Share

PoV Diana alias Nana

Janda Lugu Tetanggaku 7

Bab 7

PoV Diana alias Nana

Iri

“Setelah anak itu lahir, aku akan menceraikanmu.”

Aku terdiam mendengar ucapan Mas Ammar, suamiku. Menghela nafas sembari menatap perut yang menggunung, aku hanya bisa pasrah.

“Setelah itu, kau juga harus pergi dari sini beserta anakmu itu.” Mama Santi, Ibu Mertuaku ikut bersuara dengan mata yang melirik sinis.

“Ini anak Ammar juga, Ma …”ucapku pelan.

“Enak saja! Itu anak siapa? Hanya kau dan Tuhan yang tahu, Nana.” Mas Ammar tertawa mengejek.

“Betul. Memalukan saja!” Mama Mertua melengos.

“Tapi, memang benar kau pernah meniduri aku sebelum kita menikah, Ammar.” mataku melebar berusaha mengingatkan lelaki itu akan perbuatannya dulu. Dia adalah kekasihku terakhir.

“Aku?” Hahaha, Ammar tertawa keras meski terdengar sumbang, karena memang tak ada yang sedang melawak di sini. “Aku hanya yang ketiban apes!” mata Ammar melotot padaku, “menjijikkan,” katanya lagi dengan meludah di lantai.

Aku menelan ludah dengan memejamkan mata sejenak. Menarik nafas dalam dan mengembuskannya berat. Sungguh tak beradab perlakuan keluarga ini padaku.

“Menyesal seribu tahun aku menikahimu, Nana. Semoga anak itu cepat lahir dan kita bercerai. Aku tak ingin melihat tampangmu lagi.”Ammar menjatuhkan bobot di sofa panjang depanku dengan kedua lengan melebar ke atas sandaran sofa.

“Mama juga malu, sangat malu memiliki Menantu barang bekas sepertimu, Nana.” Mama Mertua menatap tajam, seolah tak ada belas kasihan sedikitpun padaku yang tengah hamil tua.

Dulu aku adalah idola di kampus. Tak ada yang menyangkal kecantikanku. Banyak kumbang berdatangan karena keindahan paras dan penampilan yang kumiliki. Aku sangat menikmati karunia ini. Melihat kumbang yang berdesakan, saling sengat, bahkan saling beradu fisik membuatku merasa tersanjung.

Akupun mulai melakukan seleksi. Memilah-malah siapa yang kuanggap setara untuk berkencan denganku. Hanya yang berdompet tebal dan tengkrengan keren saja yang aku pilih. Penampilanku stylis, modis dan sangat up to date. Rok mini adalah fashion favoritku. Aku suka sekali memamerkan kaki jenjangku yang putih dan mulus. Kehadiranku memalingkan duniamu, itu adalah motto hidupku saat itu. Bersama dua sahabatku Lila dan Mayang, kami senantiasa menjadi pusat perhatian.

Dilahirkan dari keluarga yang biasa-biasa saja membuatku malu dengan penampilan sederhana. Tapi, bagaimana aku terlihat glamor jika uang sakuku dari orang tua selalu mepet. Jangankan ke Starbucks, ke warung makan depan kost saja aku punya utang.

Mulailah otakku bekerja. Untuk apa aku cantik kalau tidak dimanfaatkan, kan mubazir karunia Tuhan ini. Mengencani mahasiswa tajir menjadi buruanku sekarang. Demi bisa memasuki klub-klub elit, restoran mewah dan tempat nongkrong keren secara gratis, aku rela bergonta ganti pasangan. Yang penting aku mendapatkan apa yang kuinginkan seperti baju mahal, parfum, tas branded dan sepatu bermerek.

Ayam kampus, itulah julukanku. Sekarang aku tak lagi sekedar kencan dan diajak makan atau nongki di tempat keren. Demi memuaskan has-rat belanja dan kehausanku akan barang mewah dan branded, aku mulai open booking atau istilah kerennya open BO.

Tak peduli lagi pandangan dan cibiran orang, aku enjoy menjalani duniaku. Entah berapa banyak lelaki yang bukan hanya mahasiswa kampus tetapi juga Om-Om senang di luar sana yang puas memakai jasaku. Aku semakin beken dan bergelimang uang haram. Tak perlu lagi menunggu kiriman jatah dari kampung. Aku bisa menyelesaikan kuliah dengan uangku sendiri.

Setelah selesai kuliah, aku tak juga berhenti dengan pekerjaanku. Malas kerja kantoran, enakan begini, morotin orang kaya. Cuma modal selang(kangan) cuan mengalir deras. Aku sudah terbiasa dan belum ingin bertobat. Alat kontra-sepsi menjadi andalanku.

Hingga suatu hari, terjadilah peristiwa itu. Aku hamil. Entahlah mungkin telat minum pil kb.

