Terlalu penasaran, Noah segera berdiri untuk mengekori Tara. Wanita itu masih bercakap-cakap dengan seseorang yang dipanggil sebagai Rendi dalam keakraban yang mampu terdengar. Saat pintu lift terbuka, tau-tau saja terdapat Radu yang muncul dari besi berjalan tersebut.Radu menyapa Tara, lalu menarik lengan kaus Noah untuk tak mengejar wanita muda itu. Noah mendengus kesal. Kalah sudah. Padahal dia ingin mengetahui sosok bernama Rendi yang tadi sempat terdengar sudah menunggu di lobi entah untuk apa."Bang! Udahlah! Jangan dipegangin kayak gini! Ada Bang Julian tuh!" Dagunya terarah ke sisi ruang tunggu yang dihuni oleh Julian. Aktor tampan yang satu itu malah senyam-senyum sendiri saat melihat catatan yang diberikan oleh Tara tadi. Noah mencibir pelan, hatinya terganggu dengan senyuman yang pria muda itu layangkan."Ya terus, kenapa? Udah dibilang jangan gangguin Tara lagi, kok malah mau diam-diam ngikutin dia masuk lift. Memangnya kamu mau buat adegan roman picisan di dalam sana? Bu
"Jadi, disfungsinya termasuk parah tidak, Dok?" tanya Radu.Dokter kelamin bernamakan Dokter Widjianto itu berdecak pelan. "Kata kamu, kamu benar-benar tidak bisa merasakan ketegangan itu lagi kan? Kalau begitu, sebelum parah, harus diobati. Saya resepkan obatnya, nanti kamu tebus ya, Noah."Radu menyenggol lengan Noah yang tak ada semangat-semangatnya sejak diseret keluar dari gedung Hacer. Akhirnya pemuda itu berkunjung ke dokter untuk memeriksakan kesehatan aset berharganya. Entah mengapa, langkahnya terasa begitu berat. Seperti enggan datang, padahal dia sendiri mendambakan malam panas bersama para wanita panggilannya."Tapi, Dok ...." Noah baru membuka suara. "Pas saya sama perempuan lain, saya memang nggak merasakan ketegangan itu lagi, Dok. Tapi pas saya sama satu perempuan yang menyebabkan tongkat saya jadi begini, saya langsung turn on, Dok!""Ha?"Radu menepuk kening. Antara polos dan sengaja memancing emosi, Radu tak paham bagaimana jalan pikiran seorang Noah Alejandro. "Ma
Noah tak bersemangat untuk menjalani hari, padahal dia harus menghadiri pembacaan naskah pertama bersama seluruh pemeran serta penulis secara langsung. Radu sampai harus menyeret Noah dari tempat tidur agar mau ke kamar mandi. Jika Heru dan Rosalie tau bagaimana sikap Noah saat ini, tentunya dia akan diceramahi habis-habisan. Beruntung, Radu sudah terlalu malas untuk mengadu pada pasangan tersebut."Ini!" Radu menyodorkan sebotol minuman kemasan berperisa jeruk yang belakangan Noah gemari. Keduanya telah berada di dalam mobil, melakukan perjalanan ke tempat pertemuan yang merupakan ruang rapat di salah satu hotel ternama. Menyadari bahwa dia takkan bertandang ke kantor Hacer terlebih dulu, Noah jadi terserang setan malas—atau memang dirinya sudah begitu?"Kenapa sih? Kenapa mukamu kayak nggak makan bertahun-tahun? Padahal semalam kamu makan banyak, Noah!" Radu menepuk bahu si berandal yang satu itu. "Jangan beginilah, Noah! Kamu bakalan ketemu sama pemeran lainnya. Kamu harus tampil b
Mendengar antusiasme yang hadir dari ketiga orang yang menemaninya makan siang hari itu, pada malam harinya Tara segera berbelanja ke pasar agro yang beroperasi sejak matahari terbenam hingga keesokan paginya. Senyum wanita itu tak kunjung luntur, sebab dia baru saja merasakan hawa segar yang menyelubungi setelah berada pada titik jenuh mengenai alur hidupnya.Menu makanan yang dibuat oleh Tara, disajikan tepat saat istirahat makan siang pada hari berikutnya. Mengambil posisi yang nyaman di kafetaria, Tara menyodorkan masakan buatannya untuk dicicipi oleh tiga orang yang sama seperti kemarin. Sejujurnya, dia sedikit terharu lantaran Radu dan Noah rela untuk tidak makan apa pun setelah selesai dengan diskusi ringan bersama penulis web drama yang Noah lakoni."Gimana?" tanya Tara harap-harap cemas. "Enak nggak?"Wanita muda itu tak mampu menilai arti dari tatapan yang ketiganya berikan. Sesaat setelah mengambil suapan pertama, kening ketiganya memberikan kernyitan dalam roman yang berbe
