Beranda / Romansa / Janda Milik Sang Aktor / 02. Impoten Sungguhan?

Share

02. Impoten Sungguhan?

Penulis: Hannfirda
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-13 23:30:35

"Kamu bisa menjelaskan foto-foto ini, Noah?"

Pertanyaan tersebut mendapat decakan kesal dari si pemilik nama yang tengah menjadi topik terpanas pada pagi hari ini. Noah melirik Radu, Personal Manager yang baru bekerja padanya kurang lebih setengah tahun belakangan. Meskipun belum terlalu lama, nyatanya Radu telah menjadi saudara jauh yang senantiasa dipatuhi dan disegani oleh Noah.

Bahkan saat ini, Noah seperti anak kecil yang baru saja ketahuan kakaknya lantaran mencuri pakaian milik tetangga. Noah mendengus kasar. Sarapan yang ditelannya tadi tak mempan untuk mengisi sudut-sudut otaknya.

"Bang, tapi itu beneran nggak seperti yang Abang pikirkan, atau seperti yang paparazzi itu tulis di artikel. Ada kisah di baliknya yang berguna sebagai keterangan lebih lanjut." Kilahnya. "Lagian ya, Bang! Mana sanggup aku pesen cewek di sini? Seleraku yang lokal, Bang. Bukan yang blasteran."

Sebuah geplakan tertuju pada punggung Noah. Tentu saja berasal dari Radu, yang tidak habis pikir mengapa bisa memegang aktor semacam Noah yang bebalnya minta ampun.

"Kok malah ditimpuk, Bang? Salahku apa?"

"Jelaskan arti dari foto ini, Noah!"

"Ck! Yang fotoin itu nggak tau apa-apa, Bang! Gini nih! Ceritanya aku nyasar ke kamarnya orang lain, Bang. Sumpah ya, kami nggak ngapa-ngapain! Malah aku yang diusir!"

"Ya iyalah, katanya itu bukan kamarmu, wajar aja kalau kamu diusir." Sahut Radu, setengah kesal.

"Nah! Jadi Bang Radu udah percaya kan? Memang nggak ada apa-apa kok, Bang! Sumpah!"

Radu memejamkan mata sejenak. Terlihat dari tatapan Noah, sepertinya pemuda itu tidak berbohong. Selama bekerja dengan Noah, Radu hampir mengenali bagaimana cara Noah berbohong atau berkata jujur. Sekarang, dia hanya perlu memikirkan kalimat yang akan diungkapkan ke media massa agar nama Noah bisa dikembalikan seperti sedia kala.

"Oke! Kalau gitu, jangan ke mana-mana sampai malam ini, Noah. Cuma sampai malam ini sebelum kita pulang ke negeri sendiri."

Noah mengendikkan bahu, terlihat santai walaupun Radu telah menghunuskan tatapan tajamnya. Ketika Radu hendak mengomel lagi, laki-laki itu mendapatkan pesan dari atasan yang memintanya untuk bergegas menyelesaikan kesalahpahaman ini.

Begitu Radu keluar, Noah menyandarkan dirinya pada kepala ranjang. Sejenak, dia memikirkan kemungkinan yang terjadi semalam. Bagaimana bisa dia memasuki kamar bernomorkan 707 yang ditempati oleh salah satu staf Hacer?

Kamarnya saja berada di lantai 9. Kalau menyasar, seharusnya tidak sampai turun lantai. Lagi pula, dia bisa memasuki sebuah kamar hanya jika dirinya mempunyai kartu pas kamar tersebut kan? Lantas bagaimana bisa semalam dia memasuki kamar di lantai 7 itu?

"Lah?" Noah berpikir keras. "Kalau dipikir-pikir, aku kan nggak bisa masuk kalau nggak ada yang membukakan kan? Apa jangan-jangan wanita itu memang mau menjebakku, tapi berlagak polos?"

Noah beranjak, mondar-mandir seperti setrikaan. Mulai memunculkan asumsi buruknya mengenai penghuni kamar 707. "Ck! Mana aku nggak tau namanya pula!"

