Share

Jangan Beri Aku Uang Lagi
Jangan Beri Aku Uang Lagi
Author: Ria Abdullah

jangan

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2022-05-02 03:35:46

"Jangan beri aku uang lagi, Mas," ujarku sambil melempar kertas slip gaji miliknya di meja, slip gaji yang kutemukan di dashboard mobilnya, slip gaji dengan nominal dan stempel perusahaan yang asli.

"Kenapa kau berkata begitu?" tanyanya sambil meletakkan buku yang dibacanya ke meja.

"Lihat saja sendiri, itu apa," jawabku dengan sorot mata yang sudah berapi api.

Dia meraih tumpukan kertas berwarnaq biru itu dan alangkah terkejutnya dia yang hanya bisa menelan ludah sembari memperbaiki sikap salah tingkahnya

"Tolong katakan padaku, kenapa kau palsukan slip gaji, dan pada siapa kau bagi setengah gajimu!" teriakku kalap dan bukan main emosinya.

"Ini hanya slip lama," ungkapnya melengos begitu saja.

"Mas pikir aku tidak membaca tanggal dan bulannya?"

Kali ini dia kehilangan kata-kata, sementara aku makin gemas, meminta kepastian, pada siapa dia membagi yang dan kenapa dia hanya menjatahkan setengah dari jumlah tersebut untuk kami bertiga.

Pikiranku kini melayang ke mana-mana, membayangkan hal yang tidak-tidak, sembari mengingat bagaimana hematnya aku selama beberapa bukan terakhir.

Jangankan untuk membeli baju dan bedak, uang jatah transportasi dan jajan anak sekolah pun terbatas, kadang pas pasan, dan kuakali itu dengan membuatkan mereka bekal.

Aku tak pernah memikirkan kepentinganku sebelum kepentingan dua anakku yang kini berada di bangku kelas satu dan dua SMA.

*

Aku masih berdiri, sedang dia pun membungkam memegangi kertas slip gaji.

"Kenapa kamu diam saja, Mas? aku sedang bertanya padamu!"

"Tidak ada yang bisa kukatakan," jawabnya mengangsurkan kertas slip itu kembali.

"Jadi kamu memintaku untuk cari tahu sendiri Mas?" Aku mengancam dengan nada tinggi.

"Ja-jangan, ini hanya salah paham, sebenarnya aku mengalami kecelakaan dan harus bertanggung jawab pada orang yang kutabrak," jawabnya menelan ludah, cemas sekali.

"Oh ya, kapan itu terjadi?"

"Kamu ingat kan, ketika aku kembali dari kantor dan motorku tergores dan spakboardnya pecah, nah, di situ aku sungguh telah ditimpa musibah. sebenarnya aku telah menabrak orang dan membuat kakinya patah, sementara dia adalah tulang punggung keluarga yang menghidupi kedua anaknya," jawabnya dengan tatapan khawatir.

"Dia laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki atau perempuan sebenarnya itu tidak penting tapi yang paling penting bagaimana kau bersikap dan memberi empati, Yanti. Aku hanya berusaha untuk tidak membebani siapapun oleh karena itu tidak ada jalan lain selain memotong gaji dan membagi dua."

"Baiklah, aku paham, tapi, aku ingin bertemu orang yang kau tabrak," jawabku.

"Tapi, orangnya, berada di luar kota dan kita tidak bisa menemuinya. Dia sudah pulang kampung sekarang ini."

"Jadi, kau berjanji menyantuni dia sebanyak dua juta setiap bulannya, dan memberikan kami sisanya?"

"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, Yanti. Sebenarnya aku ingin mengambil kerja sampingan, tapi, jam kerja di kantor terlalu lama kembalinya, sehingga aku tidak tahu harus berbuat apa," jawabnya yang kini terlihat mencucurkan air mata.

"Baiklah, aku mengerti."

"Kau tahu tidak bahwa aku sangat menderita dan selalu kurang istirahat karena memikirkan hal ini. Aku tahu bahwa suatu hari kau akan memprotes dan mengeluh kekurangan, aku merasa telah gagal menjadi seorang suami yang bisa mencukupi kebutuhan keluarganya," keluhnya sedih.

"Bukan begitu, Mas, aku hanya bertanya dan kesal sekali rasanya mendapati bahwa kau membagi gaji tanpa memberitahuku," jawabku mencoba membela diri dari sikapnya yang kini nampak menyedihkan.