Noah tidak berani bertanya pada Tara. Bahkan sampai esok harinya, dia hanya memandangi wanita muda itu dari kejauhan. Kabarnya, tersisa dua hari lagi bagi Tara untuk mengajarkan bahasa Korea secara kilat pada Julian. Sebab akhir pekan nanti, agensi sudah setuju untuk berkunjung ke luar kota. Mengunjungi beberapa agrowisata yang ada, lalu membuat dokumentasi untuk dibagikan ke website resmi Hacer Entertainment.Acara ini memang sudah menjadi agenda tetap yang berlangsung tiap 4 bulan sekali. Kata pamannya, biar para penggemar terpuaskan dengan momen seluruh artis yang berada di naungan Hacer, hitung-hitung refreshing pula—padahal mereka baru saja menghabiskan beberapa hari di luar negeri pada pekan sebelumnya."Ngapain berdiri di sini?" Noah tersentak, mundur selangkah saat mendapati Cell yang tampak begitu kacau. Kantung mata wanita muda itu terlihat kentara, belum lagi dengan rambut panjang yang diikat seadanya menggunakan karet nasi bungkus."Lah? Kamu kayak nggak tidur semalaman,
Setibanya di hotel yang berada di salah satu bagian lain kota, lima bus besar berpemilik agensi Hacer itu mulai menurunkan para penumpang. Mereka tiba menjelang sore hari, dengan pemandangan indah yang masih mampu terekam oleh seluruh mata.Begitu mendapatkan kunci kamar, Tara dan Cell menyeret koper masing-masing. Baru saja berbalik, Tara dikejutkan oleh kehadiran pemuda tengik yang bisanya cuma memancing emosi itu. Tara mendengus lelah. "Mau apa lagi sih, Noah? Lama-lama aku lempar kamu ke kolam itu tuh!"Noah tersenyum manis. "Lempar ke kamarmu aja, Tar! Oh iya, kamarmu nomor berapa tuh? Bisa kali ya, nanti malam kita mengulang kembali apa yang sebelumnya terjadi di antara kita pas di luar negeri kemarin.""Sableng!" Tara menyingkirkan Noah menggunakan lengan kanannya. Noah berhenti sejenak, lalu seseorang menepuk bahunya dari belakang sembari meneteng koper penuh stiker—rupanya Malvin."Kita satu kamar, Bro!"Noah mendengus malas. "Kenapa aku harus satu kamar sama kamu, Vin? Sehar
Lima menit sebelumnya;Tara berusaha menjauhkan dirinya dari Noah, tapi pemuda berandal itu malah maju terus. "Kamu mau anumu ditendang lagi?""Tendangnya jangan pakai kaki dong, Tara." Noah menampilkan cengiran menyebalkannya. "Coba tendang pakai yang lain, yang sekiranya bisa langsung gol.""Wah!" Tara berdecak tak percaya. "Kamu memang kebangetan, Noah! Memang biar puas tuh, kamu harus dilaporkan ke polisi lalu rekaman yang kusimpan itu disebar dengan judul 'Percakapan Aktor Mesum yang sedang Naik Daun'.""Coba aja!" Noah mengembuskan napasnya secara sensual. Detik itu, pandangannya terjatuh pada bibir merah milik Tara yang tampak menggoda. Persetan dengan keberadaan Radu dan Cell yang betah menjadi penonton, dia akan mendaratkan bibirnya pada landasan yang kenyal nan menggiurkan itu.Tanpa aba-aba, Noah benar-benar meraup kedua belah bibir wanita muda itu. Bukan hanya ditempelkan, namun melumatnya secara perlahan. Saking terkejutnya, Tara tak mampu menopang dirinya sehingga wanita
"Lho? Kamu nggak tau kalau Tara itu janda?"Ditanya begitu, sebuah gelengan menjadi jawaban singkat nan pasti dari Noah. Pemuda itu benar-benar tidak tau mengenai kenyataan tersebut. "A-aku ngiranya kalau Tara itu masih gadis, belum nikah. Malah sebenarnya, aku mau tanya apa dia punya pacar atau enggak, karena pernah dapat telepon dari orang yang namanya Rendi, dan kedenger akrab banget.""Rendi?" sambung Cell. "Itu salah satu sahabatnya. Mereka udah sahabatan sejak kuliah, ya nggak aneh dong kalau mereka akrab. Tapi tunggu—kamu beneran nggak tau soal kenyataan yang satu ini, Noah?""Enggak tau, Mbak! Serius! Mbak pikir, kagetku sekarang ini dibuat-buat?" Noah menoleh kepada manajernya. "Bang? Bang Radu tau soal statusnya Tara sekarang ini?"Radu mengangguk santai. "Tau.""Ha? Jadi cuma aku yang nggak tau apa-apa?"Radu dan Cell kompak mengangguk. Cell mencomot sebuah jeruk, mengupasnya sembari mendudukkan diri dengan suasana hati lebih tenang. "Satu kantor tau semua kok, Noah. Memang