Noah mencari ponselnya, hendak menghubungi salah satu rekan sesama aktor. Dia akan bertanya mengenai staf wanita yang tak diketahui namanya itu. Akan tetapi, dia menyadari satu hal; bahwa orang-orang Hacer akan berkumpul di ballroom untuk melangsungkan acara penutupan dari serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Hacer Ent. selama satu pekan itu.

Namun, suasana hatinya telanjur berantakan. Tidak ada jalan lain, dia harus mencari kesenangan seperti biasanya. Secepat kilat, Noah menghubungi Radu yang tampaknya masih berada di lift.

"Bang!"

"Apaan sih, Noah? Kamu nggak tau kalau aku belum—"

"Carikan mangsa dong! Gatal nih, minta dimanja."

"Astaga, menjijikkan!"

•••••

Noah tak peduli dengan klarifikasi yang akan mencuat. Yang penting, dia sudah memberitahu Radu bahwa tak terjadi sesuatu semalam. Sekarang, gilirannya yang membutuhkan hiburan. Sudah hampir 2 pekan lamanya dia tak bermain dengan para wanita panggilan. Satu-satunya sisi gelap Noah yang hanya diketahui oleh Radu, adalah dirinya merupakan seorang pemain kelas ulung.

Noah sering menjejakkan dirinya di salah satu hotel, bersama Radu sebagai pengawas. Pihak agensi tak mengetahui kenakalannya yang satu ini. Serta yang membuat Noah menyukai Radu untuk menjadi PM-nya antara lain; pandai bersembunyi dari awak media. Radu seperti mengetahui berbagai jalan tikus yang ada di dunia. Katakan saja dia mau 'bermain' di mana, maka Radu akan menyalurkan jalan tikus paling aman.

Seperti sekarang ini, biarpun Radu baru saja mengomel soal foto yang disebar oleh paparazzi, sekarang lelaki itu malah membantu Noah menuju hotel lain dan bertemu dengan wanita panggilan pilihan yang memiliki darah tanah airnya.

"Wow! Seperti yang diharapkan, Bang Radu bisa aja pilihin cewek yang seksi dan bohay begini." Puji Noah, yang enggan diterima oleh Radu. Sebab bukan pujian semacam itu yang diharapkan Radu atas diri sendiri.

"Satu jam, Noah." Peringat Radu, saat keduanya berhenti di tempat parkir bagian dalam hotel yang telah diatur olehnya.

Radu mengecek arlojinya. Semestinya dia membersamai staf yang tengah menyunting artikel klarifikasi dari wartawan. Namun sialnya, dia lupa bahwa aktor yang dipegangnya merupakan jelmaan ular piton. Sukanya bergerak ke sana kemari mencari mangsa yang akan memberikan kenikmatan duniawi.

"Siap, Bang!"

Noah mengenakan masker, tudung jaket, dan kacamata hitamnya. Walaupun berada di luar negeri, dia harus tetap menyembunyikan diri. Buktinya saja, paparazzi bisa mendapatkan fotonya yang berada di depan kamar 707.

"Ck! Seharusnya aku tanya soal staf perempuan di kamar 707 itu sama Bang Radu, dia pasti tau." Gumamnya selagi menaiki lift menuju lantai 3.

Kamar 316 merupakan tujuan Noah saat ini. Menurut ucapan Radu, wanita panggilannya sudah ada di dalam lebih dulu. Noah mengetuk pintu, lantas dipersilakan masuk saat dia menyebutkan kode yang sengaja dibuat untuk memastikan pelanggan yang sebenarnya.

Noah menyeringai. Wanita panggilan dengan nama samaran Sally itu tampil menggoda dalam balutan lingerie hitam. Tanpa perlu mendekat, Noah dapat mengenali bagian intim Sally yang mengundangnya untuk lekas bergerak itu.

Sebagai sambutan, Sally mendudukkan Noah pada sebuah kursi yang berada di depan tempat tidur. Wanita itu menyuguhkan tontonan menarik yang membuat Noah kegirangan. Bahkan kausnya telah dilepas, disusul dengan celana jeans-nya.

Menyadari afeksi yang terpancar dari wajah Sally, jelas sekali wanita itu menginginkannya. Noah tak mau melewatkan momentum yang telah terbangun itu. Diterimanya ciuman bertubi-tubi yang dilontarkan Sally. Membalasnya sama besar, dengan gairah yang menggebu-gebu.

