Share

7. Apa?!

"Apa?!" Haura mengerinyitkan alisnya.

Wanita itu merasa dirinya salah dengar, sehingga dia ingin mendengar sekali lagi apa yang Niko katakan tadi.

"Kamu mau nikah lagi sama aku? Tapi kamu jadi istri kedua, bukan istri pertama lagi," jelas Niko.

Penjelasan Niko membuat Haura terdiam sejenak, lalu tidak lama wanita itu tertawa keras.

"Kenapa kamu malah ketawa?" tanya Niko heran.

"Aku hanya merasa lucu aja sama kamu, bukannya tadi aku udah bilang kalau aku gak mau dimadu. Dan sekarang kamu malah ngajakin aku nikah, terus aku jadi istri kedua," sahut Haura terkekeh geli.

"Bukannya istri kedua lebih bagus, biasanya banyak cowok yang jadikan istri kedua prioritas," ucapan Niko semakin membuat Haura geli.

"Aku gak mau!" tegas Haura.

Dia sekarang merasa aneh kenapa bisa jadi jatuh cinta kepada lelaki yang berada di depannya ini. Bukankah tingkah Niko sekarang sangat menggelikan sekali.

"Coba pikirkan dulu rumah tangga kita yang udah berjalan lama!" Niko bersikeras supaya Haura memikirkan lagi.

"Kamu keluar sekarang juga! Aku mau kerja!" usir Haura.

Mendengar perkataan Niko, dia menjadi malas sekali melihat wajah lelaki tidak tahu malu tersebut.

"Baiklah. Aku akan pergi, tapi aku harap kamu pikirin lagi tawaranku." Niko melangkahkan kakinya keluar, pergi meninggalkan Haura yang diam mematung.

Wanita itu memilih ke ruangannya, sekarang hatinya menjadi sangat perih sekali. Luka yang belum kering harus disiramkan perasan jeruk di sana, bagaimana tidak perih?

Bisa-bisanya Niko mengatakan kepada dirinya tentang rumah tangga mereka, padahal kemarin saat Haura mengingatkan hal tersebut, lelaki itu malah menceraikan dirinya. Sungguh perasaan Haura sekarang tidak dapat digambarkan lagi, dirinya sangat hancur sekali sekarang.

Namun, Haura tidak mau berlarut-larut, karena sekarang dirinya akan mencari lelaki yang lebih baik dari pada Niko. Wanita itu akan menunjukan kepada mantan suaminya, kalau dirinya bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik dan tentu saja sambil mengatakan kalau Haura bisa lepas dari Niko.

"Bu, ini catatan beberapa barang yang habis." Karyawan wanita menyerahkan catatan.

Memang kalau barang habis, maka akan dicatat lalu diserahkan kepada bos mereka. Catatan barang itu akan lengkap bersama dengan harga sendiri, mencegah ada kerugian atau ada seseorang yang berlaku curang.

"Berarti barang sekarang mulai naik, ya?" Haura memijat kepalanya, meredakan pusing yang masih dirasa karena emosi sedari pagi.

"Iya, ada penaikan harga,"

"Baiklah. Beli saja, nanti aku akan mencatat harga yang harus kalian jual." Haura menyerahkan catatan itu kembali.

Karyawan wanita itu segera pergi setelah mendapat persetujuan dari bosnya. Sedangkan Haura memilih untuk merangkum semua harga baru untuk tokonya.

Di toko Haura sendiri, berjualan macam-macam sembako dan berbagai jajanan. Toko yang lumayan besar memiliki lima karyawan, keuntungannya pun sangat cukup menggaji seluruh karyawan sekaligus untuk dirinya sendiri.

Haura segera menyelesaikan semuanya, sambil mencatat keuntungan baru yang dirinya dapatkan setelah kenaikan harga ini.

"Kayaknya aku naikan secukupnya aja, ntar pelanggan malah kabur ke lain lagi," ucap Haura seorang diri.

*

Tidak terasa hari sudah siang, sekarang perut Haura terasa sangat lapar sekali. Dirinya memutuskan untuk mencari makan di warung terdekat, memang sih dia tidak terlalu suka makan di restoran seperti Niko. Karena dirinya merasa makan di sana tidaklah kenyang dan makanannya lumayan mahal.

"Saya pergi makan siang dulu, kalau ada yang nyari, suruh tunggu sebentar!" ucap Haura sebelum pergi.

Dia melangkah anggun keluar dari toko, lalu masuk ke dalam mobil untuk mencari makan di sekitar tokonya saja. Haura masih belum selesai mengatur tokonya, karena selain dirinya beradaptasi mengurus toko seorang diri, sekarang pun sudah memasuki akhir bulan di mana semua barang toko hampir habis.

"Ternyata sangat lelah sekali mengurus toko seorang diri," gumam Haura pelan.

Wanita tersebut melihat warung makan terdekat, dia pun menepikan mobilnya untuk makan di sana saja.

*

"Lelah banget sih." Haura menggeliatkan tubuhnya, terasa sangat melelahkan sekali bekerja di toko seharian.

Memang benar dia dulu sering membantu Niko di toko, tetapi tidak pernah sampai seharian penuh. Karena lelaki itu selalu melarangnya kalau terlalu lelah, bahkan di rumah saja mantan suaminya menyediakan pembantu, supaya Haura tidak kelelahan.

"Ini, Bu, kuncinya."

"Makasih, ya. Sampai jumpa besok." Haura masuk ke dalam mobilnya.

Wanita itu memilih langsung pulang saja, dia sangat kelelahan sekali hari ini. Jadi tidak mau memikirkan hal lain, kecuali kalau sudah terbiasa mengurus toko, mungkin dia akan mencoba menghibur diri keluar sana.

Brm!

Mobil Haura sudah sampai di depan rumahnya, wanita itu turun untuk membuka pagar supaya bisa memasukan mobilnya ke dalam garasi.

"Eh, Haura, baru pulang?" terdengar suara lelaki yang datang mendekat.

"Dean, ada apa?" tanya Haura menatap lelaki itu sekilas.

"Enggak papa kok, cuma mau nganterin makanan ini. Eh pas aku panggil-panggil gak ada yang jawab." Dean menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Aku baru pulang dari toko, karena ini hari pertama dan banyak barang yang kosong, jadi aku lembur." Haura menguap, dia merasa sangat lelah sekali hari ini.

"Em, kalau begitu ini, jangan lupa dimakan mumpung masih hangat." Dean menyerahkan semangkuk sup ayam.

"Makasih, ya, seharusnya kamu gak usah nganterin aku makanan kayak gini setiap hari," ucap Haura merasa tidak enak.

"Gak papa, lagian ini mamaku yang nyuruh anterin. Dia minta maaf belum sempat nyapa kamu, jadi nyuruh anterin ini," jelas Dean.

Lelaki itu terlihat sangat ragu-ragu ingin mengatakan maksud dari keinginannya sekarang. Padahal dia suah menunggu Haura dari satu jam yang lalu.

"Kamu mau bicara apa?" tanya Haura.

Haura melihat sangat jelas kalau Dean ingin mengatakan sesuatu kepadanya, makanya dia bertanya supaya lelaki tersebut cepat mengatakan apa yang ingin dikatakan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status