"Aku bisa menangkap bahwa kau mencurigai aku berselingkuh dan memberi uang itu kepada wanita lain, kau tahu Yanti ... tidak ada wanita lain di dalam hidupku selain kamu. Kamu adalah istri dan ibu dari anak-anakku, aku tidak bisa menduakanmu meski bidadari merayuku," jawabnya menggenggam tanganku.

Hati ini pun luluh.

"Makasih ya, Mas, aku percaya," jawabku yang ditanggapi dengan rangkulan olehnya.

Beberapa hari berlalu dengan normal, aku masih menjadi seorang ibu rumah tangga yang hidup prihatin dan berusaha berbakti sebaik mungkin.

Hari itu, aku pergi belanja ke pasar untuk kebutuhan makan dua hari ke depan, tapi alangkah terkejutnya ketika sampai di simpangan dan melihat suamiku berboncengan dengan seorang wanita yang juga membawa belanjaan di tangannya.

Wanita itu terlihat lebih muda dariku, dan mereka berbincang-bincang sambil tertawa. Aku heran mendapati pemandangan tersebut, dan lebih heran lagi ketika melihat wanita itu kini mengalungkan tangannya ke perut suamiku.

Seketika keranjang belanja di tangan terjatuh ke jalanan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
ummu inah
Ternyata kadal ... buntung!
goodnovel comment avatar
Ros Rosmah
lelaki memang pandai berbohong menipu
goodnovel comment avatar
Sri Hartati
lelaki, selalu pinter buat alasan.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    ending 2

    Mendengar ucapan Mas Hamdan yang sangat lugas tentu saja ibu mertua merasa tidak enak kepada calon menantunya yang kini menangis tersedu dan putus asa ibu mertua segera bangkit dan mencegah mas hamdan melanjutkan perkataannya sambil mendekati Haifa dan merangkul wanita itu."Cukup Hamdan, cukup!""Ibu, biarlah Haifa tahu kenyataan sebenarnya agar dia tersadarkan dan bisa membuka hatinya untuk cinta yang baru. Wanita itu adalah wanita yang cantik dan sukses, dia bisa dapatkan laki-laki manapun yang dia inginkan.""Sudah cukup Mas, Kamu sudah menikah jantungku dengan kalimat-kalimatmu ucap wanita itu sambil merangkum tangisannya yang melolong sedih kedua anak kami yang baru saja pulang sekolah juga kaget melihat drama yang terjadi di ruang tamu. Mereka memandang kami dengan kernyitan dahi yang begitu heran."Ada apa Bunda?""Pergilah ke dalam.""Gak bisa Bund, kami juga berhak tahu," jawab Erwin."Ini masalah kami berempat, pergilah ke dalam," tegasku.Setelah memastikan anak-anak be

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    ending

    “Mas, aku sungguh minta maaaf atas apa yang terjadi Mas, situasinya memanas, Yanti mulai melawan ibu dan menyerang mental beliau, Yanti mulai menunjukkan taring dan keberaniannya untuk mendominasi di dalam rumah ini. Aku sungguh tidak menyangkanya Mas," ujar Haifa yang segera saja ingin mendapatkan pembelaan, dengan panik dan memasang wajah polos dia berusaha untuk mendapatkan kepercayaan Mas Hamdan.Dia pikir suamiku akan percaya semudah itu padanya. "Aku dengar percakaan kalian dari luar.'“Tapi itu hanya sebagian kan Mas? kau pasti tidak dengar dengan detil dari awal?” ucap haifa yang terus be rusaha meracuni pikiran suamiku.Sekuat apapun dia berusaha untuk meyakinkan mas hamdan wanita itu tetap dijauhi, jangankan mau disentuh, dihampiri daja suamiku langsung menjauh menjaga jaraknya.“Mas kamu kok hindarin aku?”“Kita ini bukan mahram! jaga sikapmu, kau bersikap seperti anak kecil di hadapan ibu dan istriku, apa kautak sadar?”“Saya masih tunangannya Mas…" Ada bola bening yang t