Ammar adalah kekasihku yang terakhir. Baru 2 bulan aku menjalin asmara dengannya. Ammar seorang putra pengusaha sukses yang tajir. Beruntung, dia bukanlah teman kuliahku jadi, dia dan keluarganya tak tahu masa laluku. Meskipun sudah jalan bersama Ammar, aku tetap open BO sembunyi-sembunyi di belakangnya. Nasib baik tak pernah ketahuan.

Ammar dengan senang hati menikahiku. Awalnya berjalan indah tetapi beberapa bulan kemudian, Ammar dan keluarganya mendadak berubah. Mereka membenciku, menghina, merendahkan dan jijik denganku. Usut punya usut, ternyata ada seorang teman Mama Mertua yang mengenalku bahkan mengetahui sepak terjangku sebelumnya.

“Perempuan ini pernah menjadi simpanan suamiku sebelum terbongkar,” kata Tante Susi, teman Mama Mertua kala itu. Dia dengan marah menunjuk nunjuk mukaku di depan keluarga Ammar. Aku sangat malu. Ternyata Tante Susi adalah istri dari Om Bayu, lelaki tua yang pernah aku porotin berbulan-bulan sebelum akhirnya ketahuan. Aku tak dapat lagi mengelak. Ammar marah besar dan mulai meragukan anak siapa yang kukandung.

**

Setelah Lova lahir, aku benar-benar diceraikan dan diusir dari rumah keluarga Ammar. Ammar bulang dengan yakin kalau Lova bukanlah anaknya.

“Ini anakmu, Mas,” ucapku putus asa.

“Itu anak siapa? Anaknya orang banyak. Iya, kan?” Cih! Ammar membuang muka.

“Tapi, kau adalah lelaki terakhir yang tidur denganku!”

“Mana ku tahu? Pokoknya aku tetap akan menceraikanmu.”Ammar kekeh.

“Tes dna saja,” kata Mama Mertua dan disetujui oleh semua anggota keluarga. Di sini aku mulai ketar-ketir. Kalau bener bukan anaknya Ammar, bagaimana? Secara aku nggak tahu benih siapa yang tumbuh di rahimku ini. Lebih baik aku mengelak tes dna, agar tetap menjadi misteri siapa ayah kandung Lova. Biar juga menjadi tanda tanya dalam hidup Ammar.

“Tidak usah,” ucapku sambil menahan tangis.

“Kau tidak berani, kan?” Ammar tertawa mengejek.

Aku menggeleng,”bayiku tidak bersalah dan dia tidak berdosa. Kalau kamu tak mau mengakui anakmu, itu urusanmu.” aku memilih pergi dari rumah Ammar. Mama Santi ternyata masih punya hati. Mantan mertuaku itu memberiku uang 20 juta dan menyuruhku pergi sejauh-jauhnya dan tak boleh menganggu Ammar lagi.

Merubah total penampilan menjadi wanita alim, aku bertekad menjadi manusia baru. Sangat sulit rupanya. Uangku semakin menipis setelah kugunakan untuk menyewa rumah. Bagaimana aku bertahan hidup?

Tetangga baru depan rumah adalah sepasang pengantin baru. Laras dan Azka namanya.

Laras sangat cantik dan menawan. Parasnya yang indo membuat kecantikannya tak membosankan. Posturnya tinggi, berkulit putih, hidung yang tinggi berbentuk apik, rambutnya panjang kecoklatan, matanya juga berwarna coklat membuatnya sempurna. Tak heran Laras disayang banyak orang.

Mertua Laras juga sangat baik dengannya. Setiap bulan Ibu Mertua Laras datang dengan banyak bawaan. Laras diperlakukan seperti Menantu kesayangan. Dalam hati, aku sangat iri dengan kehidupan Laras. Banyak orang menyayanginya. Laras pun sering bercerita bila di kantor, Boss nya juga sangat baik dan pengertian. Laras dikelilingi oleh orang-orang baik yang peduli padanya.

Aku iri dengan kehidupan Laras. Aku ingin merebut semua yang dimiliki perempuan polos itu, suaminya, mertuanya, rumahnya, apa lagi suaminya itu ….

Azka. Iya, Azka!

Lelaki ganteng bertampang dingin dan cuek itu pernah satu kampus denganku meski beda jurusan. Tak mungkin dia tak mengenalku si primadona kampus. Mungkin karena penampilanku yang berubah ini dia jadi tak mengenali. Aku yakin, Azka adalah salah satu mahasiswa tajir yang pernah open BO denganku.

Apa kabar Azka, aku adalah bagian dari masa lalumu. Apakah kau masih ingat peristiwa di Hotel saat hari ulang tahunmu empat tahun yang lalu?

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status