Akan tetapi, Sally menghentikan pangutannya saat menyadari sesuatu yang tak tergapai oleh tangan kanannya.

"Hey! What's wrong, babe?" tanya Noah keheranan.

Sally menundukkan pandangan, begitu juga dengan Noah. Dalam beberapa detik mencerna situasi yang sedang terjadi, Noah membulatkan matanya. Bahkan pemuda itu berteriak heboh, sementara Sally segera mengenakan pakaiannya dan keluar.

"SIALAN! KENAPA TONGKATKU NGGAK BERDIRI?!"

•••••

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Janda Milik Sang Aktor   102. Keluarga Kita - Tamat

    Beberapa tahun kemudian;"Pancake buatan Mama, enak?""Enak, Ma!""Sedapnyeee~""Enak dong, Sayang!""Sayang?""Eh?"Noah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Akibat salah memanggil, sekarang pria itu mendapatkan tatapan maut dari sang istri lalu tatapan penasaran dari si kembar. Berdeham, Noah menatap kedua anaknya secara bergantian."Lupakan ya? Papa nggak tau Papa bilang apa barusan. Jadi, pancake buatannya Mama enak kan?" Si kembar menggangguk, lantas Noah melemparkan cengirannya pada Tara. "Enak, Ma. Kata Alva dan Vira, enak kok! Iya kan?"Tara menggeleng-gelengkan kepala, tetapi seutas senyum terbit pada wajah cantiknya. Waktu bergulir begitu cepat. Noah dan Tara yang terlihat baru menjadi orang tua, kini telah mendapati si kembar berada pada jenjang Taman Kanak-kanak.Selepas menghabiskan sarapan, si kembar diantar ke TK oleh baby sitter. Dikarenakan Noah dan Tara harus mengurus beberapa hal, maka dari itu hari ini tidak bisa pergi bersama anak-anak mereka. Tara sudah kembali

  • Janda Milik Sang Aktor   101. Badai Pernikahan (2)

    Tara mengabaikan makan malam yang telah dipersiapkan oleh pembantu barunya. Wanita itu tengah memandang rintik hujan melalui jendela kamar. Seperti tak mempunyai semangat hidup, Tara hanya bergerak saat Alvaro atau Alvira terbangun. Selebihnya, dia akan diam saja. Melamun bagaikan sesosok mayat hidup.Hingga malam harinya, Tara terlelap dengan sendiri selepas menidurkan si kembar. Kala itu pula, Noah memberanikan diri untuk menilik tiga manusia yang sangat disayanginya itu. Melihat Tara tidur dengan mata membengkak, mampu mengiris Noah tanpa tedeng aling-aling. Menyakitkan sekali melihat wanita yang disayanginya menangis karena ulanya sendiri—keteledoran yang bisa berakibat buruk bagi masa depan keluarga kecilnya bila tidak segera diselesaikan secepat mungkin.Setelah seharian berkomunikasi dengan Padre dan seseorang yang menjadi dalang dari kesalahpahaman meresahkan ini, baru detik ini Noah menampakkan dirinya di hadapan sang istri. Kedua anaknya pun tampak menggemaskan. Mereka terti

  • Janda Milik Sang Aktor   100. Badai Pernikahan (1)

    Dari luar, pasangan Noah dan Tara terlihat harmonis dan baik-baik saja. Tetapi dalam setiap rumah tangga, selalu ada yang namanya huru-hara. Rintangan entah kecil maupun besar, keduanya pasti menyambangi tiap bahtera rumah tangga yang berlayar.Pada tahun pertama rumah tangga pasangan tersebut, mereka mendapatkan rintangan terbaru. Didukung oleh lelahnya fisik setelah seharian menjaga si kembar, kemudian kali itu Noah tidak bisa memberikan sedikit sanggahan."Maaf ya, Sayang? Aku sudah menyuruh Mbak Maryam untuk menemani selama dua puluh empat jam kok! Setelah semua urusan selesai, aku bakalan langsung pulang ke pelukanmu." Tutur Noah dengan berat hati.Dikarenakan perkara bisnis yang tak bisa sembarangan ditinggalkan, Noah harus pergi bersama Federick ke luar kota lagi. Tara tidak bisa bermanja-manja dengan berkata bahwa dia enggan membiarkan Noah pergi. Pada kenyataannya, selama ini Noah tak pernah absen dalam menemaninya. Sekarang, dia tak berhak untuk terlalu mengekang pria muda i