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    murka

    "Apa?!"Kedua wanita itu kompak berteriak dengan mata terbelalak Haifa sendiri sampai berdiri dari tempat duduknya sambil menatapku dengan tatapan melotot.""Apa kau yang menghasut Hamdan untuk memutuskan semua ini, Yanti?""Sudah ku bilang aku tidak berminat ikut campur, tapi aku hanya akan berdiri sesuai dengan batasan dan tugasku. Aku mengikuti apa saja kehendak mertua dan suami .... tapi semenjak mengetahui bahwa suamiku sendiri tidak setuju dengan sandiwara yang kalian buat dan pernikahan settingan ini, aku jadi punya kekuatan untuk membela Mas Hamdan," jawabku."Kau pikir kau hebat? kau pikir pengaruhmu telah mengubah Hamdan sepenuhnya dan membuat dia tidak akan mendengarkan orang tuanya, hah?" Ibu berteriak, tapi setelahnya Dia terpaksa mendudukkan diri karena akhirnya wanita itu tersengal-sengal capek dengan emosinya sendiri.Sebenarnya aku sama sekali tidak mempengaruhi Mas Hamdan tapi prinsip dan kemampuan lelaki itulah yang membuat dia akhirnya mengambil keputusan untuk men

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    bertengkar dengan dua wanita

    "Oh iya? sok jago sekali kamu ingin menunjukkan dominasi dan betapa hebatnya kau di rumah ini, padahal kamu hanya orang datangan yang tidak pernah tahu apa-apa," ucap Ibu Syaimah sambil mengacungkan jemarinya ke wajahku."Saya memang orang datang dengan ibu namun saya terikat secara emosional dan secara hukum dengan keluarga ibu. Hamdan adalah suamiku dan ibu adalah mertuaku di mana aku harus memperlakukannya dengan pantas sebagai orang tua. Jadi harusnya Ibu pun memperlakukan aku seperti anak.""Dirimu jadi anakku? Sejak kapan? Sejak kapan kau punya pemikiran seperti itu. Selama ini hanya aku yang bersikap baik padamu, sementara kau, acuh tak acuh saja, kadang aku melihat bahwa kau tidak pernah tulus dalam mengurusiku!"Astagfirullah, tega-teganya Ibu mengatakan hal demikian padahal aku selalu tulus mengurusnya, penuh cinta kasih menyiapkan makanannya dan selalu memberinya perhatian yang pantas ia dapatkan. Tega-teganya Ibu mengatakan itu di hadapan Haifa dan mempermalukanku."Jadi

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    lalu yg terjadi

    "Saya pergi dulu, permisi ya Pak, Bu, saya minta maaf dan memohon perngertiannya."Klik.Akhirnya ponsel pun di matikan, dan aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Aku paham betul posisi mas Hamdan yang telah dengan sekuat tenaga mengumpulkan keberanian dan ketenangan dirinya untuk bicara pada keluarga yang emosional itu. Nampaknya mereka semua sangat tidak terima dengan keputusan Mas Hamdan dan merasa kecewa sekali serta tidak mampu menyembunyikan kemarahannya.Sekarang setelah suamiku mengumpulkan keberanian untuk menemui keluarga Haifa maka aku sendiri juga akan bertindak untuk menyelesaikan masalah yang ada di rumah ini. Masalah itu harus diperselesaikan bersama tidak boleh hanya di bebankan pada satu bahu saja.Segera kurapikan diriku dan jilbabku lalu turun ke ruang tamu di mana Ibu dan Haifa masih sibuk berbincang dan membicarakan masa depan mereka.Aku ketuk pintu sambil mengumpulkan nafas, aku tarik dalam-dalam nafas lalu membuangnya, kemudian mendorong pintu dan masuk

  • Jangan Beri Aku Uang Lagi    murka

    "Tapi Nak Hamdan, sudah terlanjur bahagia dengan pertunangan itu, semua keluarga juga sama, terutama Nenek Haifa yang kini sakit sakitan, kami khawatir mengetahuinya cucu dicampakkan Ibuku akan sangat syok dan kena serangan jantung.""Saya bisa memaklumi itu, tapi tidak bisa memaksakan keadaan, kalaupun saya tetap berpura-pura jadi tunangan Haifa maka itu akan melahirkan kebohongan demi kebohongan berikutnya. Saya bukan tipe orang yang suka berbohong dan bersandiwara."Tiba-tiba dari seberang sana aku bisa mendengar ibunda Haifa menangis terisak dengan kesedihannya. Di sisi lain di rumah ini Haikal dan ibu mertua sedang tertawa-tawa di ruang tamu khusus wanita. Mereka bersenda gurau layaknya ibu dan anak, sementara diri ini dan Mas Hamdan berada di tengah-tengah kegalauan dan kebingungan itu."Ibu tolong maafkan saya ya, saya mau pergi dulu," ucap Mas Hamdan."Baiklah, Nak Hamdan. Jika itu keputusanmu, maka kami akan pasrah, tapi tolong, jika ibumu mengharapkan Haifa jadi menantunya,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status