakit akibat terlalu keras tertawa.

"Apanya yang lucu coba?!" tanya Haura emosi.

"Karena kamu salah paham sama aku, aku enggak punya istri, pacar aja belum punya!" jelas Dean.

Penjelasan Dean membuat Haura menjadi terkejut, tetapi dia tidak mau percaya begitu saja kepada lelaki di depannya ini.

"Lalu kata kamu kemarin malam itu apa? Kamu bilang 'yang masak cewek yang kamu cintai' nah kalau bukan istri, lalu siapa?" Haura mengingatkan perkataan Dean tadi malam.

"Oh, itu. Cewek yang aku cintai itu, adalah mamaku, kalau kamu gak percaya, aku bisa kenalin kamu sama mamaku itu. Nanti kalau mamaku nanya, aku tinggal bilang kamu adalah pacar aku, gimana?" goda Dean.

Haura langsung menggelengkan kepalanya pelan, pertanda dia tidak mau dipertemukan dengan mamanya Dean. Kalau dipertemukan sebagai tetangga tidak masalah, tetapi ini dia malah dikenalkan sebagai kekasih lelaki itu.

Jelas saja Haura tidak mau, dirinya baru saja mengenal Dean, jadi bagaimana dia bisa menjalin hubungan dengan lelaki yang baru saja dia kenal. Apalagi dia juga belum resmi bercerai, tentu saja hal tersebut akan menjadi gunjingan orang sekitar.

"Kenapa enggak mau? Apa kamu malu ngakuin perasaan kamu ke-aku?" kekeh Dean.

"Idih, pede banget sih kamu!" gerutu Haura.

"Lah, aku bukannya kepedean. Tapi kamu salah paham segitunya sama aku, sampai wajah kamu ditekuk gitu pas ngira kalau aku punya istri," goda Dean.

Lelaki itu menjadi sangat senang menggoda wanita cantik di depannya ini. Jadi tanpa sadar dia ingin menggodanya terus-menerus.

"Bukannya gitu, aku gak mau aja kalau terlalu akrab sama suami orang! Nanti aku malah dicap pelakor dan janda gatal lagi sama istrimu dan orang sekitar," jelas Haura. Dia jelas tidak berbohong. "eh, aku mau balik dulu! Aku enggak sadar kalau sekarang udah jam segini, aku harus kerja!"

Haura segera berpamitan kepada Dean, lalu memilih berlari cepat untuk pulang. Dirinya tidak sadar sekali kalau waktu begitu cepat berlalu, sampai tidak ingat kalau dia harus pergi ke toko yang sekarang menjadi miliknya.

Dengan cepat Haura mandi, lalu berpakaian dengan rapi, wanita itu memilih sarapan roti saja. Lalu dia mengambil kunci dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, tentunya setelah memastikan rumah dan pagar terkunci rapat.

"Maaf saya telat," ucap Haura.

"Bos baru telat nih, gimana ngasih contoh kepada karyawan yang lain?!" ejek Lilis.

Haura terkejut melihat Lilis yang berada di tokonya, baru kemarin dia bertemu dengan wanita ini dan sekarang harus bertemu kembali, membuat perasaannya menjadi kesal saja dipagi hari.

"Ngapain kamu kemari?!" Haura menatap tajam Lilis.

"Em, ngapain, ya?" Lilis malah menatap remeh kepada Haura.

"Aku gak suka kalau kamu datang ke rumah atau ke tokoku ini!" Haura langsung mengatakan ketidaksukaannya.

"Kan aku sudah bilang, terserah aku! Niko juga gak ada ngelarang aku mau kemari, kok kamu ngelarang sih? Apa kamu mau toko ini aku ambil balik aja? Supaya kamu jadi gelandangan di luaran sana," ucap Lilis tertawa pelan.

Lilis sangat menikmati sekali penderitaan yang dialami oleh mantan majikannya itu. Sehingga dia selalu mencari perkara kepada Haura, setelah Niko memutuskan mencarikan wanita tersebut.