  • Janda Milik Sang Aktor   99. Kehidupan Baru

    Menjadi orang tua baru dari sepasang anak kembar tidaklah mudah. Baik Noah maupun Tara kekurangan tidur. Bahkan Noah harus mengurus beberapa pekerjaan dari rumah, lantaran dia tidak mau terlalu meninggalkan sang istri. Federick dan Elisabeth sudah menyarankan untuk menyewa baby sitter, tetapi pasangan tersebut menolak dengan alasan ingin memberi perhatian penuh selagi masih kecil. Mereka akan menyewa baby sitter saat si kembar sudah bisa berjalan, membantu Tara dalam kesehariannya."Sayang?" Noah menyembulkan kepala dari daun pintu."Ssstt! Mereka baru tidur, Sayang."Noah mengangguk, lantas berjalan mengendap-ngendap memasuki kamar. Mereka sudah berada di rumah sendiri, tapi keluarga besar betah mondar-mandir untuk menilik Alvaro dan Alvira. Meletakkan ponsel di atas nakas, Noah mendekati Tara yang berada di sisi lain ranjang. Pria muda itu memeluk Tara, yang kemudian dibalas dengan dengusan lelah pula. "Kamu hebat, Sayang. Kamu mau apa? Mau dipijit? Mau aku belikan sesuatu? Maaf ya

  • Janda Milik Sang Aktor   98. Lahirnya Si Kembar

    Tara tidak bisa ke mana-mana. Kenyataan itu membuatnya hanya mampu bergerak pada satu teritori saja; kediaman utama Alejandro. Sebetulnya dia ingin pulang ke rumah sendiri, tetapi mertuanya menolak dengan alasan tidak dapat membantu atau mengawasi Tara setiap saat.Bersama dua pengawal yang masih setia melindungi, seharusnya tidak masalah. Namun Elisabeth tak mau Tara kesusahan dalam keadaan hamil besar. Tara sendiri memang masih belum terbiasa atas perhatian berlimpah yang didapat dari keluarga mertuanya. Bahkan kehamilan yang dialami sampai detik ini pun setara mimpi indah baginya."Sayang! Ayo sini makan buah!"Pintu kamar menjeblak kencang, memperlihatkan sang suami yang membawa piring berisikan buah-buahan. Kalau dihitung, terdapat sekiranya lima buah yang sudah diiris. Tanpa sadar Tara menahan napas, takjub akan betapa banyak buah-buahan segar yang selalu tersedia di kediaman utama Alejandro ini.Menempatkan diri di samping Tara, Noah langsung menyuapi irisan buah kiwi yang tamp

  • Janda Milik Sang Aktor   97. Kisah Cinta Sampingan

    Selepas kehamilan Tara yang membutuhkan perhatian lebih besar, Cell sering menghabiskan waktu di studionya tanpa mau keluar untuk sekadar ke kafetaria. Entahlah, dia jadi tidak bersemangat. Satu-satunya teman yang kerap mendampingi di segala situasi sedang membutuhkan istirahat tambahan, sehingga Cell mulai kesepian.Benar, dia tidak punya teman lain di Hacer selain Tara. Maka dari itu, saat ini dia tak peduli bila harus dikata sebagai penggila kerja. Mau mencari udara segar pun, dia akan tetap bertemankan kesendirian. Namun siang itu, tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintunya dan menyembulkan sekantung plastik besar makanan."Oh? Tara?""Bukan!""Eh?" Cell mengerjap-ngerjapkan mata. Dahinya berkerut heran, tak menduga akan kedatangan seseorang yang lama tak bersua. "Radu? Ngapain ke sini? Katanya Tara, Noah lagi dinas di luar kota kan? Memangnya kamu nggak ikut Noah?""Enggak dong! Kan aku bukan pembantunya. Dulu aku memang mengikuti dia ke mana-mana karena memang itu tugasku sebaga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status