"Kamu kan udah tahu, kalau toko ini pemberian dari Niko, karena aku udah nemenin dia dari nol. Jadi kenapa kamu malah mau ambil lagi?" Haura mengepalkan tangannya erat.

"Habisi kamu gak sopan banget sama aku, padahal kan aku gak mau ribut sama MANTAN ISTRI Mas Niko ini!" Lilis sengaja menekan kalimat 'mantan istri' supaya Haura sadar akan posisinya.

"Kamu gak berkata begitu pun aku sudah sangat tahu, kalau aku bukan istri dari Niko lagi. Tapi apa kamu merasa tersaingi oleh aku yang adalah mantan istri calon suamimu itu?" kali ini Haura membalas perkataan Lilis, dia tidak mau kalau kalah dari pelakor.

Lilis mengepalkan tangan, dia tidak terima dituduh merasa tersaingi dari Haura. Tentu saja itu semua karena dirinya merasa kalau dia lah wanita yang terbaik dan jauh lebih segalanya dari Haura yang menurutnya adalah wanita mandul.

"Ngapain aku merasa kayak gitu? Gak banget!" Lilis mencebik kesal.

"Terus kenapa kamu ganggu aku aja dari kemarin? Kalau bukan karena kamu takut, kalau suatu saat nanti Niko akan balik lagi kepadaku?" Haura menatap sinis Lilis, dia menyunggingkan senyum tipis kepada wanita yang telah merebut suaminya.

"Idih, jaga bicaramu, ya, Wanita Mandul! Tentu saja Niko gak akan balik lagi ke kamu, karena kamu gak bisa ngasih keturunan untuknya! Jelas dong gak bisa, karena mandul!"

Napas Haura memburu, wanita itu mati-matian menahan emosi yang mau meledak setelah mendengar tuduhan dari Lilis yang mengatakan kalau dirinya mandul.

"Atas dasar apa kamu nuduh aku mandul? Apa ada bukti kalau aku yang mandul, bukan Niko sendiri?!" Haura menatap Lilis tajam, seakan ingin menelan wanita hamil itu.

Lilis gelagapan, wanita hamil itu tanpa sadar mundur beberapa langkah karena melihat Haura sangat mengerikan di matanya. Baru kali ini di melihat mantan istri Niko tersebut sangat marah, biasanya wanita tersebut akan berbicara dengan nada lemah-lembut.

Namun tentu saja dirinya tidak mau terlihat terpojok oleh Haura, dia tidak mau kalau orang memandangnya rendah karena kalah dari wanita seperti Haura.

"Ya apa lagi, kalau selama Niko nikah sama kamu, kamu gak ngasih dia anak. Sama aku malah berhasil hamil kayak sekarang, berarti bukan Niko yang mandul melainkan kamu!" Lilis menunjuk wajah Haura.

Perkelahian mereka membuat semua karyawan mendapatkan tontonan gratis, semua orang itu sampai berbisik-bisik menatap kedua wanita tersebut.

"Pelakor aja belagu!" umpat Haura.

"Cih, dari pada kamu, Wanita Mandul!" Lilis langsung menyerang Haura, dia menjambak rambut wanita cantik tersebut.

Haura yang tidak terima rambutnya dijambak, wanita itu membalas dengan lebih kuat sehingga membuat Lilis berteriak kesakitan.

"Lepas, sakit tahu gak!" teriak Lilis.

"Kamu yang mulai duluan!" geram Haura.

"Pokoknya kalau kamu gak mau lepasin, aku gak bakalan lepasin juga!" Lilis semakin kuat menjambak rambut Haura.

Semua karyawan yang melihat perkelahian semakin panas itu, bingung mau melerai seperti apa. Mereka tentu saja tidak berani memisahkan kedua wanita tersebut.

"Apa yang kalian berdua lakuin sekarang?!" teriakan Niko menggema memenuhi toko, membuat kedua wanita tersebut langsung menghentikan perkelahian mereka.

"Dia yang duluan, Yang!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status